030 //

2.4K 387 185
                                    

030

//

disclosed












Rosé begitu terkejut ketika dia keluar dari rumah pada Senin pagiu dan mendapati mobil Yoon-gi, beserta pemiliknya, sudah menunggunya di luar gerbang. Yoon-gi tak mengatakan apapun, bahkan Rosé tak tahu kabarnya saat atau sejak pulang dari Paris. Besar dalam hati dia ingin menolak, namun akhirnya Rosé luluh juga pada pemuda tersebut.

Tetapi mobil tersebut belum juga melaju. Dan hal itu hanya membuat Rosé ingin menangis. Semua bayangan akan kejadian itu terbayang begitu jelas dalam kepalanya. Selalu, setiap detiknya. Membuat Rosé merasa bahwa dia bukanlah sosok yang berharga bagi siapapun.

"Resiko, Rosé."

Satu kalimat Yoon-gi itu membuat Rosé meliriknya dengan nanar. Dengan mudahnya pemuda tersebut menyebut penghianatan itu sebagai sebuah resiko atau sesuatu yang wajar dilakukan dan Rosé harus menerimanya.

"Resiko apa...?" Rosé bertanya dengan suara tercicit.

Yoon-gi tak meliriknya sama sekali, hanya menatap ke depan, seolah tak terganggu. "Memiliki hubungan denganku."

Jadi maksudmu, aku harus menerimamu tidur dengan siapapun, selama kau adalah kekasihku?

Airmata itu jatuh begitu saja, seiringan dengan hati dan wajahnya memanas karena sakit bercampur amarah. "Oppa menghianatiku dan aku harus menerimanya? Oppa melakukan banyak hal di belakangku dan aku harus terus menganggap bahwa itu semua wajar dilakukan?!"

Hanya saja, jawabannya kembali menohok hati. "Sekarang kau tahu."

Tangisan Rosé justru menjadi semakin deras. Hatinya terlalu sakit untuk terus menerima rasa tak peduli dari kekasihnya sendiri.

"Keputusan ada padamu."

"Kau tak mempertahankanku!" Rosé sontak marah mendengarnya.

Sudah dihianati, dibuang semudah itu. Rosé semakin merasa bahwa dirinya tak lebih berharga dari sebuah objek.

Dan jawaban Yoon-gi terus saja menyakitinya. "Aku hanya mempertahankan orang yang ingin dipertahankan."

"Maksud oppa aku harus tersiksa?"

"Kesalahanmu adalah memilihku."

Rosé tak tahu lagi sebanyak apa rasa sakit yang harus ia dengar. Tak sanggup menerimanya secara bertubi, tetapi ia membutuhkan jawaban. Bagaimanapun juga, Rosé tak suka dihianati tetapi tak ingin ditinggalkan. Karena, hidupnya saja sekarang sudah terlalu kesepian.

"Lisa itu temanku! Seseorang yang hampir kupercaya untuk kuceritakan semua bebanku!"

"Lalu?"

Pertanyaan dingin itu membuat jantung Rosé serasa jatuh begitu saja. Ia merasa tak tahan. Semua rasa sakitnya seolah berkumpul, juga dengan seluruh egonya, terlebih dengan semua beban yang coba ia sembunyikan. Jika Yoon-gi bisa sejahat itu, mengapa Rosé tak bisa membalasnya?

"Asal kau tahu, saudara tiriku ternyata adalah mantan kekasihku! Seseorang yang sering kuceritakan padamu! Seseorang yang sangat kucintai, yang memperlakukanku dengan sangat baik selama kami bersama! Tapi aku tahu bukan dia yang bisa membuatku sampai terlalu mencintai seperti ini! Dia justru memilih gadis lain daripada mengulang semuanya denganku!"

Namun, Yoon-gi tetap dengan ekspresi dinginnya, seolah tak terkejut dengan pengakuan itu. "Tentu saja, dia bukan hak-mu." Lalu Yoon-gi menatapnya lebih lekat. "Did you fuck him?"

✔️ the edge of the cliffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang