DELAPAN BELAS - PINDAH MARKAS

3.2K 100 3
                                    

DELAPAN BELAS - PINDAH MARKAS

SETELAH bertemu Kelvin dan merasa perasaanku sudah baik-baik saja, kulewati liburanku dengan penuh canda-tawa. Aku, Chris, Vanessa, Rina, dan lainnya sering berpergian bersama ke mall untuk sekadar shopping, bermain di Temzone, hunting makanan, dan karaoke bersama. Pada malam harinya kami pun masih rutin bermain kartu atau sekadar truth or dare.

Saking seru menikmati liburanku bersama sanak saudara, tanpa terasa aku sudah melewatkan seminggu penuh di Pekanbaru. Itu artinya waktu liburanku hanya tersisa dua minggu lagi. Sedih rasanya membayangkan hari di mana aku akan meninggalkan kota ini, kembali pada rutinitas membosankanku sebagai pelajar.

Oh iya, mulai hari ini aku akan menginap di rumah Om Rudi—abangnya Mama yang kelima. Bukannya aku tidak suka atau diperlakukan dengan tidak baik di rumah Om Santo, tapi karena aku harus membagi waktuku dengan keluargaku yang lain. Aku tidak mau Mamaku dijadikan bahan perbincangan karena anaknya tak pandai membagi waktu dengan saudara-saudara lain.

Vanessa dan Chris tidak ikut menginap di rumah Om Rudi karena beberapa alasan tertentu, salah satunya adalah jarak rumah Om Rudi yang lumayan jauh ke pusat kota.

"Udah siap beres-beres, Dek?" tanya Ruth, anak kedua dari Om Rudi. "Nggak ada yang ketinggalan, 'kan? Bolak-balik nanti. Jauh dari Kuantan ke sini."

Aku menggeleng sebagai jawaban, mencoba mengingat sekali lagi apakah masih ada yang belum kubawa. "Udah nggak ada lagi deh seharusnya. Udah lengkap semua."

Begitu aku yakin dengan semua bawaanku, Kak Ruth ikut serta membantu meletakkan koper di bagasi mobil. "Kalau gitu, yuk, berangkat. Udah pamitan sama Om Rudi dan Tante Nia, 'kan?"

"Udah," anggukku. "Sama yang lain juga udah pamitan, nanti kalau kangen 'kan masih boleh mampir."

Masih satu kota, kok. Tenang saja!

Kalau memang rindu, bisa hangout ramai-ramai. Nambah lima anggota dari anak-anaknya Om Rudi dan Tante Yuli. Hahaha.

"Yowes. Cus, let's go."

***

SAAT mobil berhenti di pelataran parkir kediaman Om Rudi, Kak Natalis—anak pertama Om Rudi dan Tante Yuli, langsung menyambutku dengan sebuah pelukan hangat. Uh! Nggak salah aku sangat sayang padanya. Dia memang seramah dan sebaik itu. Bukan hanya itu saja, Kak Natalis juga memiliki hobi yang sama denganku: membaca dan mengoleksi novel, terutama karya Babang Christian Simamora.

Supaya kalian tidak bingung dengan anak-anak Om Rudi yang lumayan banyak. Aku akan menjelaskan satu per satu. Anak pertama adalah Kak Natalis, berusia 28 tahun dan merupakan alumnus Binus Jakarta. Anak keduanya adalah Kak Ruth, berusia 25 tahun dan merupakan juragan skincare online, hari-hari ada saja orderan yang masuk haha! Anak ketiga adalah Maria, berusia 21 tahun, fans Cara Delevingne dan kini sedang menempuh studinya di Binus Jakarta.

Dari anak sulung sampai ketiga, berturut-turut adalah perempuan. Barulah di akhir muncul dua kesatria. Kak Joni sebagai anak keempat, berusia 20 tahun, mahasiswa Binus jurusan perhotelan yang dewa banget kalau sudah menyangkut urusan makanan. Last but not least, anak bungsunya Om Rudi, namanya Feri yang seumuran denganku. Dianugerahkan wajah tampan, berstatus pelajar di salah satu SMA Swasta Pekanbaru. Penampilannya boleh sangar, tapi hatinya Hello Kitty. Bukan dalam artian suka melambai-lambai, lho! Biar tampaknya dingin, aslinya dia itu sangat ramah.

Nah, sampai di situ saja penjelasan tentang anak-anaknya Om Rudi dan Tante Yuli. Pusing nggak, nih? Kalau pusing, sini absen dulu. Biar aku beliin Panodol.

"Jadwal hari ini mau ke mana, Dek?" tanya Kak Natalis berdiri di ambang pintu kamar. "Mau jalan-jalan ke mall atau café? Kalau mau, biar Kakak siap-siap sekarang. Nanti perginya bertiga, biar Ruth yang jadi supir. Haha."

"Feri nggak ikut?" tanyaku sambil menutup ritsleting koper, mengeluarkan satu set baju tidur. Maklum, aku suka sekali mengenakan baju tidur apabila sedang di rumah. Nyaman saja rasanya, nggak gerah.

"Mana mau Feri ikutan kalau rombongannya perempuan semua. Dia mah sekarang lebih suka keluar sama teman. Kadang sampai tengah malam baru pulang. Heran, udah dinasehatin sama Papa, masih juga nggak tobat-tobat," oceh Kak Natalis geleng-geleng kepala.

Aku terkekeh. "Maklum, Kak. Masih SMA, menikmati masa mudanya."

"Iya. Masa Feri sampai bilang begini, masa muda harus foya-foya, nanti tua kaya raya."

"Haha. Ada-ada saja."

"Dedek," panggil Kak Ruth yang entah dari mana sudah muncul saja di belakang Kak Natalis. "Siang ini di rumah dulu, ya, istirahat untuk nanti malam. Mau makan malam bersama ke resto. Om Rudi yang ngajakin, berhubung kamu datang."

"Sip, sip!" Aku mengacungkan jempol sebagai tanda setuju. "Kalau gitu, habis ini aku mau tidur siang. Supaya nanti malam nggak ngantuk. Aku juga agak mager kalau keluar siang gini, panas banget."

"Yowes. Kalau gitu kami beres-beres rumah dulu. Kamu bobok saja, Dek," ucap Kak Natalis menghidupkan AC kamar, lalu mengajak keluar adiknya—Ruth—agar tak menganggu tidur siangku. "Bobok yang nyenyak, Dedek."

***

Sampai di sini dulu, teman-teman. Selamat beraktivitas, ini tak kasih bacaan dulu supaya harinya nggak bosen. VOTE ya! Sebelum itu, ayo coba cek dulu, pasti dari kalian ada beberapa yang belum follow author, 'kan? Yuk, luangkan waktu untuk follow heyitsdeff (tap aja di sini)

Kenapa harus follow? Karena aku berencana untuk menulis cerita lain, jadi kalian akan dapat notif kalau aku up story-nya! Thank you!

You're My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang