part 1 [bag.2]

1.4K 62 21
                                    

"ka Imah hati hati,ga usah buru buru"Sajidah berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan sohwa

"Udah deh jid, ga usah ikutin Kaka"sohwa semakin menjauh dari Sajidah. Iya kesal adiknya itu tak henti hentinya mengikutinya dari tadi. Iya ingin menyendiri saat ini,iya belum rela harus ditinggal pergi oleh kekasihnya. Wildan pergi ke luar negeri untuk meraih gelar dan mengerjakan perusahaan orangtuanya

Sohwa semakin kesal,tanpa melihat keadaan iya langsung menyebrang untuk mengindari Sajidah.

Bugh

Sajidah berlari ke arah sohwa iya juga sama karena sudah panik iya tak melihat kondisi jalan saat ini. "Maaf pak" Sajidah berusaha berdiri karena iya juga baru ditabrak sebuah motor, tepatnya iya yg menabrak motor itu.

Dengan tertatih tatih iya membuka paksa kerumunan orang itu. Matanya membulat sempurna,serta mulutnya yg menganga melihat kondisi sohwa yg berselimbuh darah. "A..a.. ambulans,telfon tolong" Sajidah meletakkan kepala sohwa di pahanya tak perduli darah yg bisa saja menodai pakainya. Lengkap dengan suaranya yg bergetar hebat

Ambulans sudah berhenti di depan rumah sakit, iya bolak balik didepan pintu rumah sakit. Iya bingung harus bagaimana sekarang, Wildan sudah pergi sejak 1 jam tadi. Dan di kota ini iya hanya berdua dengan kakaknya . Tangannya bergetar menekan beberapa bilah angka di layar hpnya ."bg atta ke rumah sakit Bandung sekarang"ucapnya lewat telfon tanpa salam dan pamit,yg akan kembali 2hari berikutnya!:)

                              °°°°°°°°°°

"Kenapa ta?" Umi yg melihat ekspresi atta yg berubah setelah mengangkat telfon bertanya.

"Ga ada apa apa ko mi. Atta ada urusan sebentar diluar ini mendadak,mungkin atta bakal pulang larut mi" iya sadar ada yg tidak beres sekarang. Dan iya tidak mau membuat orangtuanya khawatir tanpa tau sebab dan masalah

"Iya,udah km hati hati" umi membelai sekilas rambut berwarna yg dihiasi bandana dikepalanya.

Atta tak ingin lama di jalan,iya menggunakan motor gede miliknya menuju ke TKP. Sampai di rumah sakit yg telah dikirim lokasinya terlebih dahulu oleh sajidah. Iya memutari dari lorong ke lorong,karena saat ditanya ke resepsionis pasien belum terdaftar karena luka yg sangat parah.

"Ada apa" Sajidah teesontak kaget bahunya diguncang,padahal atta tidak terlalu kuat melakukannya.

"K...ka..min. ah." Atta membalas pelukan Sajidah. adiknya itu menangis kuat dalam dekapannya. Ia mengelus elus punggung Sajidah yg sesegukan lalu mengajak nya berbicara perlahan.

"Ada apa jid? Kenapa mimah? Ini pakaian km ko berdarah darah? Terus telapak tangan km juga memar memar?" Pria itu tak henti-hentinya bertanya,bagaimana iya tenang jika melihat keadaan adiknya seperti ini. "Jid,jangan nangis terus. Ayo bilang sama Abang ada apa disini"

"Ka Imah didalam" mata atta melihat ke arah ruang yg ditunjuk Sajidah. Tunggu, UGD? Atta melihat kembali ke arah Sajidah yg masih saja menangis didekapannya

"Kok bisa?"atta ikut mendudukkan bokongnya di sebelah Sajidah,berulang kali ia menghentak hentakan kakinya. Matanya tertuju kembali ke ruangan UGD yg masih tertutup itu. Setelahnya iya menunduk,menyerahkan diri pada yang kuasa padahal info yg iya dapat belum jelas!

                              °°°°°°°°°°

"Keluarga korban" atta dan Sajidah menatap dokter yg baru saja keluar dari ruangan sohwa. Dengan cepat keduanya berdiri menghampiri dokter itu guna mengetahui kondisi sohwa.

"Saya kakaknya dok,ada apa dengan adik saya" dokter itu malah mengajaknya ke ruangan miliknya sedangkan Sajidah pergi ke resepsionis untuk membuat informasi tentang sohwa disana.

