10

8 2 2
                                    

Leora memeluk dirinya sendiri sambil menidurkan kepalanya. Hujan rintik membuat suasana pagi itu lembab dan dingin. "Pagi Ra, selamat hari Valentine. Nih coklat buat lo!" Leora yang tengah menatap jendela itu beralih pada suara yang memanggilnya. Nadine.

Lalu pandangannya beralih pada tangan Nadine yang memberikannya sekotak coklat. Tidak besar memang, hanya kotak coklat itu terlihat begitu ditata rapi dan nampaknya Nadine begitu niat dalam membuatnya.

Leora mengambilnya dan tersenyum. "Makasih Nad. Maaf, gue enggak bikin coklat atau beli coklat buat lo."

Nadine menarik kursi mendekat pada Leora. "Santai aja," ujar Nadine sambil nyengir.

"Enggak biasanya lo bikin coklat gini Nad. Pasti lo bikin sekalian buat itu ya?" Leora menyenggol bahu Nadine dengan sikunya.

Nadine tersipu-sipu begitu Leora menggodanya. "Bisa aja lo." Nadine berujar sambil senyam-senyum.

"Apa sih yang enggak gue bisa Nad?" Leora berujar sambil memasukkan kotak coklat ke dalam tasnya.

"Termasuk hancurin lo. Itu salah satu kebisaan gue."

"Jadi gimana kemaren pertandingan basketnya?" Tanya Leora sambil menatap kedua iris Nadine yang tengah berbinar.

"Gue seneng banget Ra! Lo harus tahu." Nadine berujar dengan semangat kemudian melihat sekeliling kelas yang masih sepi karena masih pagi.

Ia mendekatkan wajahnya pada Leora dan berbisik. "Damian nerima minuman pemberian gue. Padahal banyak cewek-cewek lain yang nawarin. Gue jadi berasa spesial." Nadine berujar sambil tersenyum senang kemudian menangkap kedua pipinya dengan tangan.

Sedangkan Leora, Leora yang mendengar itu hanya terdiam membisu. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa seakan ada perih yang menjalar di dadanya.

"Terus ya, dia bilang makasih sama gue karena udah kasih dia minum. Astaga! Gue rasanya mau nyubit diri gue saat itu juga. Buat mastiin gue mimpi atau enggak." Nadine berujar lagi.

"Terus Ra, Damian bener-bener cakep banget astaga. Mana pas itu keringetnya bercucuran gitu astaga!! Gue enggak ngerti lagi." Nadine berujar bahagia.

Leora mengukir senyum. "Seneng deh lo!"

"Iya. Damian memang sudah biasa mempermainkan perasaan perempuan. Ia akan bertingkah seolah mudah tergapai padahal setelah perempuan itu berusaha menggapainya, ia terbang menjauh."

"Termasuk dia juga lakuin itu sama lo Nad."

"Gue pokoknya bahagia banget-nget-nget!" Ujar Nadine setengah berteriak.

Setelah itu, satu per satu murid memasuki kelas dan pembicaraan antara Nadine dan Leora tidak berlanjut. Leora sibuk menatap jendela dan mendengar musik sedangkan Nadine sibuk memikirkan Damian.

Begitu banyak laki-laki yang memberikan Nadine coklat. Gadis itu menerimanya dengan bahagia dan memasukkan pemberian-pemberian itu ke dalam paperbag.

Leora juga mendapat cukup banyak coklat dari teman-temannya. Namun, Leora sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan apakah ia mendapat coklat atau tidak. Ia hanya terpikir satu hal.

Urusan apa yang membuat Damian tidak bersekolah untuk beberapa hari ke depan? Ia tidak tahu dorongan apa yang membuatnya berpikir begitu. Leora tidak tahu dorongan apa yang membuat tubuhnya berputar ke belakang, ke tempat duduk Damian.

Leora menatap bangku kosong itu dengan diam. Bukankah ini yang dia inginkan? Tidak diganggu oleh Damian?

Ia sendiri lebih tidak paham kenapa ia menyimpan satu coklat batangan di tasnya untuk diberikan kepada Damian. Padahal Leora sendiri tahu, Damian tidak akan masuk sekolah hari ini. Dan lagi, untuk apa ia menghabiskan uang demi Damian?

Kalopsia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang