14

3.7K 566 260
                                    

"Kenapa kita tidak menginap di hotel?" Seokjin bertanya ketika dia duduk di kursi penumpang mobil Namjoon dan menyaksikan gedung-gedung meluncur di sampingnya.

Hening sejenak, kemudian, Namjoon berkata, "Taehyung dan Jungkook akan berada di kamarnya hari ini, dan aku tidak ingin kita harus khawatir tentang segala jenis... suara berisik."

Kata-kata itu membuat Seokjin tertawa. Seokjin tidak ingat kapan terakhir kali dia tertawa.

Lalu...

Ya, sekitar dua minggu lalu. Ketika dia pergi minum bersama Krystal, dan─

"Pembunuh itu sudah mati. Dan aku ingin hanya bersamamu malam ini."

Seokjin bergeser di tempat duduknya, "Bagaimana dengan partnernya?" Tim alpha. Satu pembunuh berhasil dilumpuhkan, tetapi satu pembunuh lainnya─ pembunuh Taehyun ─ masih berkeliaran di luar sana. "Itu tidak termasuk dalam misimu, bukan? Kau datang ke sini untuk menangkap Sehun, dan kau sudah melakukannya."

"Aku menghubungi bosku setelah konferensi pers itu selesai.," kata Namjoon sambil memutar kemudi itu ke kiri. "Aku mengatakan kepadanya bahwa aku ingin mengambil cuti panjang."

Seokjin tampak terkejut.

Sekilas, Namjoon menatap Seokjin. "Aku tidak akan meninggalkan kota ini begitu saja. Aku akan membantumu mencari tahu apa yang terjadi pada Taehyun."

Jantung Seokjin berdetak lebih cepat, "Terima kasih." Sudah begitu lama, hanya Seokjin sendiri yang terus berusaha mencari keadilan untuk adiknya. Berjuang dan berharap seorang diri.

"Sehun adalah kunci atas pembunuhan Taehyun. Dengan informasi ini, kita bisa mengungkapkan kasus pembunuhan Taehyun."

Ya. Bahwa akhirnya apa yang terjadi pada Taehyun adalah kasus pembunuhan. Bukan kasus orang hilang.

Untuk beberapa saat, mereka mengendarai mobil dalam diam. Kemudian, Namjoon mengambil jalan lurus yang panjang lalu berbelok ke arah sebuah perumahan elit dua lantai. Cukup jauh dari hiruk pikuk dan lampu-lampu kota.

Namjoon memarkirkan mobilnya, lalu menghampiri Seokjin di kursi penumpang. "Aku sudah membawakan tas berisi pakaianmu." Katanya seraya membukakan pintu sambil tersenyum.

Namjoon telah memikirkan segalanya.

Lampu di dalam rumah itu telah menyala terang. "Bagaimana kau bisa mendapatkan tempat ini." Tanya Seokjin.

"Aku punya teman yang berutang budi padaku."

Mereka menaiki tangga yang mengarahkan mereka ke pintu depan. Ketika Namjoon membuka pintu rumah itu, tatapan Seokjin melayang di atas lantai marmer, lampu gantung yang berkilauan juga tangga spiral. Seokjin menoleh kepada Namjoon yang ternyata sedang menatapnya. "Jadi... ini rumah temanmu yang berutang budi?"

"Ya. Aku menyelamatkannya dalam sebuah misi. Jadi ya..." Namjoon menggedikkan bahu.

Seokjin mengangguk, matanya kembali menyapu ke semua furnitur yang ada di dalam rumah itu. Segalanya tampak mewah.

Namjoon mengunci pintu di belakang mereka. Mengatur alarm keamanan. Lalu, tanpa aba dia meraih tubuh Seokjin dan menggendong pemuda itu di lengannya. Membuat Seokjin berteriak kaget.

"Namjoon!"

Namjoon terkekeh, "Aku ingat saat pertama kali kita bertemu.

Seokjin melingkarkan lengannya ke leher pemuda itu, lantas bibirnya menukik, "Kau menabrak bamper mobilku dari belakang."

"Kau mengerem mendadak."

"Bukan aku yang menabrak mobil di depanku."

"Salahmu karena menelepon sambil menyetir."

Primal Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang