NOW PLAYING | MOTIF_TUHAN JAGAKAN DIA
SELAMAT MEMBACA TMS 4 SENJA
CHAPTER DUA PULUH SATU| JANGAN SAKITI DIA
Kalau kau ingin menghilang, ajak aku bersamamu. Mari kita menghilang bersama, jangan menghilang sendirian.
***
Ada kalanya butuh kehilangan untuk mengerti seberapa berharganya kehadiran seseorang. Kehilangan bukan hal mudah. Tidak ada orang yang mau kehilangan apapun di dunia ini. Tapi Tuhan sudah merancang segala kemungkinannya.
Beberapa ada yang bisa dirubah dan yang lain adalah takdir.
Semua kegiatan sekolah akhirnya usai sore ini termasuk persiapan menjelang prom night. Gerombolan remaja berhamburan pulang. Namun, seorang gadis mungil tengah terlihat menghubungi seseorang berkali-kali di ujung sana.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan coba beberapa saat lagi.
Gadis itu mendengus, "Sye, angkat dong! Lo dimana, sih?"
Sementara Qia mendumel tidak jelas Rajendra memperhatikan gadis itu. Bukan rasa yang ada tapi entah mengapa hatinya tertarik begitu saja--menatap gadis cerewet itu secara lekat. Cowok itu menghembuskan napas dan menghampiri gadis itu. Tangannya menepuk pundak gadis yang tidak juga menyadari keberadaannya.
"Qi, lo kenapa?" tanya Rajendra.
"Shanum! Gue gak liat dia lagi abis dari toilet. Ponselnya juga gak aktif," ujar Qia dengan guratan cemas.
Cowok itu mengernyit lantas menghubungi seseorang.
"Bangsad, Abi coba kalian cek lokasi Shanum. Firasat gue si pelaku udah beraksi," ujar Rajendra. Cowok itu mengembalikan ponselnya ke dalam saku dan beralih menatap Qia. Gadis itu meminta sebuah penjelasan.
Ada banyak tanya dalam benaknya.
Dahinya mengernyit, "Apa lo bilang tadi? Pelaku? Shanum? Gue gak ngerti maksud lo," cecar Qia.
"Ikut gue ntar gue jelasin," titah Rajendra, menarik tangan mungil gadis itu. Tapi respon gadis itu membuat Rajendra sedikit tersentak. Qia melepas genggaman itu dengan kasar.
"Jelasin ke gue sekarang juga!"
"Ck! Cewek keras kepala,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TMS [4] - SENJA
Fiksi RemajaSERIES KEEMPAT DARI NOVEL THE MONSTER SERIES -- UPDATE SETIAP SATU MINGGU SEKALI Senja yang nyata dihadapan mata diabaikan. Namun, yang diangkasa malah diperhatikan. Anugerah yang Tuhan berikan memang seperti candu yang ingin dihentikan, tapi malah...