Ini pendek :/
Besok baru update seriusan.
.
.
.
Namjoon tidak kembali ke kantor polisi. Dia menghubungi Jungkook dan agen itu memberi tahu bahwa Seokjin ada di kantornya. Jadi, Namjoon segera pergi ke kantor Seokjin. Dia ingin berbicara dengan pemuda itu─berdua─tanpa mata dan telinga dari orang-orang di departemen kepolisian.
Berita kematian Oh Sehun telah menyebar dengan cepat seperti api. Bahkan ketika Namjoon pergi ke kantor Seokjin, dia mendengar penyiar radio membicarakan tentang kematian Sehun.
'Akhirnya, warga kota Anyang bisa beristirahat dengan tenang malam ini tanpa mengkhawatirkan Si Penjagal yang berkeliaran...'
Namjoon mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengakhiri siaran itu.
Seharusnya, dia merasa lega, bukan? Dia bahkan telah mendapatkan telepon dari bosnya yang memberikan ucapan selamat kepadanya.
Ya, dia telah menghentikan Sehun. Tetapi, Changmin telah mati. Sejeong telah mati. Wonho, Hyungwon dan beberapa pekerja di Camp 14. Sehun meninggalkan begitu banyak jejak berdarah di belakangnya.
Jejak yang akhirnya telah berakhir.
Namjoon menunjukkan kartu identitasnya ketika dia memasuki kantor Seokjin. Ada dua orang polisi yang berjaga di lobi, keduanya memasang senyum lebar. Semua orang tampaknya merayakan kematian Sehun, tetapi, tidakkah mereka mengerti?
Pembunuh lainnya masih berkeliaran di luar sana. Seorang pembunuh yang merenggut nyawa para korban lebih banyak daripada Sehun.
Jungkook yang berdiri tepat di depan pintu ruang kantor Seokjin bergegas mendekatinya, "Kerja bagus, Hyung."
Jadi, agen itu pun sudah tahu. "Aku seharusnya membawanya hidup-hidup."
Jungkook merendahkan suaranya, "Mengapa? Menurutku, lebih baik seperti ini."
Namjoon menggeleng, dan melewatinya untuk memasuki ruang kantor Seokjin.
Seokjin sedang duduk di belakang meja kerjanya yang luas dengan tumpukan kertas di hadapannya. Ketika dia melihatnya masuk, Seokjin segera berdiri dan menghampirinya, "Aku sudah mendengar beritanya. Kau berhasil─"
Namjoon menangkap lengannya dan menarik Seokjin ke dadanya. Memeluknya dengan erat. Aroma manisnya memenuhi paru-paru Namjoon. Mengusir aroma tembaga dari darah yang melekat padanya sejak dia menemukan tubuh Changmin.
Tubuh Seokjin terasa hangat dan lembut dalam dekapannya. Halus. Rapuh. Dan dia memikirkan Sehun ketika dia melukai Seokjin dengan pisaunya.
Dia menggunakan pisau itu untuk menyakiti Seokjin.
Ketika Namjoon menarik pelatuknya, bayangan Seokjin muncul dalam benaknya. Tumbuh pikiran untuk lebih dari sekadar menembak bajingan itu. Dia ingin mencabik-cabik Sehun dengan pisaunya seperti ketika Sehun menyakiti Seokjin.
Seharusnya dia menangkap Sehun hidup-hidup. Karena sekarang, dia kehilangan jejak untuk mencari partner pembunuh itu.
Seokjin menarik diri dan menatap Namjoon, "Apakah Ken akan baik-baik saja? Aku ingin pergi ke rumah sakit, tetapi Jungkook mengatakan aku harus tetap di sini."
Itu adalah perintah untuk Jungkook. Namjoon tidak ingin Seokjin pergi ke mana pun sampai dia menemui mereka.
"Sehun membunuh Hakim Shim sebelum kami tiba di sana. Dia menikam jantungnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Primal Fear | NamJin ✓
Mystery / Thriller[Cover art by: @nadisong] "Selamat menikmati ketakutanmu." - xxx