part 46

863 49 6
                                    

Fatim berjalan masuk perlahan ke kafe milik saaih yg berada di depan toko mereka. Toko yg sudah dipercayakan kepada orang lain oleh atta. Iya masuk ke ruangan saaih setelah mengucap salam.

"Tim,ngapain" tanya saaih bingung melihat fatim datang masih mengenakan pakaian sekolah

"Hmmm mampir aja boleh kan" tanyanya basa basi. Saaih bingung  tidak biasanya adiknya ini begini.

"Boleh kok. Tapi ada apa tumben"

"Hmmm gpp sih" ucapnya kebingungan sendiri

"Kenapa cerita aja" tanyanya ikut bingung

"Atim mau ikut jadi model kebetulan ada tawaran" ucapnya menutup mata

"Terus"

"Atim mau minta izin boleh yaaa"

"Enggak" tolak saaih mentah

"Ok" jawab fatim, iya tau pasti tidak akan diizinkan tapi apa salahnya mencoba. Apa lagi saaih langsung menolaknya mentah mentah apa lagi atta.

Iya pulang bersama saaih. Keadaan rumah sepi,qahtan dan saleha juga tak ada. Iya masuk ke kamar nya dengan saaih yg juga ikut pergi ke kamarnya sendiri.

Hingga malam hari tak ada tanda kedatangan satu orang pun. Fatim dan saaih panik,tak biasanya ponsel semuanya tak bisa di hubungi. Mereka terus menunggu dan menunggu hingga larut,hingga terlelap di sofa.

Suara sirine ambulans membangunkan mereka,keduanya lari ke luar rumah mendapat seluruh saudaranya menangis.

"Ada apa" tanya saaih pada fateh hati hati.

"Umi Abi" jawab fateh sesegukan. Deg,perasaan fatim tak karuan saat itu begitu pun saaih.

Kabar duka datang di keluarga itu,kedua orang tua nya meninggal di negara berkonflik yg saat itu tugas disana. Keduanya salah satu korban tembakan massal. (Just cerbung)

Perasaan itu hancur,mulut tak sanggup mengeluarkan kata selain tangisan,hanya air mata yg sanggup menjelaskan segala nya.

"Baru aja Imah nikah,sekarang umi pergi gitu. Imah bahkan belum sempet kasi cucu sama umi Abi. Umi gimana adek adek,mereka masih kecil. Umi bangun" ucap sohwa terus menangis.
.
.
***

Rumah itu tampak sepi setelah kepergian orang tua mereka 3 bulan yang lalu. Semuanya tampak terpukul hingga sekarang. Atta juga memilih minggat dari rumah dan mencari tempat tinggal baru membawa istrinya. Terlalu banyak kenangan menurutnya disana yg membuatnya drop. Soal uang iya tak pernah lupa mengirimnya pada Sajidah yg sekarang menjadi sosok ibu bagi adik"nya.

Keputusan atta yg membuat iya harus berdebat dengan Shifa, karena Shifa tak ingin pergi dari sana. Iya tau adik adik iparnya itu semua pasti membutuhkan atta, tetapi laki laki itu egois. 

"Qahtan" panggil Shifa. Iya memang menyempatkan waktu saat atta ke kantor untuk melihat keadaan adik iparnya.

"Ka Shifa,come on"

"Okay" Shifa ikut menghampiri qahtan yg duduk di lantai.

"Where Soleha"

"Slepp"

Qahtan tampak tak bersemangat,rasanya Shifa ingin menangis kala itu juga.

"You want to stay with me in my house and ka Soleha" tawar Shifa pada qahtan

"Yes, let's go. I Miss banatta"ucapnya bersemangat.

"let's wake up ka Soleha and prepare your things everything"

"Okay"

Setelah membangunkan saleha dan menyiapkan barang bawaan keduanya Shifa membawa keduanya menuju rumahnya. Tentu iya sudah izin pada Sajidah lewat telfon.

"this is your room, the room next to is mine. if you want something call ka shifa,okay" ucap Shifa sambil membereskan barang keduanya.

"Okay ka Shifa thank you" ucap qahtan dan soleha memeluk Shifa.

Shifa meninggalkan keduanya yg sedang tulidur untung membantu maid membuat makanan.
.
.
Rumah yg tadinya sepi kini semakin sepi tanpa adanya suara adik kecil mereka.
"Ka jidah,qahtan sama saleha mana" tanya muntaz yg baru pulang les sore

"Dirumah bang atta"jawab jidah sambil terus memasak

"Kok bisa" tanya muntaz lagi.

"Tadi ka Shifa kesini bawa mereka. Lagian kasihan mereka ga ada temen saat kalian sekolah. Ka Shifa juga kasian terus bolak balik liat kita. Dia juga kan lagi hamil"

"Ohh okay"
.
.
"Bil aku kangen sm keluarga aku" tutur iyyah pada Billy yg tak mengetahui apapun.

"Knp ga di telfon aja"

"Aku udah coba ke hp umi kemaren tapi ga bisa. Sosmed mereka juga udah jarang aktif"

"Ka jidah"

"Hah iya ya, udah lama sih aku kepikiran sama umi Abi.tapi ga tau kemaren itu ngebet banget kangen mereka"

"Coba deh kamu telfon dulu" usul Billy kembali karena iyyah tampak cemas

"Udah nih tapi ga bisa" adu iyyah kembali

"Mungkin mereka sibuk positiv thinking aja dulu,nanti coba lagi"

"Okay"

"Sekarang makan dulu,2 bulan lagi kita bisa pulang. Sabar okay"

"Yaa"..

Selama disana iyyah dan Billy selalu bersama.mereka saling menjaga 1 sama lain. Mereka juga memiliki teman disana tapi tau sendiri yg namanya luar negeri beda jauh dengan Indonesia.

Uang bulanan yang dikirim oleh atta pada iyyah tak pernah iya gunakan untuk berfoya foya bahkan iya menabungnya. Iyyah juga menawarkan diri sebagai fotografer kampus disana, mulai dari penawaran fasilitas baru untuk menarik para pembelajar, hingga iya dapat menghasilkan uang disana.
.
.
"Gimana ya keadaan Ade Ade aku sekarang" tanya sohwa pada Wildan yg saat ini menunggu waktu Maghrib.

"Hmhh besok kita kesana, mereka juga pasti kangen sama kamu. Secara atta udah pindah rumah juga" saran Wildan pada sohwa

Sohwa meletakkan tubuhnya pada lengan Wildan. Iya kepikiran dengan Nasip adik adiknya. Wildan menarik sohwa kedalam pelukannya agar wanita itu tenang sesekali iya mengelus elus punggung sohwa.

Bersambung.......



Vote n komen
See u next part 💕

Gen halilintar||Drastically change||√ #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang