DUA BELAS - KETEMU CHRIS

2.9K 113 4
                                    

DUA BELAS - KETEMU CHRIS

          PADA sore harinya, istri Om Santo membangunkanku untuk segera bersiap-siap karena kami akan berkunjung ke rumah Chris. Ketika kubuka kelopak mataku, dapat kulihat Tante Nia, Om Santo, Vanessa, dan yang lainnya sudah berpakaian rapi dan wangi. Hanya tersisa aku sendiri yang belum mandi karena tidur terlalu pulas.

"Jam berapa sekarang, Tan?" tanyaku pada Tante Nia yang berdiri di depan kaca sambil memoles lipstick merah mudanya. "Rika ketidurannya lama, ya?"

"Jam lima sore. Kamu tidurnya keenakan, jadi Tante nggak mau gangguin."

"Oke, Tante. Kalau begitu aku siap-siap dulu, ya," kataku sambil mengucek-ngucek mata dan bangkit dari ranjang sebelum berjalan malas membuka pintu kamar mandi. Sebenarnya aku masih mengantuk, tapi aku sudah berjanji pada Chris untuk menemuinya. Kan nggak enak kalau tiba-tiba aku wanprestatie. Haha!

Di kamar mandi, aku langsung menanggalkan pakaian, menghidupkan shower, dan membiarkan pancuran air hangat membasahi kepalaku hingga ke ujung kaki. Wah, rileks sekali rasanya. Sayang, aku tidak bisa berlama-lama menikmati hangatnya air ini.

Pikiranku melayang ke mana-mana. Terutama pada mimpi sewaktu aku tidur siang tadi. Entah kenapa tadi aku memimpikan Steve, padahal aku saja belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa wajahnya tercetak begitu jelas dalam mimpiku?

Dia menggenggam erat tanganku dan memelukku seperti itu adalah pertemuan terakhir kami. Aku menangis dalam mimpi itu, kami sama-sama menangis sebelum aku melangkah pergi.

Astaga.

Apa yang salah dengan pikiranku?

Kenapa aku memimpikannya?

Apa yang sebenarnya sedang Tuhan coba sampaikan kepadaku?

Ah, pusing! Nggak usah mikir kejauhan, Rika!

Aku buru-buru membilas busa yang masih tersisa di tubuhku dan meraih handuk sebelum nanti pikiranku berkelana ke mana-mana. Duh, menyiksa saja!

***

          SEPANJANG perjalanan ke rumah Chris, Om Santo dan Tante Nia tak henti-hentinya meledekku. Aku tidak tahu apa yang Chris katakan kepada mereka, yang jelas sepertinya mereka salah paham akan hubunganku dan Chris. Mereka mengira kami sedang kasmaran, padahal nyatanya tidak. Kami memang boleh memiliki hubungan khusus karena tidak ada hubungan darah.

Tetap saja aku tidak mau!

Aku 'kan lagi PDKT-an sama Steve. Masa sekali dayung dua pulau, nggak boleh tamak, dong!

"Nggak ada hubungan apa-apa loh kami, Om Santo. Benaran teman biasa aja," bantahku ketika satu mobil menertawakan "hubungan" kami yang tak benar itu. "Tanya aja sendiri sama Chris."

"Ah masa? Tapi kok Chris malu-malu gitu mau ketemu kamu," ledek Om Santo. "Kalian saling suka, ya?"

"Nggak. Aku 'kan lagi suka sama temannya Chris. Namanya Steve. Udah ah, jangan ledek aku lagi," kataku sengaja membawa nama sahabat Chris itu. Biarkan saja, daripada Om Santo dan Tante Nia tak henti-hentinya meledek. Pusing kepalaku!

"Wah? Steve yang mana? Kenalin dong ke kita. Masa diam-diam aja," kata Om Santo. "Siapa tahu Papanya dekat sama kita."

