Selamat vageeee, yuk vote dulu sebelum membaca. Yang belum follow sampai sejauh ini, mari sempatkan waktu sejenak untuk follow heyitsdeff
***
SEMBILAN - NGOBROL
BEGITU pulang sekolah, aku bergegas mandi dan naik ke kamar tidur. Kujatuhkan tubuhku di atas kasur sementara tanganku meraba-raba akan keberadaan charger ponsel. Aku sudah tidak sabar untuk segera menelepon Steve, menceritakan tentang kesepakatan di antara Mama dan aku hari ini.
Kubuka aplikasi LAIN dan menekan tombol call.
Tut... tut... tut...
"Halo, Rika?" sapa pemilik suara bariton yang berada jauh di sana itu.
Aku sumringah. "Hai! Lagi ngapain?"
"Main komputer. Browsing. Kamu?"
"Lagi baring-baring. Rencanya tadi mau telpon kamu pas malam, tapi akunya enggak sabaran. Haha. Nggak ngeganggu kamu, 'kan?"
Steve terkekeh. "Nggak lah! Ngeganggu apa, coba. Lagian aku juga lagi nggak sibuk."
"Aku mau cerita, nih," kataku tak sabaran. "Kepo, nggak?"
"Em... lumayan, kedengarannya kamu excited banget. Ada apa, Rika?"
Aku berdeham. "Jadi... Mamaku nawarin tiket ke Pekanbaru untuk liburan kenaikan kelas nanti. Senang banget, nggak, sih? Haha."
"Wah... asik, dong. Bisa jalan-jalan. Berapa lama di sini?"
"Mungkin sekitar tiga minggu."
"Sendirian, Rika?"
"Nggak. Sama sepupuku yang udah sering bolak-balik Pekanbaru."
"Ho... terus nanti tinggal di mana?"
Aku terdiam sesaat sambil berpikir. "Em... kayaknya di rumah pamanku. Tapi, aku nggak tahu deh mau ngapain selama itu di Pekanbaru. Kamu nggak mau rekomen gitu, tempat mana yang harus aku kunjungi nanti?"
"Ke mana, yah...."
"Ayo, cepat mikir, haha. Aku berangkat selesai UAS, yang berarti sekitaran minggu depan."
Terdengar Steve agak terkejut dalam nada suaranya. "Cepat banget? Apa nggak buru-buru?"
"Nggak lah! Batam ke Pekanbaru mah dekat, sejam doang naik pesawat. Bukannya ke Eropa, Steve. Berangkat besok juga bisa."
"Eh, tapi kata kamu, Mama kamu nawarin. Berarti ada kesepakatannya, dong?"
Benar juga, aku belum cerita soal syarat yang harus kupenuhi supaya bisa diberikan tiket gratis oleh Mama.
"Syaratnya itu... aku harus rajin belajar sebelum UAS. Nggak boleh terlalu sering main HP sekitar seminggu gitu. Jadi harus benar-benar fokus. Agak sulit sih buat aku, jauh-jauh dari HP. Tapi nggak apa, deh. Demi tiket jalan-jalan ke Pekanbaru," ucapku agak ragu-ragu, entah bisa lepas dari gadget atau tidak. "Menurut kamu, mungkin nggak aku bisa tahan tanpa ponsel selama seminggu penuh?"
"Mungkin-mungkin aja. Anggap aja handphone kamu rusak. Jadi, mulai kapan kamu nggak pegang handphone?"
"Mulai Senin depan ini. Kan UAS."
"Oh. Kalau gitu kamu semangat, ya, belajarnya. Semoga hasilnya memuaskan," ujar Steve menyemangatiku. "Jangan mikir liburan dulu. Yang harus kamu fokusin adalah UAS. Udah mau naik kelas tiga SMA loh."
Entah perasaanku saja atau memang benar, tapi aku menemukan adanya nada kekecewaan dalam suara Steve.
Mungkin karena kami akan jarang berkomunikasi sewaktu UAS nanti?
Ah, jangan kegeeran kamu, Rika.
"Kamu udah kabarin Chris?" tanya Steve.
"Belum. Paling-paling habis ini. Dia itu 'kan pemalu. Sama kayak kamu. Aku aja nggak yakin apakah kalian mau ketemu aku atau nggak," jawabku lesu. "Sombong semua sih. Capek deh. Haha."
"Em...." Steve bergumam sebelum bertanya. "Kalau kamu ke Pekanbaru. Nggak ada teman jalan sama sekali, yah?"
"Ada sih. Paling-paling saudara doang. Kalau teman ya emang nggak ada. Tapi, saudaraku asik-asik semua. Jadi, mungkin, kalau aku nggak keluar sama kalian, keluarnya sama mereka," tuturku. "Eh, bosen nih baring-baring doang. Nge-game, yuk?"
"Yuk. Kamu online duluan gih. Nunggu di lobby, aku nyusul lima menit lagi."
"Oke deh. Dah, Steve."
"Dah, Rika. See you there."
***
Sampai di sini dulu. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote, comment, dan follow. Ini lapak sepi banget yah, jauh perbandingannya sama My Hottest CEO hahah. Sidernya sombong-sombong nih, enggak mau nge-vote. :P