16

3.3K 504 176
                                    

Hati-hati, masih ada jebakan!

.

.

Setelah menemukan mayat Krystal di rumahnya, Seokjin sadar dia tidak akan pernah lagi bisa tinggal di sana. Sekarang, dia tidak perlu lagi merasa khawatir tentang itu. Rumahnya sudah hancur terbakar.

Petugas pemadam kebakaran baru saja berhasil memadamkan api itu

Sebelumnya, si pembunuh ada di sana. Mengambil gelang miliknya. Sama halnya si berengsek itu mencoba mengambil segalanya darinya.

Selimut tebal tersampir di bahu Seokjin. Aneh, padahal dia tidak merasa kedinginan sama sekali. Dengan hawa panas yang menguar di udara, bagaimana mungkin dia bisa merasa kedinginan?

Petugas medis sedang merawat luka Namjoon karena Seokjin memaksanya.

Ada lebih banyak polisi yang berkerumun di tempat kejadian perkara. Ken baru saja tiba dan turun dari motornya. Pemuda itu selalu suka mengendarai motornya ketika dia sedang tidak bertugas.

"Seokjin!" Ken berlari ke arahnya, lalu menggenggam bahunya erat-erat. Aroma asap begitu pekat di udara. "Apa yang terjadi?" Tanyanya. "Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Dia menginginkan gelangnya," Namjoon menjawab. "Hanya saja, si pelaku sudah berada di sini untuk menjebak kami."

Ken melirik ke arah rumah Seokjin yang sekarang telah menjadi puing-puing, "Ya, Tuhan."

"Apakah kau sudah menemukan Hoseok?" Tanya Namjoon menuntut.

Ken menggelengkan kepalanya, "Belum. Tapi, kau tidak bisa menuduhnya─"

"Si pelaku menggunakan Jeep. Si pelaku juga mengetahui area rawa. Kau sendiri yang memberi tahuku, tidak ada orang lain selain Hoseok yang mengenal area rawa itu dengan baik."

Bahu Ken terkulai jatuh, "Dia sahabatku sejak SMA. Aku mengenalnya. Tidak mungkin dia melakukan kejahatan, apalagi membunuh."

"Aku tidak peduli, Ken. Aku ingin tahu di mana dia sekarang." Tukas Namjoon. Kontrol dirinya telah hilang dan terbakar.

Seokjin bisa melihat Namjoon sangat marah.

"Aku sudah mengirim patroli ke rumahnya," Ken menelan ludah. "Dia tidak ada di sana. Jeep-nya juga tidak ada."

"Lalu, di mana dia?"

"Kapten Seungwon mengatakan, Hoseok melapor padanya tentang anak-anak punk yang senang bermain di rawa belakangan ini, Hoseok pergi ke sana untuk melakukan patroli." Ujar Ken cepat.

"Benarkah?" Tanya Namjoon seraya mengangkat sebelah alisnya, jelas sekali terlihat ragu.

Ken menegakkan punggungnya. "Aku akan menemuinya. Aku akan membawa beberapa anak buahku untuk pergi ke sana. Aku akan membuktikannya padamu, bahwa pelakunya bukanlah Hoseok. Aku mengenalnya dengan baik. Dia sahabatku."

Tidak, Ken. Kita tidak pernah benar-benar mengenal siapa pun. "Ketika kita menemukannya, kita akan tahu pasti tentang itu." Tukas Namjoon.

"Gugus Tugas ingin agar kita semua berkumpul di kantor polisi," Ken menginformasikan. "CIA ingin kalian berdua berada di sana, kita akan mencari tahu langkah apa yang akan kita ambil selanjutnya."

Namjoon tidak bergerak.

"Kau harus pergi ke sana," kata Ken, suaranya hampir terdengar memohon. "Kapten memerintahkan kita semua untuk kembali." Ken melirik ke arah rumah Seokjin yang terbakar. "Soobin telah menyelesaikan setiap detail pemeriksaannya. Pergilah."

Primal Fear | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang