"Lo murid baru?" Cowok dengan rambut yang acak-acakan bertanya sambil menatap tajam pada gadis yang masih begitu asing baginya. Ia baru nongol di kelas jadi tak tahu-menahu soal murid baru.
Gadis itu tersenyum kikuk, "i-iya, kenalin, nama aku Nada. "
"Gak usah basa-basi pake acara ngenalin diri segala, lo gak tau kesalahan lo apa?" kata cowok itu dengan satu alis yang terangkat, sudah menjadi ciri khasnya jika ia sedang emosi.
"Emang aku salah apa? Kayaknya nggak ada ...," sahut Nada, raut wajahnya tampak ketakutan. Ia tak menduga, ternyata ada seseorang yang tak menyukai kedatangannya di sekolah ini. Yaitu cowok yang ada di hadapannya sekarang. Mungkin.
"Heh, kesalahan lo adalah, kenapa lo milih duduk di samping gue!" Ungkap cowok tersebut, volume suaranya meninggi. Dalam artian, ia semakin emosi.
Nada mengerutkan dahinya, cowok itu marah-marah tak jelas hanya karena tak mau seduduk dengan dirinya. Nada benar-benar heran akan hal itu.
"Ih, nggak! Kan bu guru yang nyuruh duduk di sini, ya aku ngikut aja!" Nada membalas, tak kalah ngegas.
"Oh, lo udah berani sama gue?!" Dalam sekejap, cowok tampan tapi nyebelin itu tiba-tiba malah menggebrak meja, membuat suasana kelas menjadi panas.
"GEMA, NADA, CUKUP!"
• • •
Jam isitirahat, Nada bosan di dalam kelas. Apalagi ia sendiri adalah murid baru yang jelas masih tak terlalu akrab pada murid yang lain. Terlebih pada cowok itu, Gema. Selama jam pelajaran makhluk tersebut tak henti-hentinya mengganggu Nada. Dan hal itu tentu membuat dirinya murka tetapi hanya bisa bersabar menghadapinya.
Nada tak habis pikir, mengapa ia harus ditakdirkan bertemu dengan manusia aneh tersebut di sekolah ini. Ganteng sih iya, tetapi kalau sifatnya suka menganggu dan terlalu galak begitu sih Nada jadi tak sudi mengakui kegantengan cowok itu.
"Hai!"
Seru seseorang dari belakang. Nada merasa jika orang tersebut memanggilnya, alhasil, ia pun menoleh ke sumber suara.
"Boleh kenalan?" Orang tadi kembali bersuara, lalu tersenyum. "Kenalin, nama gue Fia. Kita sekelas, lho."
Nada tak bisa untuk tidak tersenyum, sepertinya ia akan mempunyai teman baru. "Hai, aku Nada."
"Ngomong-ngomong, lo gemesin ya orangnya," ucap Fia lalu tertawa. "Jadi, sekarang kita temenan dong?"
Nada terperangah sesaat lalu sedetik setelahnya ikut tertawa. "Tentu!"
Tak bisa dipungkiri, sekonyong-konyong sebuah bola basket lolos menghantam kepala Nada dari belakang. Cewek itu lantas meringis, menatap semua orang di sekitar seraya mengangkat bola yang baru saja mengenai kepalanya.
"Siapa yang ngempar ini?!" pekiknya kemudian, pandangannya menyapu ke seluruh tempat.
"GUE!"
Seseorang tiba-tiba berseru dari lapangan, ia tertawa renyah tanpa merasa bersalah menyaksikan gadis polos yang sedang kesakitan karena ulahnya.
"Dia lagi, dia lagi!" Nada jadi kesal.
"Lo gak papa kan, Nad? Ayok! Kita ke kantin aja, gak usah ngeladenin orang sok kegantengan kayak dia!" Fia segera menarik gadis di sebelahnya untuk menjauh dari tempat itu.
• • •
"Gem, mau sampe kapan lo nyakitin cewek terus." Adrian geleng-geleng kepala setelah melihat kejadian beberapa detik yang lalu. "Lo gak malu sama diri lo sendiri? Inget, Bro, cewek itu harusnya dihormatin."
Gema mengernyit, sedetik setelahnya tertawa sinis. "Hah, ngomong apa lo barusan? Lo tau apa tentang cewek?"
"Nggak, gue cuma mau ngingetin, penyesalan selalu datang di akhir. Jadi, hati-hati, Bro," kata Adrian tersenyum miring.
"Woi, tega bener ya lo berdua, ninggalin gue di kelas sendirian!" Agus datang tiba-tiba membuat dua temannya kaget bukan main.
"Sapa suruh kebo," cibir Adrian.
"Betewe, ada apaan nih? Itu muka Gema kok ditekuk gitu, makin jelek aja ih," celetuk Agus.
Gema mengepalkan tangannya. "Gus, lo mau mati gak?!"
Nyali Agus ciut seketika setelah melihat Gema yang ingin menghajarnya. "Eh, eh. Selaw dong ... gue kan bercanda. Baperan amat."
"Yaelah, gue juga bercanda kali," ucap Gema lalu bangkit, tiba-tiba ia malah melongos pergi meninggalkan dua temannya. Entah kemana.
"Kampret, mau kemana lo?" Agus bertanya.
"Udeh biarin aja dia pergi, lagian kayaknya dia lagi badmood." Adrian menatap lurus ke arah Gema yang jiwa dan raganya mulai menghilang dari tempat itu.
Agus terbahak. "Pret, lebay amat pake acara bedmud-bedmud-an segala. Dah kayak anak perawan gak dapet jodoh aje."
"Gini, Gus. Dia kayak gitu gara-gara cewek," kata Adrian setengah berbisik.
"Oh! Gue tau, pasti anak baru yang mukanya kayak boneka itu, kan?" sahut Agus tersenyum senang. "Tadi gue liat dia lagi sama Ayang Fia tercinta ...."
Adrian mengangguk, "dia imut banget, gemes gue."
"Maksud lo siapa? Ayang Fia gue?!" Agus langsung naik darah.
"Dih, enggak lah! Maksud gue temennya Fia." Adrian mengulum senyum. "Gak habis pikir gue sama Gema, cewek manis kayak Nada malah dia bully."
Agus tersenyum jahil sambil menyentil dagu cowok di sebelahnya. "Cielah, lo naksir ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Teen Fiction"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...