"Adik anda kekurangan banyak darah,beliau membutuhkan sekitar 2-3 kantung. Saya hanya meminta persetujuan,karena persediaan darah kami cocok untuk nya." Atta hanya mengangguk angguk,

"Lakukan yg terbaik dok.
Setelah donor adik saya akan pulih kan dok?" Dokter itu hanya tersenyum dan mengangguk matanya seperti mengodekan pada atta '''jika Tuhan mengijinkan''' atta tersenyum lalu berlalu

                               °°°°°°°°°

"Riq,kesini bentar nak!" Thariq menghentikan langkahnya yg ingin pergi ke kamar.

"Kenapa mi?" Umi memukul mukul bangku sebelahnya meminta agar Thariq duduk.
"Jidah kapan pulang ya liq"tanya umi yg sudah berdampingan dengan Thariq,duduknya.

"Katanya besok atau lusa mi,emang ada apa. Umi perlu sesuatu?" Thariq menggenggam tangan umi. Umi hanya menggeleng lalu mengelus tangan Thariq yg dipangkuanya.

"Umi cuma khawatir sama mereka"Thariq seketika diam, perasaan nya mulai tak karuan sekarang. "Kok km diem nak ada apa" umi yg merasa terabaikan ucapannya bertanya,justru Thariq kembali menggeleng.

"Umi tenang aja ok! Kita doa semoga semua baik baik aja ya mi"Thariq berusaha menenangkan lalu berlalu setelah mendapat izin dari umi untuk shalat di kamar bawahnya.

                               °°°°°°°°°°

" Hay Fatim,fateh,n kids" saaih ikut bergabung bersama adik adiknya di gazebo depan rumah mereka. Ia menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya yg berada di tangannya. "Bg aih punya sesuatu" saaih menampilkan senyumnya terlebar nya hingga matanya nampak menghilang .

"Apaan tuh" fateh menunjuk ke belakang saaih dengan suaranya lebay. Fatim yg berhadapan dengan fateh langsung menyumpal mulut fateh dengan balon besar.

"Ihh,ka Fatim mah. Nanti balonnya meledak jangan Deket Deket"

"Makanya jangan lebay" ucap fatim singkat

"Bg aih punya coklat" kelima adiknya itu langsung melihat ke tangan yg dilebarkan saaih,tapi hanya ada 4 dan sudah direbut oleh kawanan muntaz beserta fateh.

"Atim ga ada"fatim protes karena ia tidak kebagian. Dan adik adiknya yg tau ia tidak kebagian sudah pergi meninggalkan nya, mungkin adiknya takut jika diminta fatim.

"Km sih ga gerak cepat. Mau?"tanya saaih,

"Ya mau lah,bg aih ga adil amat dah. Makanya klo tau Ade banyak itu disediain juga banyak. Hmm apahangan jangan coklat itu tadi sisa kemaren Minggu itu" saaih tersenyum menandakan 'iya'. Fatim menyeritkan dahinya, tak habis pikir dia dengan Abang satunya ini. Pertama mereka membeli bukan langsung dibagi malah saaih membawanya ke kamarnya,dan setelah iya tak suka lagi malah dicampakkan. Hadehh saaih...habis manis ko tinggal gelas,

"Bg aih telfon ka jidah dong,minta bawa oleh oleh" pinta fatim pada saaih.

"Ok" saaih berusaha menelfon Sajidah dari tadi tapi sampai sekarang belum dijawab. Terhitung sudah masuk ke angka belasan.

"Kenapa bg? Kajisah ga jawab ya. Mungkin karena kisah sibuk nanti juga di telfon balik" jelas fatim pada saaih. Mungkin yg namanya saudara sesamanya pasti memiliki insting yg kuat. Sama seperti saaih yg sudah mulai tidak tenang namun ekspresi nya masih tak menunjukan apapun

"Yaudahlah,km masih mau coklatnya?" Fatim mengganguk cepat pada saaih "kita jalan aja. Sekalian olah raga sore" fatim kembali mengganguk lalu ikut mengikuti saaih yg sudah menggenggam tangan kanannya.
Kebetulan tepat di depan komplek mereka ada Indomaret disana.

Mereka saling berpegangan tangan dan bernyanyi nyanyi di sepanjang kompleks.

                               °°°°°°°°°

Bersambung....    

So guys,aku ga jadi merevisi ini. Aku buat beda dari sudut pandang yg lain.

O iya jangan lupa vote N komen yak.....

                      See u next part 💕

Gen halilintar||Drastically change||√ #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang