Kim yerim pov
Rintik hujan terus membasahi bajuku, aku tak bisa menghindari setetes air ini sama sekalipun. Sekali pun aku menghindar aku harus menemukan tempat berteduh, seperti rumah yang tertutup oleh atap hingga hujan tak bisa menembusnya.
Hujan hari ini seperti nya tengah mewakili perasaanku, mungkin dia tahu kalau aku tengah bersedih sekarang ini. Namun disaat aku membutuhkan sandaran seperti rumah, aku bahkan tak memilikinya.
Aku tau aku ini orang yang bodoh, yang tak berhenti untuk berteduh di bawah pohon maupun halte yang sering aku lewati. Bahkan aku kini tengah berjalan di sebuah toko yang masih buka tetapi nampak sepi. Jika aku tak sedih mungkin aku berada disana Sekarang, ikut menunggu hujan agar reda bersama beberapa orang didalamnya.
Tapi aku disini masih tetap berjalan dengan santai tak perdulikan hujan yang tadinya hanya gerimis sekarang sudah semakin besar. Aku kedinginan namun aku sama sekalipun belum ada niatan untuk berhenti dari jalanku. Memeluk tubuhku dengan kedua tanganku, bibir yang bergetar dingin terus aku kantupkan. Aku memang bodoh tak berhenti tetapi aku sangat kosong sekarang, fikiranku sudah terbawa jauh entah kemana hingga aku seperti orang tak sadar seperti ini.
Lama berjalan dan lama juga hujan mengguyur tanah aku masih betah berjalan, tujuanku adalah pulang ke penginapanku. Air hujan perlahan-lahan hilang dibawa kemana, entah aku tak tahu. Yang terpenting disini aku masih berjalan dengan tenang.
Bajuku masih basah, namun aga sedikit mengering. Mungkin karena hujan sudah lama berhenti dan aku masih berjalan kaki, sementara angin berhembus semakin kencang, dan membuat ku merinding kedinginan. Namun itu pasti yang sudah membuat bajuku sedikit mengering. Sang angin yang membuat pakaianku tak basah lagi.
Aku melewati jalan yang sepi, yah jarak antara kampusku dan tempat ku tinggal sangatlah jauh. Sebenarnya jika ingin cepat sampai harusnya aku menggunakan bis. Tetapi aku lebih memilih untuk berjalan saja karena uangku mungkin takkan cukup jika digunakan untuk membayar bis. Lagian aku juga belum berangkat bekerja.
Yah aku bekerja menjadi salah satu maskot di restoran ayam yang terkenal dikotaku ini. Namun sayangnya saat aku mendaftar untuk menjadi pelayan, sang pemilik restoran ayam itu menolakku secara halus. Karena saat aku melamar kerja pada pemilik resto itu aku masih SMA, hingga sang pemilik merasa tak enak pada pengunjung jika ia memper
kerjakan anak yang masih sekolah.Hingga sang pemilik resto menyuruhku untuk menjadi maskot, katanya agar para pengunjung tak tahu jika yang bekerja itu anak sekolahan. Nanti dikirannya sang pemilik resto orang yang tak baik meperkejakan anak di bawah umur sepertiku.
Namun aku tetap berterimakasih padanya, dia baik. Dan dia selalu menambahkan gajiku setiap bulannya. Dia juga menawarkan aku untuk menjadi pelayan, karena umurku sudah dewasa untuk bekerja. Namun sayangnya aku sudah tak tertarik lagi menjadi pelayan. Aku memilih tetap menjadi maskot yang bergambar ayam, aku nyaman menggunakan maskot sebagai kostum sekaligus pekerjaanku.
Tengah asik berjalan aku seperti sedang di ikuti oleh seseorang, aku menoleh kearah belakang. Namun yang kulihat hanya ada beberapa pohon saja yang tertiup oleh angin. Aku langsung kembali menghadap depan dan kembali melangkah.
Aku kembali merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menggelengkan kepalaku. Tak mungkin ada yang mengikutiku, memangnya aku ini siapa yang harus di ikuti seseorang? Pasti aku cuma behalusinasi saja.
Tengah asik kembali berjalan, bulu kudukku berdiri tiba-tiba. Telinga mendengar ada suara kaki yang melangkah kearah ku dengan cepat. Aku menautkan kedua alisku, mengapa langkah sesuatu dibelakangku itu sangat cepat?
Pertanyaan muncul seketika dibenakku. Berusaha untuk mengabaikannya aku kembali melangkahkan kakiku dengan tenang tetapi terburu-buru. Mataku memejam merasakan ketakutan yang medalam. Apakah itu seorang penguntit? Ya tuhan, untuk apa penguntit itu mengikuti wanita miskin sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man Is Not Heartless
Fiksi Penggemar"Tolong jangan bunuh putriku! Dia darah dagingmu juga jeon!." "Aku hanya menginginkan Anak Lelaki, bukan perempuan! Jadi biarkan aku lenyapkan anak ini!." "Jangan kumohon padamu kau sudah banyak membunuh anakmu sendiri, kumohon jangan membunuhnya la...