"Patah hati dong Chris," timpal Tante Nia. "Kirain kamu dan Chris saling suka. Itu Steve di Pekanbaru juga?"

"Iya. Satu sekolah sama Chris," sambung Vanessa meramaikan suasana di mobil. "Tapi nggak pernah ketemu orangnya. Jadi penasaran."

"Yuk, kita cari tahu yang mana Steve." Nah, kali ini giliran Rina yang bersuara setelah daritadi sibuk dengan game online-nya.

"Kita udah sampai," ujar Om Santo memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan rumah yang cukup besar dengan dominasi warna abu-abu. Wah, jadi ini toh rumahnya Chris. Baru nyampe di Pekanbaru langsung diajakin ketemu dia dong. Haha.

"Yuk, turun," ajak Tante Nia membuka pintu mobil disusul oleh Vanessa, Rina, Om Santo, dan diriku.

Sepasang suami-istri muncul dari balik pintu, yang kuyakini mereka adalah orangtua Chris. Ibunya Chris menghampiri pagar rumah untuk membuka kuncinya. Aku langsung menyapa kedua orangtua Chris, tersenyum secerah mungkin pada mereka, menunjukkan norma kesopanan yang sedari dulu diajarkan oleh Mama dan Papa.

"Kamu pasti Rika," kata Mama Chris tersenyum padaku, mempersilakan kami duduk di kursi ruang tamu. "Chris ada cerita-cerita soal kamu."

Aku tersipu malu. "Waduh. Chris cerita apa, Tante?"

"Katanya dia suka sama kamu," celutuk Om Santo lagi-lagi menjahiliku. "Boleh nih kalian disahkan. Sudah dapat restu dari Papa Mamanya Chris."

"Nggak, ah," bantahku menahan malu. "Om Santo ngejek mulu."

"Kan comblangin kamu," bela Om Santo tertawa. "Udah. Sana, sana. Cari Chris, dia di kamar tuh."

"Chris lagi ngapain, Tan?" tanyaku pada Mama Chris.

"Kayaknya sih lagi main game, masuk saja langsung ke kamar. Ada Kakak perempuannya Chris juga, kok," jawab Mama Chris lembut, sedangkan Papanya sibuk berceloteh dengan Om Santo dan Tante Nia.

"Yuk, Vanessa." Aku mengajak Vanessa untuk menemaniku masuk ke kamar Chris. Rina tidak mau ikut, dia masih sibuk dengan game online-nya. Katanya harus victory dulu.

Kami mengetuk pintu kamar Chris sebelum masuk. Tawaku dan Vanessa langsung meledak karena melihat tingkah Chris yang shy-shy cat. Pria itu duduk di depan layar komputer dan menyembunyikan dirinya di balik selimut.

"Ngapain sih kayak gitu, Chris?" tanyaku heran. "Emangnya kami mau makan lo apa? Sampai segitunya?"

Chris menurunkan selimut yang membungkusnya. "Iya. Ngerasa malu aja guenya."

"Ah. Malu apaan? Emangnya lo nggak pakai baju apa?" Vanessa ikut nimbrung. "Ayo, malam ini ikut nginap ke rumah Om Santo. Kita main mahjong ramai-ramai, sama Kak Rina juga."

"Yuk, Chris. Nginap ke rumah, nanti lo tidurnya sama Kak Yolen," bujukku menyebut nama kakak lelaki Rina, Yolen, sepupu yang seharian selalu sibuk bekerja. "Mumpung gue di Pekanbaru, nih. Ntar gue balik, baru deh sok-sok mau meet up."

"Iya, deh, iya. Gue beres-beres dikit lah. Masa gue nginap nggak bawa apa-apa," ungkap Chris yang beranjak dari kursinya setelah mematikan komputer.

"Yowes," balasku. "Gue sama Vanessa nunggu di luar. Awas aja lo lama. Bye!"

***

Sampai di sini dulu, teman-teman. VOTE ya! Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan waktu untuk follow heyitsdeff

Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang