16 of my story'

2K 121 2
                                    

"Lo itu ga ngerti gimana perasaan gue. Lo ga pernah tulus, dan lo MU-RA-HAN."

Metta menahan sesak di dalam dadanya, mendengar kata kata kasar dari seseorang yang kita cintai itu rasanya, hancur? Kecewa? Kenapa hidup Metta harus menyedihkan?

"Nat, lo ga pernah tau gimana yang sebenarnya, lo ga pernah tau apa yang udah gue alami,dan apa yang harus gue korbankan."

"Buat apa gue tau? Gue jijik liat lo.",kata Nata sambil mendorong Metta, Metta menunduk, kali ini rasanya sangat perih. Goresan luka di hatinya, bertambah.

"LO SEHARUSNYA CARI TAU DISAAT GUE GA BISA KASIH TAU APA APA BUAT LO, KENAPA LO MALAH MENYALAHKAN SEMUA KEADAANNYA SAMA GUE? GUE MURAHAN? TERSERAH LO MAU BILANG APA, GUE KECEWA NAT." Metta sudah tidak bisa lagi menahan emosinya, rasa kecewanya sangat mendalam, Metta berbalik dan meninggalkan Nata.

"Kecewa? Bukannya seharusnya itu yang gue alami?" Nata bertanya tanya pada dirinya sendiri.

-------🍓-------

Sekarang Metta sedang merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk Zea, air mata Metta masih berkumpul dan turun dengan deras.

"Ta."

Metta berpindah menjadi duduk disamping Ze.

"Gue ga kuat lagi Ze, gue mending pindah atau malah lenyap dari dunia ini, daripada harus ngerasain ini semua. Gue bukan pemain drama Ze, gue ga tahan sama sikap Bagas, gue selalu kecewa setiap ngeliat Nata. Gue ngerasa udah jahat sama Nata padahal gue juga ga mau kaya gini Ze."

Ze memeluk sahabatnya itu, menyalurkan semangat untuk seseorang yang sedang rapuh ini.

"Gue harus apa, Ze?"

"Lo yang kuat ya Ta, lo harus ngejalanin sama Bagas, lo harus bisa ngilangin monster di dalam tubuh Bagas. Terus lo cari seseorang yang baru buat dia, dan dia akan ngerti, cinta ga bisa dipaksa."

Metta menghela nafas, "Gue ga tau lagi harus cerita ke siapa kalau gaada lo Ze."

Ze meyakinkan Metta kalau semuanya pasti akan berakhir, sampai masanya kadaluarsa.

-------🍓-------

"Metta jauhin pisau itu dari lo." teriak seseorang dari belakang

"Gue udah ga tahan lagi Nat." Metta semakin mendekatkan pisau itu ke lengannya dan sudah siap melompat dari ketinggian. Ini dikatakan semacam bunuh diri?

"Lo bisa selesain masalah lo, bukan gini caranya."

Metta menghela nafas, "Gaada yang ngertiin posisi gue Nat, gue cape."

Metta menyayat lengannya hingga darah mulai bercucuran, dan saat tubuh Metta sudah lemas, Metta sudah siap akan jatuh. Nata dengan langkah cepat menangkap Metta dan segera membawanya ke rumah sakit karena darah sudah banyak di lengan Metta.

"Gue minta maaf, Ta. Gue ga tau masalah yang lagi lo hadapi. Gue minta maaf."

Nata terbangun dari mimpinya dengan keringat yang menumpuk di keningnya. Nata mengambil minum, dan menetralkan kembali jantungnya yang berdegub kencang.

"Jadi,  ini pertanda atau apa?"

Nata memukul mukul kepalanya, "Bego, kenapa gue ga cari tau aja apa masalah yang dialami Metta."

"Gapapa cuma mimpi."

Tapi Nata belum tenang rasanya kalau belum memastikannya sendiri, akhirnya Nata memutuskan untuk menelefon Metta di tengah malam seperti ini.

Ponsel Metta berdering tapi belum juga diangkat, "Apa dia udah tidur kali ya."

'Halo'

'Metta nya ada?'

'Dia udah tidur Nat.'

'Oh gitu, oke thanks ya Ze, kalo bisa lo dellete aja langsung panggilan dari gue ya. Lo ga perlu bilang ke Metta.'

'Oke.'

'Thanks Ze'

'Hm'

Nata merasa lega, ternyata Metta baik baik saja. "Gue bakal cari tau, dan ga akan tinggal diem sama orang yang udah berani nyakitin lo Ta."

"Ish bego, gue juga nyakitin dia tadi, yaudah gue cubit aja abis itu ga ngelakuin lagi janji."

Nata mencubit tangannya sendiri lalu melanjutkan tidurnya.

-------🍓--------

Bye!

How To Be Mine (COMPLETED ✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang