HAPPY READING~
• • •
"PENGUMUMAN WOY, BU SUSAN BARUSAN BILANG KE GUE. BESOK KITA BAKAL CAMPING!"
Agus berteriak heboh di ambang pintu, sukses bikin kelas yang semula sunyi kini langsung ribut tak terkendali. Dan tentu semua mata langsung menatap ke arah Agus dengan tatapan kaget bercampur senang.
"LU GAK BOHONG KAN, GUS?!" Fia memekik tak percaya.
Agus pun langsung berlari menuju meja Fia lalu duduk di sebelahnya. "Emang muka akyuh kayak orang lagi bohong ya, Bebs?"
"Kampret! Jangan deket-deket!" Sekonyong-konyong, Fia langsung mendorong keras badan gemuk Agus dengan sekuat tenaga hingga cowok itu jatuh ke lantai. Semua murid sontak terbahak melihat kejadian yang sungguh memilukan itu.
"Aduh ... Ayang Fia tega banget sih." Agus meringis sambil menyentuh bokongnya yang baru saja mencium lantai kelas. "Tolongin gue bangun dong, Ayang Fia!"
"OGAH! BADAN LU GEMBROT, BAU LAGI." Ucapan menohok dari Fia benar-benar bikin hati Agus hancur berkeping-keping.
Melihat itu, Nada pun ikutan tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. "Duh ... kalian berdua kocak banget!"
"Kenapa, nih?" Gema masuk ke dalam kelas dengan wajah bingungnya ketika menyadari suasana kelas yang tiba-tiba sangat riuh, cowok itu berjalan mendekati mejanya dan melepas tas dari punggung.
"Gema, besok kita kemping!" Nada berseru senang sambil menabok lengan Gema.
"Kemping?" Gema mengernyit, "kata siapa? Mendadak banget. Kok gue baru tau, ya?"
"Tuh," kata Nada sambil menunjuk ke arah Agus yang masih betah berada di bawah sambil memegang pantatnya.
"Gus, lo kenapa?" tanya Gema, ia baru sadar bahwa Agus berada di situ.
"Ayang Fia ngedorong gue sampe jatoh gini, mana dia gak mau nolongin gue lagi. Coy, bantuin gue bangun dong, susah banget berdiri anjir ...." Agus berucap histeris seraya menatap Gema penuh harap.
"EH?! GAUSAH PAKE NYALAHIN GUE YA!" Fia tak terima dengan ucapan Agus tadi.
"Kan emang lo yang dorong gue, iya 'kan temen-temen," jawab Agus melirik semua orang di sekitarnya.
"Iyee, Gus ...." Semuanya langsung menyahut.
"Bangun sendiri lah, Gus," ujar Gema. "Katanya cowok kuat."
"Kuat makan dia mah." Fia menimpali.
Sementara Nada, sejak tadi ia masih terbahak. Padahal nggak ada yang ngelawak. Nada mah gitu orangnya, ia akan terus-terusan tertawa jika menurutnya itu adalah hal yang konyol.
Kini, tawa Nada langsung terhenti setelah melihat seseorang yang tiba-tiba memasuki kelas, orang itu adalah Adrian. Dia tersenyum tipis ke arah Nada, Nada pun balik melempar senyum manisnya pada cowok itu. Namun, sedetik kemudian senyumnya memudar lalu teringat sesuatu.
Sebenarnya tadi malam, bukannya membalas pesan Adrian, yang dilakukan Nada setelah membaca isi pesan dari cowok itu ialah langsung mematikan ponselnya lalu berusaha menutup mata rapat-rapat sampai ia tertidur. Nada kelewat kaget hingga tak berani membalasnya. Dan sampai sekarang, ia masih tak percaya dengan pesan yang dikirim oleh Adrian.
"Hoy, malah bengong." Suara Gema membuat Nada tersentak. "Tadi ngapain senyum-senyuman sama Adrian, jijik tau gak."
"Hah, kenapa?" Nada melongo.
"Hah-hoh-hah-hoh aja lo. Guru matematika dah dateng tuh," sahut Gema. "Jangan keseringan bengong, entar kesambet."
"Kalo kesambet sama setan ganteng kayak kamu, aku sih ... yes!" ucap Nada sambil menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Teen Fiction"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...