"Anak kepala sekolah mah bebas."
"Si Gema cakepnya gak manusiawi ...."
"Heran gua cuk, makin hari kok makin ganteng. Lah gua makin hari makin burik."
"Duh, bebep Gema! Kamu gak sekolah sehari aja aku udah kangen banget astagaaa!"
"Keren banget anjir jadi pengen ngajak Gema ke KUA."
Kedatangan Gema bikin semua yang melihatnya langsung menjerit heboh sekaligus kagum, pasalnya style Gema hari ini berbeda dari biasanya.
Ia bersekolah menggunakan mobil merah kinclong kebanggaannya, ditambah jaket hitam yang terbalut sempurna di badan kekarnya bikin Gema semakin kece, tak sedikit para siswi-siswi SMA Arsurya langsung kelepek-kelepek melihat Gema hari ini.
Seperti biasa, Gema akan memasang wajah songong ketika berjalan melewati kerumunan orang-orang yang memuji kegantengannya. Nyebelin emang.
"Gema!"
Suara gadis polos itu. Yap betul. Yang kemarin bikin Gema tidak tenang karena terus-terusan memikirkannya. Sepertinya ia harus menyiapkan banyak energi kesabaran ketika mendengar berbagai celotehan yang keluar dari mulut gadis itu setelah sehari tidak bertemu.
"Ke kelas bareng ya," ujar Nada tersenyum manis. Saking manisnya sampai bikin jantung Gema tidak sehat sekarang.
"Ngga, sendiri aja sono. Ngapain ngajak gue," sahut Gema ketus.
"Ish! Kok gitu, kamu lupa ya siapa yang kemaren-kemaren sok-sokan jemput terus nganter aku pulang?" Nada cemberut.
"Jemput? Nganter pulang? Siapa tuh, bukan gue kali."
Mata Nada membulat. "Kamu amnesia?! Gema abis kejedot apaan sampe pelupa kayak gini?!"
"Kejedot pohon pisang," jawab Gema santai lalu melangkah duluan meninggalkan gadis itu.
"Ih, Gema! Tungguin!"
••••
"Haciimm!"
Selama jam pelajaran Gema benar-benar tidak bisa fokus belajar karena suara bersin dari cewek di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Nada. Berkali-kali Gema menyuruh gadis itu ke UKS saja agar beristirahat disana. Tapi Nada bersikeras menolak saran dari cowok itu.
"Ngeyel banget sih dibilang ke UKS aja sana. Suara bersin lo ganggu banget, kesian gue sama yang lain gak bisa fokus belajar." Gema marah-marah.
"Mager tau," Nada menatap Gema. "Kalo kamu mau temenin sih, hayuk aja."
Gema mendengus. "Ogah."
"Haciiim!" Nada bersin lagi.
Bu Ratih yang semula menerangkan pelajaran kini beralih menatap Nada, karena suara bersin gadis itu sangat menganggu kenyamanan penghuni kelas.
"Nada, demi ketentraman dan kenyamanan para murid di kelas ini, kamu ke UKS aja gih. Istirahat, ibu tau kamu pasti lagi gak enak badan," ujar Bu Ratih.
Wajah Nada berubah datar, tatapannya beralih pada cowok di samping yang sedari tadi juga memasang wajah datarnya. Sama seperti Nada.
"Tuh, dengerin. Udah sono pergi, lo nyebar virus tau gak."
"Tapi temenin, ya."
"Sendiri aja, lo bukan anak kecil lagi," ucap Gema, penuh penekanan agar cewek itu mengerti.
"Gema, udahlah temenin aja dia!" Bu Ratih berujar lagi, kali ini Gema tidak bisa mengelak sama sekali.
Melihat kejadian tersebut sukses membuat penghuni kelas menahan tawa karena gemas terhadap Gema dan Nada. Tetapi sayangnya ada satu makhluk berada di pojok kelas yang tampak tidak peduli sekaligus emosi melihat kedekatan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...