16 : Rasanya Punya Anak

2.4K 173 33
                                    

Alohaloooo ii kambek di bulan suci Ramadhan ini. Alhamdulillah masih dapet kesempatan ketemu lagi sama ramadhan taun ini. Meski ramadhan kali ini ada yang beda banget semoga kita semua selalu semangat yaaa... dan tetap sehat. Ayo kita berdoa sama-sama supaya pandemi covid'19 bisa cepet berlalu dan kita bisa ketemu lagi sama orang-orang yang kita sayangi.
#Dirumahaja_saling jaga dan mendoakan dari jauh. Romantiskan?

Oh ya selama bulan ramadhan ini banyak cerita ii yang diunpublish beberapa partnya demi kenyamanan dan kekhusyuan kita dalam beribadah.

Jangan lupa...

V O T E
A N D
C O M M E N T

(haturnuhun)

🐳HAPPYREADINGGENGS🐳

Gue tertawa kecil melihat ekspresi dan gerak bibir Aul yang sangat menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue tertawa kecil melihat ekspresi dan gerak bibir Aul yang sangat menggemaskan. Gadis cilik yang tengah duduk di troli itu berbicara banyak hal, menanyakan ini dan itu yang dilihatnya. Gue sampai kehabisan kata-kata untuk menjelaskan beberapa hal. Maksud gue menjelaskan dengan bahasan yang sederhana dan mudah dimengerti oleh Aul.

Berbelanja bulanan kali ini jauh lebih rame karena sejak tadi ada yang gak berhenti ngoceh. Tutup Panci gue pun dua kali lipat lebih banyak ketawa-tawa melihat tingkah Aul yang emang gemesin banget.

Ya jadi sekarang ini gue emang lagi belanja kebutuhan bulanan sekalian nyari stroller buat kado ke anaknya Kak Hera sama Kak Chendana. Rencananya sih mau besok, tapi takut gak keburu. Jadi tadi setelah pembicaraan ngaler-ngidul sama suami Tutup Panci gue, akhirnya kami memutuskan beli sekarang meski udah jam lima.

Dan tadi pas mau berangkat di depan ketemu Aul. Gue yang udah lama gak ketemu langsung nyamperin Aul buat ngelepas kangen. Beberapa hari ke belakang Aul emang nginep di rumah neneknya. Itu gue tahu pas Tutup Panci gue nanyain pas ke rumah Mba Susan waktu itu bareng gue.

Sempat terjadi kecanggungan di antara gue dan Mba Susan. Tapi gue berusaha mengabaikannya, lebih tepatnya mengabaikan keberadaan Mba Susan. Gue cuma ngasih senyum tipis diang ke Mba Susan dan selebihnya ngobrol sama Aul. Bukannya apa-apa gue mendadak pengen cuekin Mba Susan aja. Gak ada alesan kayanya buat beramah-tamah sama dia.

Lalu saat gue pamit mau pergi Aul mau ikut. Seperti biasa Mba Susan dengan senyum keibuannya melarang Aul untuk ikut. Tapi Aul tetap gak mau. Mba Susan harus ekstra berusaha untuk membujuk Aul meski hasilnya sia-sia karena Aul nangis tetep pengen ikut. Gak tega liat Aul nangis, gue pun akhirnya ngajak dia. Mba Susan dengan senyum manis dan ramahnya beberapa kali minta maaf sama gue dan suami Tutup Panci gue karena lagi-lagi Aul pengen ikut di tengah-tengah kami. Suami Tutup Panci gue memaklumi dan itu membuat senyum Mba Susan makin mengembang. Manis, tapi entah kenapa di mata gue itu semua memuakkan. Pokoknya apapun yang Mba Susan lalukin rasa-rasanya membuat gue muak karena di mata gue semua itu cuma terlihat seperti modus.

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang