Dara pulang ke rumah dengan wajah gembira, kembali mengingat pertemuan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bersama Dinda, waktu banyak tertelan oleh sebuah cerita yang berkesan.
Selain Aya, kini ada Dinda yang kembali sebagai teman. Dinda adalah teman paling dekat satu-satunya yang Dara punya saat SMP. Pasca hari kelulusan, mendadak Dinda pamit ingin melanjutkan pendidikan di kota kelahiran eyangnya, Jogja. Waktu itu Dara menangis sedih, siapa yang akan dijadikan teman oleh Dara nantinya.
Namun perlahan Dinda berhasil membujuknya. Entah esok atau lusa, Dinda berjanji bahwa mereka akan bertemu kembali. Dan puncaknya saat tadi waktu Dinda bilang bahwa dia akan menetap di Jember dan bekerja di sini. Eyang di Jogja juga sudah meninggal, jadi dia berniat kembali ke Jember dan tinggal bersama tantenya. Kedua orang tua Dinda meninggal karena kecelakaan waktu dia kelas dua SMP. Dan sekarang, hanya adik dari ayahnya yang bisa ia dijadikan harapan.
Pada pertemuan pertama di kafe, Dinda juga membawa kabar baik, yakni alumni angkatan mereka berencana mengadakan reuni. Dan Dinda mengajak Dara agar datang bersama. Dara setuju saja, karena selama Dinda tidak ada, Dara selalu enggan datang ke reuni dengan alasan sibuk. Dan mungkin kali ini adalah kesempatannya.
"Dek Dara, kamu dari tadi melamun saja. Mbak suruh kamu makan, lho," mbak Puput menegur sembari mencuci piring.
Dara tersenyum, "mbak nanti aku saja yang mengepel lantainya."
Mbak Puput mengangguk. Dara bukan gadis manja yang harus dipenuhi segala keinginannya. Gadis itu terbiasa membersihkan rumah jika ada waktu luang, katanya hitung-hitung meringankan beban mbak Puput yang rela bekerja setiap hari, dan mengorbankan waktu guna mengurus bunda dan Dara sejak ayah tidak ada. Mbak Puput juga langsung menyukai Dara pada kali pertama dia menginjakkan kaki di rumah ini, saat itu tanpa segan Dara menyambut dan membawakan koper menuju kamar yang ditunjukkan oleh bunda.
"Mbak Puput masih ingat Dinda?"
Sembari menggosok piring, mbak Puput sibuk berpikir, "teman kamu yang dulu bukan? yang sering kamu ceritakan."
"Benar, mbak. Dia datang ke sini."
"Sudah pulang dari Jogja?"
Dara mengangguk, "besok juga aku mau datang ke reuni alumni sama dia."
"Setidaknya kehadiran Dinda berhasil buat kamu mau ketemu sama teman-teman lama,"
Gadis itu tertawa, "mbak tau aja."
"Sudah sana makan, katanya mau mengepel lantai. Nanti kalau bunda sudah bangun, kamu jangan lupa cerita sama bunda. Agar beliau tau kalau anak gadisnya mulai mendapat satu persatu kebahagiaan."
"Mbak Puput, bisa aja."
***
Kelas berakhir tepat jam empat sore, masih ada waktu untuk menghadiri acara reuni bersama Dinda. Dara berpamitan kepada Aya sebelum menjemput Dinda di kafe. Dan senangnya lagi, Dara diberitahu oleh Dinda bahwa kafe Senandika adalah milik kakek Sena yang sekarang dikelola oleh Sena sendiri. Setidaknya dia bisa meminta pada Sena agar Dinda pulang lebih sore.
Keduanya kini sedang menuju warung ayam geprek Mang Uung yang letaknya di Jalan Mastrip.
Sedikitnya Dara merasa gugup saat bertemu dengan teman seangkatannya. Tapi tak apa selama Dinda menemaninya, semua pasti baik-baik saja.
Tak butuh waktu lama keduanya tiba, Dinda dengan antusias hendak masuk dan berbaur bersama mereka yang tengah duduk berkumpul di meja yang menjadi satu. Sementara Dara masih berusaha biasa saja, setelah lama tidak jumpa muka, rasa gugupnya sangat terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Semesta untuk Dara [TAMAT]
Novela JuvenilSemesta punya beribu cara agar mampu mengembalikan tawa Dara yang telah lama sirna. Dan salah satu diantara seribu, ada satu yang tak pernah sia-sia, yakni dengan mengirim salah satu manusia bernama Sena. ©2019 dorafatunisa