Saat ini sebagian murid berkumpul menikmati makan malam sederhana dan duduk mengelilingi api unggun disela-sela dinginnya hawa malam di atas puncak. Nada saja berkali-kali meniup dan mengusap kedua tangannya karena kedinginan.
Sementara Agus, yang dilakukannya sejak tadi ialah memainkan gitar sambil menyanyikan lagu dengan suara yang terlalu nyaring, ditambah suaranya juga terdengar benar-benar sangat fals. Hal itu jelas membuat semua murid terganggu dan protes kepada Agus. Terutama Gema, ia jadi merasakan pusing yang luar biasa setelah mendengar suara cempreng cowok gendut itu.
Dan sekarang, keadaan kemping benar-benar sangat rusuh. Arga selaku kepala sekolah dan beberapa guru lainnya juga sudah angkat suara untuk menegur sebagian murid yang ribut. Namun yang terjadi setelahnya malah semakin membuat keadaan menjadi sangat riuh.
"Gema, mau kemana?" Suara Nada, ia menatap bingung pada Gema yang tiba-tiba berdiri dan hendak melangkah.
"Pusing, pengen tidur," sahut Gema. "Lagian ribut banget, gue gak suka."
"Yaiyalah, Gema 'kan sukanya sama Nada," celetuk Agus tiba-tiba.
Gema melotot. "Gus?!"
"Hehe ... bercanda elah." Agus nyengir lebar.
Gema membuang napas kasar, kini kedua matanya beralih menatap Adrian yang ikut-ikutan berdiri.
"Dasar plagiat," sindir Gema.
Adrian memasang senyum smirk-nya. "Bodo amat, yang penting gue ganteng."
"Heh, gue lebih ganteng. Iya 'kan Ayang Fia?" Agus melirik Fia.
Fia mendengus. "Apaan, badan macem balon udara gitu dibilang ganteng."
Semua yang melihat perdebatan itu sontak langsung tertawa.
"Sudah, sudah. Lebih baik sekarang semuanya balik ke tenda. Kalian harus tidur lebih awal agar besok nggak telat bangun pagi," ucap Bu Susan, semua pun langsung mengangguk dan berjalan menuju tenda masing-masing.
Gema juga kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda karena kejadian tadi. Namun, Nada menahan lengan cowok itu. Tentu membuat Gema berdecak sebal dan berusaha melepas tangan cewek itu secara kasar.
"Disini aja, temenin," ucap Nada memelas.
"Ngapain, mending lo tidur aja," jawab Gema.
Nada mengerucutkan bibirnya. "Nggak mau, nggak ngantuk."
"Eh, Nad!" Fia berseru lalu menghampiri Nada. "Lo nggak ke tenda?"
Nada menggeleng.
"Kenapa?" heran Fia.
"Mau di sini aja, nikmatin hangatnya api unggun." Nada menyahut.
"Dih, bahasa lo." Gema memutar bola mata malas.
Fia membuka mulut siap berucap lagi, namun tiba-tiba saja sebuah tangan menepuk keras bahu kirinya hingga membuat dirinya terkejut. Ia pun menoleh ke belakang dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan. Pasalnya, orang yang menepuk bahunya tadi ialah si gembrot Agus. Hal itu jelas membuat Fia menjadi kesal, sebal, murka, dan ingin menelan Agus hidup-hidup.
"Lo ngapain sih, Gus?!" bentak Fia. "Ngikutin gue mulu perasaan, bikin kesel aja!"
"Aku nggak bisa napas kalau nggak liat wajah sangar-sangar unyu milik Ayang Fia ...," sahut Agus sambil manyun, melihat Agus begitu Fia jadi merasa mual dan ingin memuntahkan semua isi makanan dari dalam perutnya.
"Ya Tuhan kenapa sih makhluk gembrot ter-ngeselin macem Agus gini diciptakan?!" Fia mengusap kasar wajahnya.
Nada dan Gema saat ini malah terbahak bersama, mereka tak habis pikir dengan dua sejoli itu. Tiap hari selalu debat dan ribut bagai Tom And Jerry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Novela Juvenil"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...