09 • The Feelings

4.4K 241 1
                                    

Berkali-kali Nada membuang napas berat, wajahnya lurus ke depan tapi tatapannya turun menatap meja, suasana hatinya sangat aneh sekarang. Sedih tidak, bahagia tidak, sulit dideskripsikan. Dan keadaan seperti ini membuatnya tak minat belajar. Padahal, sedari tadi Pak Tono sibuk menerangkan pelajaran tapi ia tak menyimak sama sekali.

Bangku yang biasa di tempati Gema hari ini kosong, mungkin karena hal itu membuat Nada seperti tak punya gairah hidup sekarang. Padahal biasanya jam-jam seperti ini ia selalu diganggu oleh cowok itu. Apalagi kalau Nada sedang fokus belajar, Gema tak tinggal diam, tangannya langsung bergerak untuk menoel-noel pipi Nada atau mengambil buku gadis itu.

Entah kenapa Nada tiba-tiba merindukan sosok cowok paling menyebalkan yang bernama Gema tersebut, ia pun bertanya-tanya kemana sebenarnya cowok itu hingga tak terlihat batang hidungnya sampai sekarang.

"Woy, lo kenapa sih, Nad?" tanya Fia.

Nada tersentak, ia langsung menoleh ke sebelah kanan. Mejanya bersebelahan dengan Fia. 

"Gak tau, gak enak ...," sahutnya.

Fia mengernyit heran. "Gak enak apaan?"

"Gak tau." Nada mendesah ringan. "Aku juga bingung kenapa aku kayak gini."

Fia benar-benar tak mengerti, semasa hidup baru kali ini ia bertemu makhluk semacam Nada, semakin hari gadis itu semakin membuatnya pusing.

"Lo sakit?" Fia bertanya.

Nada menggeleng. "Aku sehat, banget malah."

"Terus?" tanya Fia lagi.

"Apa?" Nada malah balik nanya.

"Aish, bener-bener nih anak satu." Fia menutup mata seraya menggelengkan kepalanya, bicara dengan Nada membuatnya stress sekarang.

"Fi, si cowok nyebelin kok gak sekolah ya?" tanya Nada tiba-tiba.

Tak perlu waktu yang lama untuk mencerna ucapan Nada barusan, Fia sudah paham betul apa yang dimaksud oleh gadis itu. Refleks ia langsung melirik bangku kosong di sebelah Nada lalu beralih melirik gadis itu dengan tersenyum jahil.

"Oke! Gue ngerti." Fia menahan tawa.

"Kenapa?"

"Lo galau karena gak ada Gema. Iya, kan?"

"Nggak."

"Dih, gak ngaku."

Nada bungkam, ia melirik Fia sekilas lalu menunduk. Pikirannya melayang kemana-mana, dan ia begitu benci keadaan seperti saat ini. Benar-benar membuatnya pusing sendiri.

Sebenarnya, Rainada Azalea bukanlah perempuan yang paham betul perihal cinta atau sejenisnya, ia pun tak pernah berpengalaman soal itu.

Tetapi Nada menyadari, belakangan ini perasaan hatinya agak berbeda dari biasanya. Ia ingin membuang jauh-jauh perasaan tersebut, tapi Nada tak tahu bagaimana caranya. Ia terlalu bodoh untuk hal semacam itu.

"Kok malah bengong?"

Nada kaget. "Ya? Ng–nggak. Hehe."

"Makin aneh aja si Nada." Fia geleng-geleng kepala.

"Fi, aku mau nanya," ucap Nada, pandangannya benar-benar fokus ke satu arah— Fia.

"Nanya apa? Tumben." Sementara Fia malah sibuk menulis sekarang. "Jangan nanya yang aneh-aneh, ye."

"Kamu punya pacar gak?" tanya Nada.

"Nggak, gue jomblo." Fia menghentikan kegiatan menulisnya, kemudian ia tersenyum tipis. "Tapi, ada satu cowok yang gue suka di kelas ini."

"Siapa?" Nada bertanya lagi.

Pandangan Fia lurus ke depan, ia pun masih betah tersenyum, cewek itu seperti sedang mengingat seseorang yang sangat spesial baginya.

"Dia duduk di pojokan kelas." Fia menjeda sesaat. "Namanya Adrian."

Mata Nada membulat, ia langsung melirik meja yang berada di pojok kelas yang dihuni dua lelaki— Agus dan Adrian, sedang nikmat-nikmatnya molor together.

Adrian? Yang waktu itu ngechat aku di line? Yang temennya Gema? batin Nada.

"Terus, dia tau gak kalo kamu suka sama dia?" tanya Nada lagi dan lagi.

Fia menggeleng. "Sebenarnya gue pernah ngasih dia surat, tentang perasaan gue ke dia. Tapi gue ceroboh banget waktu itu, gue malah naruh suratnya di kolong meja si Agus. Alhasil, dia kegirangan dan kegeeran, jadi sampe sekarang malah Agus yang ngejar-ngejar gue. Ewh ...."

Nada mati-matian menahan tawa, "Yaudah, kamu sama Agus aja ... pasti dia seneng banget!"

"Dih, dia seneng, gue yang tersiksa. Lagian, gue mana mau sama cowok gendut bin raksasa kayak dia. Amit-amit dah ah, lemak semua isi badannya." Fia merinding seketika.

Nada sontak tertawa. Namun, detik berikutnya ia menyadari kejanggalan kalimat dari ucapan Fia barusan. Raut wajahnya pun berubah cemberut.

"Fia, ih. Gaboleh body shaming tau!" balas Nada nyaris berteriak.

"KALAU INGIN NGOBROL SILAKAN KELUAR KELAS!"

Kelas langsung hening.

Nada dan Fia langsung bergidik ngeri, pasalnya semua mata tertuju pada mereka berdua.

"Malu anjir .... "

• • •

TBC

Nada & Gema [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang