003
//
curious
Biasanya ia tidak bersyukur jika tokonya sepi, namun kali ini rasanya begitu beruntung.
Pesanan seribu tangkai mawar ini cukup merepotkannya, terlebih karena satu-satunya pekerja di toko bunga miliknya izin untuk tak masuk hari ini, karena sekarang adalah ulang tahun mendiang Ibunya. Sebenarnya ia berharap bisa menemaninya. Berteman dengannya sejak tahun lalu ia bekerja di tempatnya membuat ia ingin membantu pemuda itu dalam segala hal. Terlebih, dirinya tahu betapa berharganya sosok Ibu dimata pemuda tersebut.
Jisoo Kim memotong tangkai mawar merah di kebun tertutup di belakang tokonya dan mengumpulkannya dengan hati-hati. Sejak lulus SMA atau kira-kira dua tahun lebih lalu ia mendirikan toko ini, ia begitu tekun. Mencintai tempat ini dan merawatnya dari dasar hati paling dalam. Sampai dirinya seperti terisolasi. Tak memiliki teman, hanya beberapa pelanggan ramah.
Mungkin hanya pemuda yang merupakan pegawainya yang menjadi temannya.
Sebenarnya, ada seseorang yang menarik perhatian Jisoo. Membuatnya begitu ingin tahu akan cerita hidupnya.
Salah seorang pelanggannya, yang memesan seribu mawar ini.
Dia adalah pemuda berambut coklat muda. Matanya tajam tetapi indah untuk dipandang. Terkadang ia terkesan misterius, tetapi Jisoo yakin dia orang yang baik. Buktinya, pemuda itu sering menyempatkan diri untuk bicara dengannya.
Pemuda itu menjadi pelanggannya dan selalu memesan lima tangkai tulip putih setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Itu semua berlangsung sejak akhir Januari lalu, membuatnya sudah terbiasa untuk dua bulan lebih terakhir ini.
Kemarin, di hari Rabu, dia masih datang untuk mengambil tulipnya setiap pukul empat sore.
Tetapi, pada malam harinya, atau lebih tepatnya tadi malam, pemuda itu menghubunginya lewat telepon. Dia bilang dia memesan seribu tangkai mawar merah untuk besok.
Padahal Jisoo sudah tahu bahwa pegawainya sudah meminta izin untuk tak bekerja besok, tetapi Jisoo tetap menyetujuinya. Padahal ia akan kewalahan.
Hanya saja, Jisoo tak bisa menolak permintaan pemuda tersebut.
Jisoo hanya ingin tahu dia lebih jauh. Ingin tahu akan kehidupannya.
Maka, sejak telepon itu berakhir, Jisoo segera memulai untuk menyiapkan segalanya. Bahkan sampai sekarang, di siang hari, Jisoo masih bekerja tanpa beristirahat.
Mengumpulkan bunga-bunga terbaik miliknya dan menghitungnya sampai seribu.
Dan Jisoo tahu bahwa bunga mawar miliknya kurang, sehingga dia sudah memesan sekitar duaratus mawar di toko lainnya. Semuanya ia lakukan semata-mata untuk pemuda tersebut.
Untuk pelanggannya.
Saat Jisoo mendengar suara bel, gadis itu segera berhenti melakukan kegiatannya di kebun dan segera membawa diri ke pintu depan. Pesanan mawarnya sudah tiba. Jisoo membayarnya dan segera mengumpulkkannya dengan mawar-mawar lainnya untuk ia ikat perseratus.
Jujur saja, Jisoo ingin bertanya untuk apa bunga mawar sebanyak ini, tetapi dia tak berani melakukannya.
Seperti untuk bunga tulip putih langganannya setiap tiga kali seminggu, Jisoo pun masih tak tahu untuk siapa bunga itu diberikan. Yang Jisoo tahu, bunga tulip putih memiliki arti ketulusan, kemurnian, harapan dan pengampunan.
Apa dia tengah berusaha menunjukkan sesuatu?
Atau tengah berusaha mendapatkan maaf dari seseorang?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ the edge of the cliff
Fiksi Penggemar[M] bangtan x blackpink warn! too much shits going on