42: PERTEMPURAN

1.4K 179 58
                                    

Alohalo gengs, akhirnya ii kambek lagi setelah sekian lamaaaaaaaa. Maaf ya baru bisa up lagi. Tadinya mau kemarin tapi ada kerjaan dadakan, yang mantengin ig ii pasti tahu apa heheee... 😆😆😆

Oh ya sebelumnya ii mau ngucapin Selamat Bulan Ramadhan buat temen-temen seiman, meski udah telat tapi gak papa ya. Semoga puasa kita semua lancar dan mendapat pahala ya aamiin 😊😊😊🍎🍎🍎

WARNING!
MENGANDUNG KEGELAYAN YANG HAKIKI

Jangan lupa VOMMENTNYAA
😍😍😍
HATURNUHUUUUN SADAYANA
😙😙😙🍎🍎🍎

🌚HAPPYREADINGGENGS🌚

Kekacauan akibat kecelakaan tadi ternyata gak main-main. Untungnya, mobil yang membawa gue cuma nabrak trotoar jalan doang, gak sampai berguling atau terbalik. Untung lainnya, gue juga gak sampai kena benturan keras atau apa. Cuma kepala gue doang yang membentur kepala salah satu penculik yang duduk di samping kiri gue.

"Awwww..." Gue meringis kesakitan. Bukan cuma gue, tapi semua orang yang ada di mobil ini juga.

"Lo tuh bisa nyetir gak sih?" hardik Si Om-om tukang hipnotis. Sumpah ya, ini orang dari tadi marah-marah mulu. Cape gue dengernya.

"Ma-maaf, Bos." ucap Pak Budi terbata.

Kepala gue masih pening saat suara geprakan di samping kiri dan kanan jendela mobil ini bergema gak sabaran.

"Buka pintunya! Buka! Buka! Buka!" Itu suara Tutup Panci. Gue hatam banget.

"Buka pintunya!" Kali ini suara Fian yang terdengar. Disusul dobrakan-dobrakan di kaca jendela depan. Ternyata mobil ini udah dikepung Tutup Panci, Fian, Milan, Vikro, dan Kak Chandra. Si Papaj juga entah sejak kapan terparkir di samping (agak depan) mobil penculik ini, ngalangin pergerakan.

"Mas! Mas!" Gue langsung teriak dan berusaha keluar dari mobil. Tapi dua penculik yang menjaga gue langsung mematahkan pergerakan tangan gue.

"Buruan cabut!" Perintah Si Om-om Tukang hipnotis plus marah-marah. Tapi karena akses jalannya yang tertutup si Papaj, mobil ini gak bisa leluasa bergerak.

"Mundur! Buruan mundurin mobilnya!"

"Dibelakang kehalang tiang lampu, Bos!" ujar Pak Budi yang lagi mundurin mobil tapi ternyata kehalang.

"Tck, sial!"

Brak... brak... brak...

Pukulan dari arah luar makin brutal. Keadaan di dalam mobil ini jadi panik gak jelas. Apalagi pas terdengar bunyi kaca jendela pengemudi pecah entah dihantam batu atau apa. Gue juga gak tahu siapa pelakunya karena situasinya makin gak terkendali.

Penculik yang duduk di samping kanan gue keluar dari mobil, disusul Si Om-om tukang hipnotis yang keluar dari pintu pengemudi setelah mendepak Pak Budi yang menghalangi. Penculik yang duduk di samping kiri gue bertugas mengamankan gue agar tetap duduk di mobil. Sementara Pak Budi lagi mengerang kesakitan sambil megangin mukanya di samping luar mobil, mungkin ada pecahan kaca yang masuk ke matanya atau apa.

Di luar sana terjadi perkelahian. Gue berusaha melepaskan diri dengan menggigit tangan si penculik itu sekuat tenaga. Gak lama kemudian pintu mobil sebelah kanan terbuka dan muncullah sosok Tutup Panci dengan muka khawatirnya.

"Yang?"

"Mas," Gue langsung buru-buru keluar dari mobil. Sayangnya tangan gue ditarik paksa sampai gue kembali duduk.

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang