6

4.5K 667 137
                                    

Please keep me alive in here with your VoMent xxx

.

.

.

Sepeda motor itu berhenti tepat di tengah-tengah hutan. Satu-satunya cahaya yang tampak hanya berasal dari bulan dan bintang-bintang yang berkilau samar di langit.

Sejeong melompat turun dari motor, "Jung Hyun, ini sama sekali tidak lucu!"

Pemuda itu turun dari sepeda motor, melepas helmnya dan melemparkan benda itu ke tanah ketika dia menatap Sejeong, "Aku bukan Jung Hyun."

Seketika, Sejeong lupa caranya bernapas. Matanya melebar hingga kemudian dia membelalak, "Sehun?" Dia tercekat. "Ka-kau seharusnya tidak berada di sini. Polisi dan NIS sedang mencarimu!" Suaranya gemetar dan penuh dengan ketakutan.

Ya, sudah seharusnya wanita itu merasa takut.

Lalu, tatapan Sejeong jatuh ke arah sepeda motor yang mereka kendarai, "Itu motor Jung Hyun. Di mana dia?"

"Jung Hyun meminjamkan motornya padaku," kata Sehun tanpa bisa menahan senyuman yang meluncur di wajahnya. Atau lebih tepat dikatakan seringaian. Ini akan menjadi sangat menyenangkan. "Jangan khawatirkan tentang dia. Sekarang, hanya ada kita berdua."

Sehun melihat teror yang kini menghiasi wajah Sejeong. Wanita itu tidak pernah memandangnya seperti itu sebelumnya. Sejeong adalah satu-satunya orang yang membelanya selama persidangan berlangsung. Dia adalah satu-satunya orang yang memberitahunya bahwa suatu saat nanti, kebenaran itu akan terungkap.

Ya. Kebenaran itu telah terungkap. Sejeong hanya terlalu buta untuk melihatnya.

"Apa yang berubah?" Sehun bertanya, merasa penasaran. Itu tidak akan mengubah rencananya. Dia hanya ingin tahu apa yang membuat Sejeong kehilangan kepercayaan terhadapnya.

Tangan Sejeong terangkat untuk menyentuh lehernya sendiri dan dia meraba-raba rantai emas yang melingkar di sana. Kalung itu adalah kalung miliknya sendiri. Tapi... "Aku menemukannya..."

"Menemukan apa?"

"Kalung wanita itu. Kim Tae Hee! Kau meletakkan kalungnya di dalam kotak perhiasanku!" Sejeong berteriak padanya. Namun, tidak ada orang di sekitar mereka yang akan mendengar suara teriakannya.

Sehun menggelengkan kepalanya, "Bukan aku yang meletakkan kalung itu di kotak perhiasanmu."

"Pembohong. Kau yang melakukannya! Kau yang membunuh orang-orang itu dan kau―"

"Bukan aku yang meletakkan kalung itu di dalam kotak perhiasanmu," kata Sehun sekali lagi ketika dia melangkah mendekati Sejeong. Wanita itu bahkan tidak mencoba untuk lari. Mungkin dia terlalu terkejut. Atau mungkin, dia terlalu merasa takut untuk sekadar bergerak. Kemudian, dia berbisik tepat di telinganya, "Tapi, asal kau tahu... Aku memang membunuh orang-orang itu."

Bibir Sejeong terbuka karena dia terlalu terkejut.

"Dan aku juga akan membunuhmu." Desis Sehun seraya meraih pisau dari balik jaket yang dia kenakan.

Sejeong mencoba berteriak. Namun, tidak ada waktu untuk itu, karena pisau pemuda itu telah menebas lehernya.

Sejeong tersungkur jatuh ke belakang. Dia memegangi lehernya dan menatap pemuda itu. Tatapannya tampak putus asa dan liar ketika suara berdeguk keluar dari tenggorokannya. Darah segar merembes keluar dari luka sayat di lehernya. Dan dia kesulitan untuk berbicara.

"Kau tidak seharusnya mengkhianatiku, sayang. Aku sudah memberitahumu bahwa kau adalah milikku. Selamanya."

Sehun mencengkeram pisaunya semakin erat dan hanya memerhatikan Sejeong yang berusaha menghentikan pendarahan dari luka di lehernya.

Primal Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang