'Setiap pembunuh memiliki pola pembunuhannya sendiri.'
.
.
Namjoon berdiri di samping tempat tidur Seokjin. Memerhatikan ketika dokter menjahit lengan pemuda itu. Proses panjang dan lambat karena Sehun menyayat lengan Seokjin begitu dalam.
Seokjin tidak bersuara saat dokter itu menjahitnya. Lebih tepatnya, pemuda itu tidak berbicara sama sekali sejak pertama kali dia membuka mata. Sorot mata pemuda itu tampak kehilangan kilauan normalnya. Terlalu banyak rasa sakit, juga rasa takut.
Luka sayatan di pipinya telah diperban. Dokter mengatakan luka itu tidak cukup dalam sehingga tidak memerlukan jahitan.
Namjoon mengepalkan tangan. Dia sangat ingin melenyapkan semua rasa sakit yang Seokjin rasakan.
"Untuk malam ini, kau akan di rawat di sini," kata dokter bernama Xi Luhan. "Kau mengalami gegar otak, dan kami perlu mengawasi keadaanmu─"
"Aku tidak ingin berada di sini lebih lama lagi," sela Seokjin segera. "Aku benci berada di rumah sakit. Aku ingin keluar dari sini."
"Seokjin," kata Luhan dengan tegas, tetapi Namjoon bisa melihat belas kasih dalam sorot mata dokter itu, "Kau butuh seseorang untuk mengawasimu dan menjagamu. Keadaanmu cukup mengkhawatirkan."
Seokjin mendongak dan tatapannya bertemu dengan tatapan Namjoon, "Maukah kau menjagaku?"
Permintaan lembut itu nyaris menghancurkan hati Namjoon. Dia ingin selalu menjaga Seokjin. Selalu. Dia sangat menyesal karena di masa lalu, dia telah meninggalkan pemuda itu, "Ya." Jawabnya.
Sejak keluar dari kabin tua di tengah hutan, Namjoon tidak sekalipun melepaskan pengawasannya dari Seokjin. Taehyung, Jungkook dan CIA telah mengambil alih penyelidikan di dekat rawa.
Ketakutan masih melilit dirinya, dan Namjoon tidak yakin perasaan itu akan hilang begitu saja.
"Seorang agen khusus akan mengawasiku," kata Seokjin. "Jadi dokter, selain itu, apa lagi yang kubutuhkan?"
Luhan menghela napas, lalu beralih menatap Namjoon. "Seokjin mengalami gegar otak tingkat dua. Kau harus mengawasinya, kau harus berada di ruangan yang sama dengannya setiap saat. Jangan tinggalkan dia sendirian. Jika rasa sakitnya semakin parah, jika dia mulai berbicara tidak jelas, jika dia mulai mengalami kejang. Segera bawa dia kembali ke sini."
Namjoon mengangguk paham.
Luhan menggeleng pelan, lalu melepaskan sarung tangannya, "Asal kau tahu saja Seokjin, sebenarnya aku tidak suka dengan keputusan ini."
"Aku pun juga tidak menyukainya, dokter." balas Seokjin parau.
Seokjin kembali bersandar di tempat tidur. Dia mengenakan gaun milik rumah sakit karena pakaiannya telah di ambil untuk dijadikan barang bukti. Namjoon berharap timnya dan anjing-anjing pelacak itu bisa menemukan Sehun.
Meskipun sebenarnya dia sangat ingin bergabung dalam perburuan itu, tetapi sekarang, prioritasnya telah berubah. Dia harus menjaga Seokjin.
"Salah satuh polisi itu seharusnya membawakanmu pakaian baru," kata Namjoon ketika dokter itu telah pergi meninggalkan ruangan.
Saat itu, Seokjin tidak lagi menatapnya. Pemuda itu menatap lurus ke arah lampu yang berada di atasnya.
Namjoon beringsut mendekati Namjoon. Meraih tangan pemuda itu untuk dia genggam.
Seokjin tersentak, terkejut.
Namjoon meremas tangan pemuda itu, dan berkata, "Seokjin, tidak apa-apa. Dia tidak akan menyakitimu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Primal Fear | NamJin ✓
Mystery / Thriller[Cover art by: @nadisong] "Selamat menikmati ketakutanmu." - xxx