30 of my story'

1.7K 89 0
                                    

Setelah kejadian itu, Metta mengganti bajunya, Metta memang selalu menyiapkan baju ganti di lokernya, sekedar berjaga jaga.   Mata Metta masih sangat sembab, menuai beragam pertanyaan dari Ze.

"I'm okay."

"Mata lo itu kenapa?"

"Gapapa."

"Lo diapain ama Nata?"

"Ga di apapain."

"Dia nyakitin lo."

"Gapapa lagipula dia bukan siapa siapa gue."

"Berontak Ta, berontak kalau mereka bersikap semaunya sama lo."

"Gapapa itu ga penting."

Guru masuk ke dalam kelas Metta, dibuntuti oleh Bagas.

"Bu saya mau ngulang pelajaran, saya mau duduk di sini dulu ya bu."

"Tapi kamu lagi pelajaran Bu Endang."

"Saya udah ngumpulin tugas beliau kok bu, saya mau belajar disini dulu, boleh ya."

"Yaudah tapi jangan buat ribut."

"Siap bu."

Bagas memilih duduk di bangku paling belakang, sehingga ia dapat dengan jelas melihat Metta. Metta membalikkan tubuhnya, seolah meminta penjelasan.

Bagas menulis sesuatu di kertasnya, dan mengoper kertasnya hingga sampai di meja Metta.

Gue jagain lo

Metta hanya membalasnya dengan seulas senyum. Metta merasa ada yang menjaganya sekalipun orang yang disayanginya menjauh. Metta rindu Nata.

Setelah pelajaran selesai dan dihadiahi oleh Pr, semua orang berhamburan keluar kelas.

"Balik bareng gue."

Bagas berjalan lebih dulu,

"Dia nanya, ngasih tau, nyuruh, apa gimana si Ta?" tanya Ze

"Gausah dipikirin Ze, wkwk, gue duluan ya."

"Si Nata kemana?"

"Gatau tuh."

Metta berjalan dengan Bagas beriringan, membuat banyak pertanyaan timbul di benak siswi SMA ini dan menimbulkan opini opini. Bagas hanya bersikap acuh, di depannya ada Nata berjalan bersama Vi. Metta hanya memperhatikan itu, pada satu titik itu. Dua insan yang melukai hatinya lagi.

Vi memakai helm dan menaiki motor Nata.

"Besok gue bawa motor." kata Bagas

Metta hanya menoleh dan tersenyum pada Bagas.

'Gue bukan cemburu sama motornya, gue cemburu sama sikap Nata.' batin Metta

Saat Metta melalui Nata,

"Oh jadi gitu ya, ilang satu tumbuh seribu." kata Vi

Metta menoleh, ia yakin seratus persen, iblis ini sedang menyindirnya.

"Akar pohon gue diambil orang, akhirnya runtuh, gue lagi tanam pohon baru. Bukannya itu lebih baik daripada menopang kembali pohon yang runtuh."

"Mulut lo sampah."

Bagas menarik tangan Metta dan menjauhi Vi,

Sedangkan Nata, masih meresapi perkataan Metta, secara tidak langsung Metta mengatakan, akan pergi meninggalkan Nata.

-------🍓-------

Melamun, menghela nafas kasar, menopamg dagu, memejamkan mata, itu semua adalah pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Metta berulang ulang.

"Bi, Nata pergi. Dia lebih percaya sama orang lain."

"Metta jangan pernah terbawa emosi, itu hanya menjerumuskan kamu."

"Metta mau jelasin semuanya bi, tapi mata Nata terlalu rapat ditutup."

"Hatinya masih terbuka, bicara dari hati ke hati Metta."

"Metta kecewa bi."

"Makannya jangan terlalu berharap."

"Metta pengen kembali bi."

"Susun strategi, Nata masih sayang sama Metta, Nata sekarang sedang meyakini hati, siapa yang harus ia pilih."

"Harus Metta bi."

"Buat dia kembali, itu perihal mudah ko Ta."

"Makasih bi." Metta memeluk bibinya, dan mengecup dahi bibinya singkat

"Metta sayang bibi."

"Bibi juga, ini tangan Metta kenapa?"

"Gapapa bi, luka biasa."

"Diobatin dulu, nanti infeksi."

Bibi mengobati luka Metta dengan telaten.

-------🍓-------

Nata memandang luar jendelanya, Nata tau Metta menangis di rooftop, tapi Nata tidak bisa kembali untuk memeluk Metta. Nata terluka mendengar isak tangis Metta,tapi kaki Nata kaku dan tidak bisa kembali.

Nata menyelamtkan Vi, padahal Nata sangat jelas melihat warna merah di pipi Metta habis tamparan, sebelum tamparan Nata.

"Kenapa si gue cuma bisa nyakitin Metta."

"Bodoh."

Nata merasa sangat amat bersalah, tapi semua sudah terlanjur terjadi.

Vi: Ka Nata, anter aku ke mall yu

"Gara gara lo tau ga." Nata membanting ponselnya sembarang arah.

"Arghhhh."

-------🍓-------

Absurd banget 😭

How To Be Mine (COMPLETED ✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang