11 : Cemburu?

2.6K 186 47
                                        

Alohalooo ii kambek gengs... jangan lupa...

V O T E
A N D
C O M M E N T

😇Happy Reading Gengs😇

"Pelan-pelan, Yang." katanya seraya mengusap-usap punggung atas gue.

Bagai sihir, gue pun menurut untuk minum secara pelan-pelan. Tapi gue menunduk, gak berani menatap sekitar apalagi wajah laki-laki yang tadi ngagetin gue sampe keselek lontong.

"Kamu gak papa?" lanjutnya kalem dan tersirat penuh kekhawatiran.

Gue melirik tutup panci gue dengan bingung. Aneh. Ini aneh. Kenapa dia langsung menolong gue tanpa menertawakan gue lebih dulu? Kemana tawanya itu?

Di saat gue terbengong-bengong, tiba-tiba seseorang berjongkok di hadapan gue.

"Lo gak papa, Na?" tanya laki-laki itu dengan nada tak kalah khawatir dari tutup panci gue.

Gue menoleh ke arah orang itu dan tanpa sadar menahan nafas saat tatapan mata kami saling bertabrakan.

Laki-laki ini... tinggi. Mungkin lebih tinggi dari tutup panci. Perutnya yang dulu mirip perut bangkong budug kini rata dengan beberapa kotak-kotak di bagian yang tepat, terlihat dari kaos hitam ketat yang digunakannya. Bukan hanya otot perutnya saja yang berubah, otot tangan dan kakinya pun kini terbentuk sempurna.

Apa mungkin gue salah lihat? Tapi wajahnya ghe yakin wajah dia. Tatapan mata bahkan senyumnya adalah tatapan dan senyum yang dimiliki laki-laki itu.

Rian...

Ya dia Rian. Laki-laki itu kini menatap gue lekat seraya menaikan sebelah alis. Kebiasaannya jika sedang menunggu jawaban seseorang. Termasuk jawaban gue dulu.

"Na?" Nada paniknya kini telah hilang, digantikan nada lembut dan tenang.

"Ah ya?" Gue tersentak dari lamunan gue.

Melihat ekpresi gue yang pasti lawak, Rian langsung terkekeh kecil.

"Astaga, Na... hahaaa..." Rian menggeleng-gelengkan kepalanya di sela-sela tawanya, "lo dari dulu gak pernah berubah ya? Tetep ceroboh tapi lucu."

"Ah? Heheee..." Gue menggaruk pipi gue seraya melirik tutup panci gue dengan gerakan robot.

Sumpah demi apapun ini gue deg-degan banget. Takut tutup panci marah atau gimana. Lagian ini si Rian bangkong budug tadi gak denger apa tutup panci gue manggil gue 'Yang' ?

Jantung gue makin gak karuan saat tatapan mata gue semakin mendekati wajahnya. Dan begitu gue berhasil memindai wajahnya...

Tutup panci gue tengah menatap Rian dengan tatapan tajam.

Mampus lo Rian!!!

Buruan pergi sana sebelum ini gerobak soto diacak-acak dia.

Bukannya pergi sesuai suara hati gue, Rian malah melirik ke arah Tutup panci gue lalu tersenyum lebar. Senyum ramahnya seperti biasa. Setelah itu dia lalu kembali duduk di kursinya diikuti oleh temennya yang tadi gue lupain eksitensinya.

"Lo apa kabar?" tanya Rian kemudian.

Gue yang tengah menyibukkan diri membersihkan mulut pun menoleh pada Rian. Padahal sebenernya gue udah gak mau berurusan lagi sama dia.

"Baik." jawab gue sekenanya.

Atensi gue kembali teralihkan dari Rian karena suami tutup panci gue yang kembali duduk di hadapan gue dengan gerakan yang seperti sengaja dihentakkan. Gue melempar senyum ke arahnya dan dia membalasnya singkat. Tuh kaaaan...

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang