7:Jadi Aul...?

2.5K 189 112
                                    


Alohaloooo ii kambek... pasukan penyerbu Pak Bagas udah siap? Mana nih mana?

Ps : Siapkan mental karena kapal menabrak es kepal Milo 😋😋😋 dan Netizen harap kembali tertib. 😆😆😆

🍎HappyReadingGengs🍎

__♡_Cinta sejati takan pernah salah mengetuk pintu hati seseorang yang akan menjadi rumah dia untuk selamanya __♡_

Brak!

Satu pukulan telak mendarat di atas meja, menimbulkan suara yang mampu menyedot seluruh perhatian semua pengunjung di sebuah kafe yang berada di sudut kota. Ketenangan dan kenyamanan pengunjung lain seketika bubar jalan saat gebrakan yang suaranya menyerupai bom itu berkumandang, menciptakan tatapan heran, kaget, tajam, penuh selidik, dan tatapan lainnya yang ditujukan pada gue dan seorng laki-laki kampret yang tadi menggeprak meja itu sebut saja Milan Fazrizky. Ada yang masih ingat? Maksud gue tempramental gilanya.

Gue celingukan sambil masih bersimbah air mata dan juga sesegukan, bravo... gue dan laki-laki daki siluman gorila di depan gue yang tengah berapi-api sampai dadanya naik turun itu menjadi bahan tontonan. Tapi bodo amat lah, gue sudah tidak peduli. Rasa sakit hati gue lebih nyeri ketimbang rasa malu gue jadi tontonan gratis. Toh nanti juga pasti mereka bakalan balik lagi ke aktifitas masing-masing.

"Brengsek!" umpat Milan dengan tangan yang terkepal penuh amarah, persis seperti kejadian di Kafe Ce beberapa tahun yang lalu. Untung umpatannya berupa desisan doang jadi tidak terlalu didengar orang.

Hiks...

Iya, mungkin brengsek kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan dia.

Selagi Milan menyumparserapahi tutup panci dengan kata-kata yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, gue cuma bisa nangis sesegukan.

"Udah pernah gue bilang kan, Kak, dia itu bukan pria baik-baik! Manusia yang bisanya cuma main rahasia itu gak pantes buat lo." Nada kekesalan Milan sudah sampai di ubun-ubunnya. Dia murka.

"Hiks..." tangis gue yang semakin menjadi susah payah gue rendam dengan cara mengigit bibir bawah gue. Bodo amat mau sampai berdarah-darah juga, itung-itung pembuktian Sumpah Pemuda.

Milan tidak kembali mengoceh, dia hanya diam tapi sorot matanya berkata sebaliknya. Ada kilatan murka yang siap menghabisi nyawa siapapun di dalam sana.

Gue sendiri bingung. Entahlah ini keputusan tepatkah mengutarakan segala pelik di hati gue pada Milan atau salah?! Lalu tanpa gue duga lengan kokoh laki-laki berkulit hitam manis yang duduk di samping gue itu terulur meraih bahu gue yang masih turun-naik dan membawanya ke dalam pelukan hangat.

"Suuut... gue tahu hati lo pasti sakit banget, Kak," tangan besarnya mengusap-usap bahu gue. Sedang gue hanya diam tak berontak meski gue tahu ini menyalahi aturan baik agama maupun negara kesatuan Republik Indonesia tercinta. Bodo amat, lagian nilai PPKn gue juga gak bagus-bagus amat, jadi gak bakalan terlalu malu-maluin guru SD dan guru PPKn gue atas perbuatan terlalu banyak diajar gue ini. Bodo amat part duanya, tutup panci juga gitu kan di belakang gue?!

"Tapi lo harus selalu inget dimanapun dan kapanpun itu, gue bakalan selalu ada buat lo." kata Milan yang seharusnya, tolong digaris bawahi ya seharusnya membuat hati gue meleleh dengan kata-kata manisnya.

"Oh iya ada yang ketinggalan, kaya yang pernah gue bilang juga, Kak, lo boleh ngejar orang yang lo suka sesuka hati lo, tapi kalau lo udah cape, lo liat ke belakang, gue masih tetep berdiri di sana buat lo."

Bajigur banget emang kata-kata mantan adik kelas gue waktu SMA ini, bikin ingus gue yang mau meluncur keluar jadi naik turun enggak karuan. Berasa diobok-obok Roy Kiyosi.

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang