2

7K 854 123
                                    

Revisi: Oke pardon. Jadi saya ubah, Seokjin di sini adalah Jaksa Wilayah, ini lebih familiar di Korea. Sementara Jaksa Pengacara Negara (JPN) familiar di Indonesia. Hehe.

.

.

.

"Mengapa kau memegang pisau, Seokjin?"

Seokjin mengulum bibirnya yang terasa kering sementara jari-jarinya meringkuk di sekeliling cangkir kopi yang dia genggam. Kopi itu tak lagi terasa hangat, melainkan sedingin es. Waktu hampir menunjukkan jam tiga pagi dan sebenarnya Seokjin tidak membutuhkan kafein untuk tetap terjaga.

Bayangan tubuh Krystal yang dimutilasi tidak akan bisa membuatnya tidur untuk beberapa waktu ke depan.

"Seokjin?" Si detektif memanggilnya lagi, berusaha menarik perhatiannya.

Seokjin menarik napas dalam-dalam, "Kau yakin kita perlu memainkan peran 'mari bersikap formal untuk saat ini?'" Dia telah bekerja dengan Lee Jaehwan—Ken dalam berbagai macam kasus. Pemuda itu benar-benar membawanya ke dalam ruang interogasi. Biasanya mereka berdualah yang menginterogasi para tersangka bersama-sama.

Tapi sekarang, Seokjin tidak mengira jika  dirinyalah yang akan diinterogasi.

Ken menghela napas berat, "Maaf, tapi kita memang harus melakukannya. Krystal Jung tewas ditikam sebanyak empat belas kali dan petugas di tempat kejadian melaporkan bahwa kau berlari keluar dari rumahmu sambil memegang pisau."

Seokjin menjepit pangkal hidungnya. Sakit kepalanya semakin berdenyut nyeri, "Tidak ada darah di pisau itu dan juga di tanganku. Katakan pada petugas olah TKP untuk memeriksanya. Mereka bisa membuktikan bahwa pisau itu sama sekali tidak digunakan." Sekali lagi, Seokjin menghela napas panjang semata untuk meredakan tremor yang menyerang tubuhnya. Lantas, dia menegakkan bahu, "Aku tidak terlibat dalam kasus ini. Kau mengenalku dengan baik, Ken."

Sangat baik.

Sayangnya, satu malam yang mereka habiskan bersama adalah sebuah kesalahan yang tidak akan terulang.

Dia hanya sedang stress dan kesepian.

Seokjin tidak mengira patah hati akan terasa sangat menyakitkan. Dia mengingat dengan jelas dalam benaknya bagaimana sosok pemuda itu pergi meninggalkannya.

Segera setelah kasus Oh Sehun ditutup, pemuda itu meninggalkan kota ini begitu saja.

Move on dengan mudah.

Sialan.

"Saat ini yang kutahu adalah ada mayat yang ditemukan di rumahmu, di tempat tidurmu, Seokjin." Seokjin bisa mendengar simpati dalam suaranya. Ken adalah pemuda yang baik dan Seokjin tahu dari ekspresinya bahwa pemuda itu benci karena harus melakukan interogasi ini.

Tapi biar bagaimanapun, ini adalah bagian dari pekerjaannya.

"Aku tidak membunuh Krystal. Dia adalah sepupuku. Sahabatku." tukas Seokjin tegas.

"Ya, tapi kemarin kalian baru saja bertengkar."

Tatapan Seokjin melayang ke arah Ken.

"Aku tahu tentang pertengkaran kalian, Seokjin. Berita itu menyebar dengan cepat di gedung kejaksaan."

"Itu... itu masalah pribadi." Sesuatu yang tidak ingin Seokjin ungkapkan. Krystal telah tewas. Dan Seokjin tidak ingin mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan melukai ingatannya tentang wanita itu.

"Jangan bersikap seperti ini. Aku ingin kau jujur, bersikaplah kooperatif. Sial, kau tahu bagaimana reaksi pers jika mereka tahu bahwa seorang jaksa terlibat dalam kasus pembunuhan—"

Primal Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang