Nada berdecak kesal di depan gerbang sekolah, sedari tadi ia berusaha menelpon Naresh. Namun, cowok itu selalu mematikan sambungan telponnya.
"Bang Ares gimana, sih? Katanya mau jemput!" Nada cemberut. "Jangan-jangan dia lupa ...."
Bug!
Sebuah tangan kekar menepuk keras bahu Nada, sontak membuat ia kaget dan langsung menoleh ke belakang.
"Gema? Ngapain sih?!" Nada bertanya dengan memasang wajah sesangar mungkin, tapi sepertinya malah gagal. Buktinya Gema mati-matian menahan tawa karena melihat ekspresi gadis itu.
"Lo ngapain masih di sini? Gak pulang?"
"Nungguin Bang Ares ...," jawab Nada.
Alis Gema naik satu. "Terus, mana? Belom jemput?"
"Iya, tadi udah aku telpon, tapi gak diangkat."
"Pulang bareng gue aja, mau?" ajak Gema tiba-tiba. "Siapa tau abang lo itu gak jadi jemput, lo mau berdiri disini sampe malem? Mana sekarang udah mulai sepi loh, yang lain udah pada balik."
"Gimana ya?" Nada bingung. "Gak usah deh, nanti aku kena sial lagi kalo deket sama kamu."
"Apaan, ada-ada aja. Udah lah, gak usah sok nolak gitu. Bilang aja seneng diajak pulang bareng sama orang paling ganteng kayak gue." Gema berucap pede.
Nada makin bingung, ia tengah memikirkan kalau ia menerima ajakan cowok itu, takutnya Naresh tiba-tiba datang menjemputnya, sedangkan ia sudah pulang duluan bareng Gema. bisa-bisa Naresh akan ngamuk setelah tahu adiknya malah pulang bareng orang lain, apalagi orang tersebut adalah Gema yang notabenya adalah musuh Naresh sejak setahun yang lalu.
Namun, di sisi lain Nada juga memikirkan, siapa tahu Naresh benar-benar tidak menjemputnya. Kalau ia menolak ajakan Gema, ia akan pulang dengan siapa, sedangkan Nada adalah orang yang sangat penakut jika naik angkot atau taksi sendirian.
"Woy, malah bengong. Udeh cepetan naik ke motor gue, kebiasaan banget mikir lama."
"Yaudah, iya!"
• • •
Sepanjang jalan kuping Gema dibuat sakit karena mendengar ocehan-ocehan tak berfaedah yang keluar dari mulut Nada. Kalau bukan karena terpaksa, ia ogah sekali mengantar gadis itu pulang.
"Lo bisa diem gak sih?!"
"Nggak!"
"Eh, bentar." Gema menghentikan motornya di pinggir jalan, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia bisa menebak pasti mamanya yang menelpon.
Mama is calling..
Gema tidak salah menebak, tak perlu pikir dua kali ia langsung menerima panggilan telepon itu.
"Kenapa, Ma?"
"Tolong jemput Adek di sekolah sekarang ya, Gema."
"Emang Mama gak bisa jemput?"
"Mama di rumah sakit, kondisi nenek makin kritis. Oh iya, adek bawa pulang ke rumah aja jangan kesini, kamu tau sendiri tu anak takut banget sama rumah sakit. Kalau dia nanyain mama, bilang aja mama lagi beliin susu buat dia, biar dia gak ngamuk."
Gema menghela nafas. "Iya, Ma ...."
Kemudian sambungan telepon terputus.
"Kenapa?" tanya Nada.
"Nyokap nyuruh jemput adek, sekolahnya deket dari sini, jadi kita kesana dulu, baru gue anterin lo pulang, gimana?" sahut Gema.
Nada melongo sesaat. "Kamu punya adek?"
"Ho-oh."
"Dia SD atau SMP?"
Gema menggeleng. "Dia masih paud."
"Oh ...." Nada manggut-manggut. "Yaudah, gak pa-pa, kita jemput aja sekarang."
"Wokee!"
• • •
"Kok Mamas yang jemput?"
Suara lucu anak kecil yang baru berusia empat tahun tersebut sukses membuat Nada tertawa gemas. Ia sangat menyukai anak-anak.
"Lucu banget ish ...."
Gema mendengus, "Mama lagi beliin susu buat dedek, jadi Mamas aja yang jemput."
"Mamas?" Nada menatap bingung cowok itu.
"Dia manggil gue Mamas." Gema menyahut.
Nada mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti, setelah itu ia kembali menatap bocah kecil di hadapannya.
"Hai, nama aku Nada, dedek namanya siapa?" Nada tersenyum senang.
Bocah kecil lucu itu langsung mendongak menatap Nada dengan ekspresi yang sangat menggemaskan. "Aku Tiala!"
"Tiala?" ulang Nada.
"Namanya Tiara," sahut Gema memasang wajah datar. "Aelah acara kenal-kenalannya nanti aja, ayok cepetan kita pulang, keburu sore banget nih."
"Yeay, pulang!" Tiara berteriak membuat Gema dan Nada refleks menutup telinga mereka, suara Tiara sudah seperti bunyi terompet tahun baru. Sangat nyaring dan bikin telinga perih mendengarnya.
• • •
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...