Yeri pov
Jam sudah menunjukkan pukul dua malam, dan aku masih terjaga sampai sekarang. Kini aku hanya diam dan sesekali meleguh saat dia menusukku terlalu dalam. Aku merasakan beberapa kali ia pelepasan, namun sayangnya ia belum melepaskan tautannya walaupun berkali-kali sudah mencapai puncaknya.
Lahirkan anak laki-laki
Kata-kata itu selalu tergiang diotakku. Suamiku, yah bukan begitu dia suamiku? Walaupun aku tak mengenalnya sama sekali tetapi ia sudah menjadi suamiku, tak ada salahnya kan aku menyebut dia seperti itu?
Jika salah maafkan aku, aku akan segera mencabut perkataanku sebelumnya. Jika memang bisa.
Matanya berat sekali, kutahu dia lelah namun dia bodoh tak berbaring untuk tidur, dia malah masih enaknya menghujamiku. Rasanya badanku remuk semua, tak bisa bergerak walaupun sedikitpun. Mungkin sudah enam kali berturut-turut aku dan dia melakukannya, namun dia sama sekalipun tak merasa lelah. Ia malah semakin kuat setiap menit ataupun jam nya.
Aku jadi berfikir apakah seorang lelaki tampan yang berada diatasku ini seorang lelaki yang mengidap penyakit libido? Jika ia aku tak tahu harus apa, pasti ia akan setiap hari bergempur denganku. Jangan, aku tak mau.
Nafasnya terengah-engah mungkin ini ketujuh kalinya ia merasakan pelepasan. Aku tak munafik bahwa aku sangat menyukai permainanya, bisa ku pastikan bahwa dia adalah lelaki yang sering sekali melakukan having sex dengan wanita-wanita lainnya. Namun aku sama sekalipun tak mengurusinya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar aku bisa pergi dari rumah besar milik lelaki ini.
"Jangan pernah berfikir untuk kabur, karena sampai kapanpun kau akan tetap berada disini!." Aku membulatkan mataku, sejak kapan dia sudah berpindah tempat? Pasti aku sudah lama memikirkan jalan keluar sehingga aku tak sadar dia sudah berguling kesampingku.
Oh bahkan tautanya belum terlepas! Apa yang dia inginkan? Aku sudah lelah, bisakah dia mengasihaniku?
Sudah menikahiku dengan paksa, memperkosaku berkali-kali dan kini ia ingin kembali melakukan tindakan sex berturut-turut? Aku sungguh membencinya!
Aku tak tahu siapa dia, dia memiliki banyak anak buah berhoodie bahkan bertopeng putih, aku benci untuk mengakui bahwa aku penasaran dengan sosok lelaki di sampingku ini.
Ku lihat kamarnya ini sangat megah sekali, banyak dokumen-dokumen yang entah itu milik kantornya ataupun apa, yang jelas semuanya ada banyak di dalam satu lemari panjang dan lebar. Dia sangat kaya, bahkan ranjang yang kini ku tempati seperti emas perak yang sangat berkilau. Aku tak tahu apakah emas ini asli atau tidak.
Bukan hanya ranjang saja, ada juga tempat lampu, gagang pintu, hiasan-hiasan dan beberapa figura. Itu semua hampir seluruhnya emas. Sungguh sangat membutakkan Mata kamar ini.
"Jika kau tak menyukai semua yang ada disini aku bisa merubahnya dalam 6 jam." Katanya dengan senyuman penuh arti.
Aku terdiam tanpa menoleh, sekali menoleh padanya aku langsung mendapatkan sebuah senyuman menawan yang penuh dengan arti. Itu pasti membuatku akan langsung jatuh cinta dengan pesonanya. Namun, aku akan berusaha untuk menjaga agar aku tak terjatuh kedalam pesonanya.
"Cuih, kau itu pemaksa. Aku tak mungkin tidak bisa mempercayai mu." Kataku untuknya. Dia lalu terkekeh geli mendengarkan suaraku yang serak.
"Mendesah kau sangat merdu, suaramu itu tak lebih bagus dari desahanmu." Katanya di akhiri dengan tawa yang membuatku langsung menatap tajam kearahnya. Menatap seperti ini harusnya dia yang takut, lantas sekarang mengapa aku yang takut padanya? Sial aku benci diriku sendiri!
KAMU SEDANG MEMBACA
Man Is Not Heartless
Fanfiction"Tolong jangan bunuh putriku! Dia darah dagingmu juga jeon!." "Aku hanya menginginkan Anak Lelaki, bukan perempuan! Jadi biarkan aku lenyapkan anak ini!." "Jangan kumohon padamu kau sudah banyak membunuh anakmu sendiri, kumohon jangan membunuhnya la...