DUA PULUH DUA - MY SISTERS
AKU tidak tahu roh mana yang sedang merasuki tubuhku, yang jelas kini aku merasa sangat gugup. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Rika yang cenderung pemberani. Lucunya adalah diriku yang biasa jam ngaret, kali ini malah bersiap-siap dua jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Bahkan sampai rela membongkar kembali seisi koper yang telah kubereskan agar bisa tampil cantik di hadapan Steve.
Mau bagaimana lagi, aku bingung harus mengenakan apa untuk bertemu dengannya. Alhasil, aku hanya memakai kemeja hitam dan celana jins. Rambut digulung bergelombang, tidak ada aksesori apa pun. Untuk riasan, Kak Natalis membuatnya terlihat se-natural mungkin, cuma bedak tabur dan liptint. Selesai, deh.
Em... tapi, apakah penampilanku yang agak tomboi ini akan mengecewakan Steve?
Ah, seperti sedang kencan saja! Buru-buru aku mengusir khayalan gila itu.
Ini cuma meet up biasa, jadi kamu nggak usah kepedean, Rika.
Lagipula, cinta yang bertepuk sebelah tangan itu nggak pernah enak. Jadi jangan berani coba-coba kalau tidak mau merasakan yang namanya patah hati!
"Sudah siap berangkat?" tanya Kak Suzen yang tiba sekitar satu jam lalu. Dia yang hari ini akan bertugas untuk mengantar dan menjemputku. Benar-benar, deh, sepupuku ini solidaritasnya tinggi semua. Gimana aku nggak sayang sama kalian coba?
Aku melirik ke arah arloji berwarna gold yang melingkar di pergelangan tanganku dan menggigit bibirku gelisah. Aku masih memiliki waktu satu jam lagi, apakah tidak masalah jika aku berangkat lebih awal? Tapi... satu jam? Aku akan mati kebosanan karena menunggu. Duduk sendirian dan hanya bermain ponsel saja. "Em, bentar lagi, Kak. Aku takut kalau berangkat terlalu cepat, nanti bosan."
"Iya juga. Biarkan aja Steve yang nyampe duluan. Kamu nggak perlu terlalu cepat, nanti kesannya berharap banget sama dia. Cowok itu suka seenaknya kalau kita kelihatan suka."
"Ho-oh!" Kak Natalis nimbrung setelah selesai beberes rumah. "Pokoknya ingat aja nanti kalau udah ketemu, tetap stay cool, jangan menunjukkan kamu setertarik itu. Okay? Saran dari kita berdua yang udah ahli ini, nggak akan mengecewakan."
"Semangat, Rika. Kak Suzen mendoakan setelah ini semoga ada cinta yang bersemi di MekDonald, ya. Jadi kamu bisa lebih sering ke Pekanbaru ngunjungin kita. Hahaha. Ingat aja, aku sama Natalis 'kan konsultan cinta, walau dua-duanya jomlo."
Kami tergelak terbahak-bahak. Memang deh! Kalau udah menyangkut soal cinta-cintaan begini, supporter-nya jadi banyak banget, riuh banget, dan seru banget.
"Sebelum aku pulang, cuma mau bilang thank you udah manjain aku selama di sini. Udah ajakin aku jalan-jalan, masakin yang enak-enak, semuanya deh. Sayang banget sama kalian semua! Much love!"
Aku bangkit berdiri dari sofa dan memeluk mereka erat, dalam hati berdoa semoga suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk membalas budi atas kebaikan yang telah mereka berikan selama tiga minggu aku di sini. I'm forever thankful and blessed.
***
Sampai di sini dulu, teman-teman. VOTE ya! Maaf pendek, lagi-lagi kepikiran untuk stop ceritanya. Huhu. Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan sejenak waktu kalian untuk follow Heyitsdeff
Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain dalam waktu dekat, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!