"Ooh! Ternyata yang tadi malem itu sebenarnya Bang Ares?!" Nada berucap tak santai dengan mata yang nyaris keluar dari tempatnya. "Kesel deh, aku pikir hantu tauk!"
Naresh terbahak setelah mendengar omelan adiknya barusan. "Mana pake acara pingsan segala lagi, kan gue jadi repot harus ngebopong lo. Badan lo berat banget tau gak. Gue serasa ngangkat beruang."
Nada mendengus. "Gak beruang juga kali ...."
"Udah, udah, jangan ribut di depan makanan," ucap Netha tiba-tiba. "Kalian tuh ya emang kebiasaan, pagi-pagi udah ribut aja. Mama pusing liat kalian berantem mulu."
"Lagian Bang Ares ada-ada aja, malem-malem make pakaian serba putih. Kan serem," sahut Nada.
"Mungkin si Ares pengen couple sama kuntilanak, betul apa betul," celetuk Narendra.
"PAPA KALO NGOMONG SUKA BENER." Nada melirik sinis Naresh. Sengaja ingin membuat cowok itu kicep.
Naresh merinding, "amit-amit dah ah."
"Kasian deh lo!" Nada mencibir kemudian ia cekikikan.
Ding dong!
"Siapa ya, Ma? Masih pagi gini masa ada tamu," tanya Nada tiba-tiba.
Netha mengangguk samar, "bukain gih, Nad."
"Males ah, suruh Bang Ares aja." Nada cemberut.
"Nada ...."
"Yaudah iya!"
kemudian Nada bangkit dari posisinya, melangkah terpaksa dengan wajah yang datar. Kalau sudah Mamanya yang menyuruh ia tak bisa mengelak.
Ding dong!
"SEBENTAAAR!" teriak Nada kemudian membuka pintu. "Siapa--"
"Ayo. Bareng."
"GEMA?!" Nada melotot sempurna, sedetik kemudian ia pun refleks menutup mulut. "Kamu kok tau rumah aku?"
"Gue tau segalanya."
"Hah? Ga mau!"
"Mumpung gue lagi baik."
"Gaaa! Kamu mau celakain aku ya?! Entar tiba-tiba aku diberhentiin tengah jalan terus didorong ke bawah jembatan!"
"Imajinasi lo lawak banget. Dah sono siap-siap. Gue tunggu. Gada yang bisa nolak kemauan Gema Alenzo. Catet."
"Kok maksa sih!"
"Emang."
"Siapa, Nad? Kok berisik banget." Naresh datang menghampiri, kemudian ia melirik Gema. Dalam sekejap darahnya seketika naik mencapai kepala setelah melihat cowok di sebelah adiknya tersebut.
"Lo?!"
"Oh, ternyata Nada adik lo?" Gema memincingkan matanya ke arah Naresh. "Wes, kita ketemu lagi, what's up bro?"
Naresh mengepalkan tangannya, emosinya sudah naik ke ubun-ubun. "Bullshit! Pergi lo dari rumah gue! Ngapain deket-deket sama Nada!"
"Selaw, bro. Gue cuma mau jemput dia." Gema tertawa renyah, "kayaknya lo masih dendam banget ya sama gue? Hah, kayak bocah."
"Bangsat." Naresh mengumpat.
"Ini ada apa sih, kalian udah kenal ya?" timpal Nada melirik heran dua cowok yang sedari tadi saling menatap tajam.
"Udah mau telat woi, cepetan berangkat." Gema gregetan menatap Nada.
Lantas mata Nada pun langsung tertuju pada jam tangannya. "Waduh?! 15 menit lagi pasti gerbang udah ditutup!"
"Makanya cepetan ambil tas lo, ribet amat."
"Tapi, aku ga ma--"
"Ga ada tapi-tapian."
"Ish, yaudah bentar!"
"Awas lo, jangan pernah nyentuh atau mainin perasaan adek gue. Dia gak tau apa-apa tentang masalah kita dulu. Kalau lo berani apa-apain dia, lo bakal tanggung akibatnya," ucap Naresh tersenyum miring sambil mendorong keras bahu Gema.
Gema memasang wajah datarnya, kemudian menyahut, "Basi."
• • •
Naresh Alfino
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada & Gema [COMPLETED]
Novela Juvenil"Piano itu menggema dan bernada. Kalau kita, Gema dan Nada yang saling mencinta." • • • Awalnya, Gema nggak pernah tertarik akan hal-hal yang berbau soal cinta. Apalagi pacaran, seumur hidup ia belum pernah merasakannya. Namun hingga suatu ketika, k...