Seperti biasa, Nada dan keluarganya sedang menikmati makan malam bersama. Namun tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini Nada berubah menjadi sosok yang pendiam dan banyak melamun.
Naresh yang biasa menjadi korban celotehan Nada pun saat ini juga kebingungan sendiri. Pasalnya, dia baru menyadari bahwa tingkah laku adik satu-satunya itu memang agak berbeda malam ini.
Setelah menegak air minumnya, Naresh pun langsung angkat suara, "diem aja dari tadi, kenapa lo, abis putus cinta?"
"Iya nih, tumben si Nada murung gitu," celetuk Netha.
"Kalau ada masalah sok atuh cerita," suara Narendra. "Gak baik disimpen sendiri."
Nada tetap bungkam, sebenarnya dia mendengar ucapan mereka. Tapi karena moodnya sedang kacau, ia tak mau menggubris sama sekali.
"Sadar woy!" Dalam sekejap, Naresh meraih gelas miliknya lalu menyipratkan sebagian air minumnya ke wajah Nada. Tentu hal itu bikin Nada melotot dan wajahnya memerah, Naresh benar-benar membuatnya kesal.
"Bang Ares apa-apaan sih?!!!" Nada menghardik keras sambil menyentuh wajahnya yang basah akibat ulah Naresh tadi.
"Lagian, dari tadi gak nyaut-nyaut," ujar Naresh yang kembali anteng menyantap makanannya.
Nada berdecak, setelah itu mengambil tissue kemudian mengelap wajahnya dengan gerakan yang super cepat. Dalam artian, dia masih merasa kesal terhadap abangnya itu.
"Nada," tegur Netha menatap serius anak gadisnya. "Kamu ada masalah?"
Kalau soal masalah, Nada emang lagi punya masalah. Dia bingung gimana caranya agar Fia kembali berteman baik dengannya. Namun, bukan itu saja, ada hal lain yang membuatnya tambah puyeng. Yaitu; gimana caranya minta izin pada kedua orang tuanya perihal camping besok.
Menghela napas, Nada meletakkan pipi di atas telapak tangannya sambil manyun. Pikirannya berkelana kemana-mana, Nada jadi pusing dibuatnya.
"Nghh ... bete." Nada bergumam.
"Kenapa sih, aneh banget," sindir Naresh.
"Ma, Pa." Nada memanggil, ia menatap Netha kemudian beralih melirik Narendra. "Sekolah ngadain acara camping, besok."
Naresh sontak kaget hingga keselek ayam goreng yang semula ia santap dengan nikmatnya. "Uhk! Uhk!"
"Minum atuh, Res." Netha menegur Naresh, kemudian menatap anak perempuannya. "Nada, beneran?"
Gadis itu mengangguk mantap. "Kalo aku ikut, dibolehin kan, ya?"
"Nggak boleh!" Naresh langsung menyahut.
"Ish, Bang Ares mending diem aja!" kata Nada. "Jangan seenak jidat ngelarang aku deh!"
"Camping dimana?" Narendra bertanya.
Nada tersenyum lebar. "Katanya di daerah bogor gitu, Pa."
"Berapa hari?" Kini giliran Netha bersuara.
"Dua hari doang kok, Ma," sahut Nada. "Dibolehin yaa ...."
"Gue bilang nggak boleh ya nggak boleh." Lagi-lagi Naresh melarang gadis itu.
Naresh emang agak sensitif jika mendengar kata camping, mungkin ia trauma perihal geng motornya dulu. Ditambah ia jadi teringat Yoga yang tiba-tiba saja tewas waktu itu, jelas membuatnya khawatir jika sesuatu yang tak diingankan juga terjadi pada adik perempuannya.
"Ma, Pa." Nada menatap penuh harap kepada orang tuanya.
"Terserah kamu aja," ucap Netha. "Tapi kalau kamu beneran ikut, jaga diri baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Novela Juvenil"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...