Mobil merah milik Gema akhirnya tiba di tempat tujuan— rumah Nada. Ia pun langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah cewek itu.
Sebenarnya rencana Gema dari awal hanya untuk mengantar Nada saja, setelah itu ingin berniat balik lagi ke sekolah tanpa mampir dulu ke rumah cewek itu.
Namun, yasudahlah.
Beberapa waktu yang lalu, Nada mengancamnya;
"Kalau kamu nggak mampir, besok bakal aku bawain anak tikus. Terus aku taro di kolong meja kamu."
Maka jadilah, seketika Gema bergidik mendengar itu.
Ding, dong!
Pintu terbuka, menampakkan wanita paruh baya— tetapi masih terlihat masih muda, menatap heran ke arah Nada. Kemudian beralih menatap sosok lelaki yang berada di samping anak gadisnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Nada, ini siapa? Terus kenapa jam segini udah pulang?" tanya Netha, raut wajahnya begitu bingung.
"Saya Gema, Tante," ucap Gema sambil tersenyum sok ramah. "Nada bilang dia gak enak badan terus mau pulang duluan, jadi saya anterin."
Jangan tanya sekarang Nada gimana, dia tengah menunduk lemah dengan mata yang tertutup rapat sambil komat-kamit nggak jelas.
Mama marah nggak, ya ..., ucapnya dalam hati.
"Siapa tadi? Gempa?" Netha bertanya memastikan. "Nama kamu gempa?"
Hah, gempa, Nada membatin, ia menahan tawa mendengar ucapan mamanya tadi.
"Gema, Tante." Gema meralat.
"Oh, Gema," ulang Netha lalu tertawa. "Nak Gema baik banget nganterin si Nada, padahal dia bawel banget loh orangnya."
Gema terkekeh. "Nggak pa-pa, Tan. Sekali-sekali jadi orang baik."
"Jadi biasanya kamu jahat gitu?" Netha mengerutkan dahi.
"Saya mah lebih dari jahat, semut aja saya injek-injek sampe mati," sahut Gema.
"Nak Gema ada-ada aja ...." Netha geleng-geleng kepala sembari tertawa. "Oh, iya. Kamu mau mampir dulu? Ayok Nak Gema masuk. "
Gema melirik Nada sekilas, melihat Nada yang sejak tadi menunduk membuatnya mengerti sepertinya gadis itu butuh istirahat. Jadi pikir Gema ia harus balik saja sekarang.
"Nggak deh, Tante. Kapan-kapan aja," tolak Gema lalu menatap cewek di sampingnya. "Istirahat sana, kayaknya lo sekarat banget sekarang. Lagipula gue mau balik nih."
"He-em." Nada mengangguk.
"Apaan? Ayo masuk, istirahat."
"Ah, kamu dulu sana yang pergi, baru aku masuk rumah."
"Nggak. Lo aja duluan."
"Ekhem!" Netha berdeham tiba-tiba, membuat dua remaja tersebut saling tatap lalu mengalihkan pandangan satu sama lain. Malu.
••••
"Loh? Gema sama Nada mana?!" Suara Fia menggema dengan lantangnya di ruangan UKS. "Adrian, mereka kemana?! Lo bilang mereka bedua disini?!"
Adrian mengedikkan bahu. "Nggak tau."
"Ayang Fia sabar dulu, mungkin mereka pulang duluan," celetuk Agus sambil mengusap pelan bahu Fia.
Dengan cepat Fia langsung menepis tangan Agus. "Gak usah pegang-pegang!"
"Dih, sensi amat." Adrian bergumam pelan.
"Padahal kalau gue langsung kesini pas bel istirahat pasti gue ketemu sama Nada, tapi gara-gara lo berdua, tadi gue dihukum bersihin toilet dulu!" Fia ngomel-ngomel.
"Goblok, salah lo sendiri lah, ngapain tidur di kelas sampe gak belajar sama sekali," celetuk Adrian.
"Ish, Adrian! Kok lo malah bilang gue goblok sih!" Fia semakin emosi sekaligus sakit hati.
Dikatain goblok sama orang yang kita demen itu sungguh menyakitkan, guys.
"Pokoknya yang salah itu elo, kenapa coba pake ngebocorin ke Bu Ratih segala kalo gue gak belajar. Kan gue jadi di hukum, lo kan tau sendiri Bu Ratih itu dikit-dikit ngasih hukuman!" sambung Fia.
"Iya, nih. Lo kok jahat banget sama Ayang Fia!" Agus ikut-ikutan emosi. "Lo yang salah, Yan. Gue mah diem-diem bae."
"Au ah, setan!" Adrian juga emosi sekarang. "Gue mau nyari angin, disini gerah!"
"Eh, Adrian! Kok pergi sih!" Fia berusaha mengejar cowok itu, namun Agus langsung menahannya.
"Udah, udah. Ayang Fia jangan marah-marah. Entar makin jelek," ucap Agus, sedetik kemudian langsung menutup mulut dengan tangan kanannya. "Eh, bukan git–"
"Oh! Jadi lo ngatain gue jelek, gitu?!" Emosi Fia benar-benar naik ke ubun-ubun.
Agus menggeleng. "Bukan gitu, Ayang Fi–"
"Ah, kesel!" Fia sudah kelewat emosi, akhirnya ia pun langsung melongos pergi meninggalkan Agus yang cengengesan.
"Kok Ayang Fia jadi sangar gitu, ya?" Agus bertanya pada diri sendiri.
Beberapa detik kemudian.
Agus baru menyadari bahwa Fia sedang menstruasi, makanya cewek itu seketika berubah menjadi singa jika ada yang membuatnya emosi. Namanya juga cewek ya, kalau dalam keadaan seperti itu lalu ada yang mengganggu, siap-siap saja si peganggu akan menjadi butiran debu.
••••
Vomment!❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...