SEPULUH - AIRPLANE
WAKTU berlalu dengan sangat cepat, sebab sang waktu tak pernah menunggu. Aku melewati masa UAS-ku dengan sungguh-sungguh, tidak ada yang namanya bermain handphone atau bermain game. Hanya buku, buku, dan buku. Begitu pulang ujian, aku langsung mengunci diri di kamar untuk belajar sampai malam. Bahkan bisa sampai ketiduran bersama buku-buku pelajaran.
Lelah? Tentu saja.
Namun setidaknya ada sesuatu yang bisa kudapatkan dari hasil kerja kerasku. Bukan hanya nilai yang memuaskan, melainkan aku juga mendapatkan tiket perjalanan gratis ke Pekanbaru yang disponsori oleh Mama.
Senangnya! Haha.
Sejujurnya, ini pertama kali aku naik pesawat, lho!
Walau kata Mama, sewaktu kecil aku sudah pernah naik pesawat, tapi aku lupa bagaimana rasanya.
Jadi bukan hanya jalan-jalan ke Pekanbaru setelah sekian lama, tapi aku juga berkesempatan untuk merasakan bagaimana serunya naik pesawat terbang.
Aku tahu ini terdengar aneh atau berlebihan, tapi aku selalu bermimpi untuk menembus awan-awan yang katanya seperti surga.
Untuk alasan itulah, pagi ini aku bersama Vanessa, sepupuku yang sudah sering berkunjung ke Pekanbaru, tengah berada di dalam pesawat JT237 dengan tujuan penerbangan dari Batam ke Pekanbaru yang akan ditempuh selama kurang lebih satu jam.
Astaga, aku benar-benar sangat tidak sabar untuk segera tiba di kota tujuan. Sementara menunggu pesawat take off, aku yang duduk di samping jendela menyempatkan diri untuk memanfaatkan sinar matahari yang ada dengan cara selfie.
"Nes, selfie dulu, yuk," ajakku pada Vanessa yang tengah sibuk mencari airpods-nya. "Udah, itu airpods nggak usah dicari. Paling-paling ketinggalan."
"Iya sih. Paling ketinggalan di kamar lo. Ya udah, yuk, selfie," sambut Vanessa langsung berpose manja.
Cekrek. Cekrek. Upload.
Hahaha.
Saat setelah aku meng-upload selfie dengan caption "Pekanbaru I'm coming!" di Instageram, terdengar aba-aba dari pramugari cantik yang memberi penjelasan tentang safety demonstration dalam pesawat. Sang pramugari juga meminta penumpang untuk mengaktifkan airplane mode agar gelombang elektromagnetik yang berasal dari handphone tidak mengganggu sistem kendali, komunikasi, dan navigasi.
"Udah ngabarin ke Chris kalau hari ini kita datang?" tanya Vanessa menyebut nama sepupu jauh kami, Chris, yang juga teman mabarku di game, dan sahabat baik Steve sejak SMP.
"Udah, kok. Tadi pagi udah nelepon. Katanya dia mau ikutan nginap di rumah Om Santo," jawabku yang memang sudah memberitahu Chris soal kedatangan kami. Tak lupa, aku juga memberitahu Steve walau sepertinya kami tidak akan bertemu. Setiap diajak, alasannya selalu malu.
Hais.
Padahal aku sedikit berharap Steve akan menawarkan diri untuk menjemputku di bandara nanti. Tapi sepertinya itu hanya angan-anganku saja, mengingat aku dan Steve hanya berstatus teman dan tidak ada sama sekali sinyal yang mengarah ke PDKT.
"Are you ready?" Vanessa bertanya padaku sebelum take off. "First time naik pesawat, 'kan?"
"I'm so ready for this. Haha," tawaku pelan. "Super excited."
Eh. Soal Steve, siapa tahu suatu saat kami bisa berpacaran. Lagipula, Steve memiliki kepribadian yang oke, kok!
Haha, ada-ada saja kamu, Rika.
Teruslah bermimpi, sampai kamu lupa rasanya menginjak bumi.
***
Okay, pertama sekali, ayo tekan tombol vote ahahah. Lalu, bagaimana cerita sampai sejauh ini? Komentar kalian dong. Jangan jadi silent reader ya, tinggalkan jejak kalian di sini. Saya sayang kalian semua. Salam hangat dari kantor saya.