Hari ini hari kelima dimana Gema dan Nada tak pernah bertemu lagi. Jujur, Nada sangat bosan dan suntuk jika menjalani hari tanpa mendengar suara manly milik Gema. Dan tentunya ia juga sangat rindu pada cowok itu.
Menghela napas, sesaat kemudian Nada meraih milkshake stroberi yang ada di atas meja kemudian menyedotnya. Hampir saja gadis itu tersedak akibat suara Fia yang tiba-tiba memanggilnya dengan suara yang begitu keras.
"Jahat banget, ke kantin nggak ngajak-ngajak!" Fia berucap heboh.
"Kamu sih ... mojok mulu sama Adrian," sahut Nada. Fia pun hanya mendengus pelan.
"Fi ... aku kangen. Pengen jenguk Gema." Nada cemberut sambil menopang pipi dengan kedua tangan, hatinya serasa remuk kalau mengingat malam itu.
Malam dimana Gema dilarikan ke rumah sakit. Dan hal yang bikin hati Nada semakin perih adalah— sampai sekarang Liana masih melarangnya untuk menjenguk Gema. Padahal rumornya keadaan Gema saat ini sudah membaik, tentu membuat Nada ingin sekali bertemu cowok itu. Karena sejujurnya Nada yakin, pasti Gema juga merindukan dirinya.
"Sabar ya, Nad. Gue tau perasaan lo gimana. Lagipula gue yakin, besok atau lusa pasti Gema sekolah lagi. Soalnya Adrian juga bilang kalau kondisi Gema semakin membaik dan udah pulang dari rumah sakit," ujar Fia seraya mengusap pelan bahu gadis di sampingnya, berusaha menenangkan.
Nada tertunduk lesu. "Tapi ...."
"Apa?" Fia mengerutkan dahi.
"Gapapa deh ...." sahut Nada tertunduk pasrah.
Fia nepok jidat, sedetik kemudian ia terlonjak saat ponselnya tiba-tiba berbunyi. Fia pun meraih benda pipih itu kemudian tersenyum kala melihat notifikasi yang ada diponselnya. Sementara Nada, cewek itu hanya mengerucutkan bibir. Ia sudah paham betul mengapa temannya tersebut senyam-senyum sendiri sambil memainkan ponsel.
"Yang dah punya pacar mah beda ya ...," sindir Nada lalu melahap makanan miliknya.
"Yang jomblo sirik aja." Fia terkekeh kecil tanpa melirik ke arah Nada, cewek itu masih sibuk dengan ponselnya. "Makanya, lo sendiri kapan jadian sama Gema."
"Ah, ngeselin." Nada merengut. "Gaboleh pacaran tauk!"
"Dih, sok alim lo! Kalau gamau sama Gema, yaudah, lo jadian aja sama si gembrot Agus. Hahahaha!" Fia tertawa puas, sementara Nada benar-benar kesal.
"EH, NGAPAIN NYEBUT-NYEBUT NAMA GUE?!"
Fia serta Nada tersentak kaget dan berbalik, ada Agus yang tiba-tiba nongol sambil membawa berbagai macam cemilan kesukaannya.
"Ini Gus, barusan Nada bilang, dia demen ama lu," ceplos Fia tiba-tiba. Agus langsung menganga lebar tak percaya, sedangkan Nada meraih botol dan menabok kepala Fia bertubi-tubi dengan senjatanya tersebut.
"HUAA KAMPRET WOY PERIH BANGET PALA GUEEE!!!" Fia memekik histeris membuat semua penguhuni kantin menatap heran ke arahnya.
Nada malah tertawa jahat melihat itu.
• • •
"Emang Nada salah apa?! Kenapa Mama marah-marah kalau aku nyebut nama dia?!!"
Suara itu menggema nyaring memenuhi heningnya suasana ruangan, wajahnya memerah meredam amarah. Sebelumnya ia tak pernah seperti ini, berbicara dengan suara yang begitu keras pada ibu sendiri.
"Gema! Mama sama Papa nggak pernah ngajarin kamu ngomong kasar sama orang tua!" Sang ibu tak kalah nyaring, suaranya mampu membuat siapa saja yang mendengarnya langsung menutup telinga.
"Siapa yang ngomong kasar? Aku cuma nanya, kenapa belakangan ini Mama selalu--" ucapan Gema terpotong saat melihat satu tangan Liana terangkat, seakan ingin menampar. Untungnya Gema langsung gesit menahannya.
"Mama pengen nampar aku? Salah aku apa, Ma?!" Volume suara Gema semakin tinggi. "Apa Mama pengen aku tambah sakit?!"
Liana diam, ia merasa sudah kelewat emosi atas kejadian tadi. Tidak ingin membuat suasana semakin panas, ia pun mundur menjauh dan pergi dari kamar Gema.
"Mama kenapa sih?!!"
"Argghhh!!"
Gema memegang kepalanya yang terasa sakit, ia pun merebahkan diri ke tempat tidur. Lalu memijat pelan kepalanya sambil menutup mata. Sebelumnya ia sudah merasa pusing kemudian semakin dibuat pusing oleh mamanya sendiri. Dan sampai sekarang Gema masih heran, setan apakah gerangan yang telah merasuki Liana tadi.
Kini Gema kembali membuka mata, memandang langit-langit kamar sambil memikirkan sesuatu. Lebih tepatnya memikirkan seseorang. Dan lebih tepatnya lagi orang tersebut adalah ....
"Nada, gue kangen. Banget malah."
Gema bergumam pelan, mengingat kembali kalimat yang ia ucapkan barusan kemudian tersenyum sendu. Sejak malam itu, dan sampai sekarang, ia tak pernah lagi bertemu dengan gadis itu. Gema benar-benar rindu ..., tingkah polosnya, suara cemprengnya, dan wajah imutnya. Rindu, sangat.
Sesaat setelahnya Gema berusaha bangkit, mengambil ponsel miliknya. Selama berhari-hari ia tidak lagi mengutak-atik benda pipih itu. Sudah dipastikan notifikasi whatsapp maupun aplikasi sosmed lainnya tentu sudah jebol karena banyak yang kepo terhadap dirinya. Wajar sih ya, fans Gema kan bejibun.
"Kok Nada nggak ngechat gue ya? Nelpon juga nggak. Tumben. Emang dia nggak khawatir atau kangen gitu sama gue?" Gema mengernyit heran setelah menyadari kejanggalan tersebut.
"Ah, dia nggak ada pulsa atau kuota kali ya?" ucap Gema lagi.
"Ah, masa? Halah, nggak mungkin dong," ucap Gema lagi dan lagi.
Gema sudah tidak tahan, segera ia pun langsung membuka chatroom dirinya dan Nada kemudian mengirimkan beberapa pesan di sana.
• • •
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Teen Fiction"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...