5

4.9K 673 96
                                    

Seokjin berdiri terpaku di depan pintu ruang kantor Changmin sementara tatapannya menyapu file-file yang bertebaran, bingkai foto yang kacanya pecah berserakan, LCD komputer yang tergeletak di lantai, kursi kayu yang patah serta piagam-piagam penghargaan yang sekarang tampak rusak.Tempat itu benar-benar berantakan. Hancur.

"Di mana dia?" Tanya Seokjin saat dia berbalik dan menatap polisi yang sejak tadi mengikutinya. Yeonjun sudah menghubungi rekannya untuk meminta bantuan, dan di balik bahu pemuda itu, Seokjin bisa melihat seorang staff keamanan yang berlari ke arah mereka.

Yeonjun menggeleng. Sekarang, raut wajah polisi itu dihiasi kekhawatiran.

"Kita harus segera menghubungi Hakim Shim, sekarang juga," kata Seokjin kepada staff keamanan. Pria itu memiliki radio komunikasi yang terhubung langsung ke sistem keamanan pusat. Mereka bisa mengirim panggilan darurat melalui gedung pengadilan. Jika Changmin berada di gedung ini, maka pria itu seharusnya merespon dan―

Lalu, sosok Changmin muncul di ujung lorong dan pria itu berhenti melangkah ketika melihat mereka.

"Seokjin?" Changmin bergegas ke arahnya. Pria itu mengerutkan kening ketika dia menatap staff keamanan dan juga Yeonjun. "Aku pikir kau akan―" Pria itu bungkam dan matanya melebar ketika dia menoleh ke arah pintu kantornya yang terbuka dan melihat keadaan kantornya yang hancur berantakan. "Apa yang terjadi!"

Hakim itu baik-baik saja. Dia hidup dan bernapas. Hanya saja membuat Seokjin ketakutan setengah mati. Seokjin meraih pundak pria itu, "Hakim, dari mana saja kau?"

"Aku harus menandatangani surat perintah penggeledahan yang kau dan Namjoon minta." Jawab Changmin, masih menatap ke dalam kantornya dengan tatapan horor. "Dia datang untuk mencariku?" Bisiknya pada Seokjin.

Tampaknya seperti itu.

Staff keamanan gedung bergeser dengan gugup ke sebelah mereka.

Changmin sontak menoleh ke arahnya, "Siapa yang masuk ke kantorku? Siapa yang datang ke sini?"

Staff itu menelan ludah, "Maaf, saya tidak melihat siapa pun masuk ke dalam. Ada keributan di salah satu ruang sidang dan saya harus pergi untuk membantu. Saya meninggalkan ruangan selama beberapa menit..."

"CCTV," kata Seokjin, berpikir dengan cepat ketika dia melihat kamera keamanan yang bertengger di sudut atas ruangan, "Ada kamera pengawas di setiap lantai."

CCTV tentu akan merekam setiap orang yang masuk atau pun keluar.

Setidaknya untuk saat ini, itulah petunjuk yang mereka punya. Mungkin, kamera-kamera itu bisa memberitahu mereka kemana Sehun pergi―atau bahkan di mana dia berada saat itu. "Hubungi bagian keamanan untuk menarik rekaman itu. Cari tahu siapa yang masuk ke sini dan di mana dia sekarang."

Staff keamanan itu mengangguk cepat dan menghubungi ruangan pusat dengan radio komunikasinya.

Di belakang, suara Yeonjun menarik perhatian Seokjin. "Ada penyusup yang masuk ke dalam ruang kantor Hakim Shim." Polisi itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Seokjin berharap orang itu Ken atau Namjoon. "Ruang kantor itu hancur berantakan." Kemudian, tatapan Yeonjun menguncinya, "Dia ada di sini. Aku akan menjaganya."

Yeonjun mengakhiri panggilannya dan berkata, "Dia memintaku untuk menjagamu tetap di sini sampai dia tiba di sini."

"Dia siapa?"

Changmin mencoba melewati polisi itu untuk masuk ke dalam kantornya. Namun, Yeonjun dengan cepat bergerak untuk menghalanginya. "NIS memerintahkanku untuk tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam. Mereka tidak ingin ada bukti yang terkontaminasi."

Jadi, tampaknya, Namjoon lah yang memimpin penyelidikan.

Sekali lagi, tatapan Seokjin beralih pada ruang kantor Changmin, lalu kemudian dia menatap wajah hakim itu yang tampak pucat, "Kenapa kau menghubungiku, Changmin?" Tanya Seokjin. "Mengapa kau memintaku datang ke sini?"

Primal Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang