Bab 4

5.5K 804 47
                                    

Pemuda itu sedang suntuk. Dia sudah bilangkan, aktifitas menjamah gadis di kelab sudah tidak senikmat dulu. Hampir mendekati bosan. Tadi dia hanya mampir sekitar duapuluh menit, menemui Namjoon dan mengobrol sebentar lalu pergi. Namjoon juga sempat heran ketika dia menolah camilan malam yang sudah disediakan Namjoon sejak malam kemarin.

Ke apartemen pun rasanya bukan pilihan yang harus diambil. Sekarang masih pukul sembilan, terlalu dini untuk pulang. Jadi, di sinilah Taehyung. Duduk di belakang kemudi, mengitari daerah seocho-gu hingga ke ujung. Melihat lampu-lampu jalanan yang bias oleh air danau di seberang jalan. Taehyung menghentikan kendaraannya beberapa meter dari sana, tertarik melihat danau lebih dekat dan mencari tau apa yang bisa ditemunya di sana.

Tidak ada larangan merokok, jadi buru-buru dia mengeluarkan cigaret dari dalam kantong. Menyelipkannya di belahan bibir lalu membakar ujungnya. Hangat menjalar seiring kepulan asap yang menguap. Taehyung terlihat seperti kereta api yang siap menderu, hanya saja tidak ada suara. Meski demikian, kepalanya terasa bising dan sibuk.

Tempat ini jauh dari bisingnya lalu lintas jalanan, jadi suasananya agak tenangㅡsetidaknya untuk beberapa menit. Kening pemuda tersebut berkerut tatkala merasa terusik dengan sorak rendah kerumuman orang, beberapa meter dari tempatnya berpijak.

Tergangu sih, Taehyung sedang mencari tempat yang tenang untuk menjernihkan pikiran. Tapi detik berikutnya, sepasang tungkai pemuda itu malah melangkah perlahan dengan rasa penuh penasaran mendekati kerumunan orang yang sibuk bergerak-gerak berirama dengan tangan terangkat.

Taehyung berusaha menerobos kerumuman, lalu langkahnya tercekat. Matanya mendelih dengan mulut menganga menatap sepasang muda-mudi, sedang menari lincah diiringi thingking out loud-nya Ed-sheeran.

Sepatu converse putih yang belakangan terus berputar dalam kepalanya. Kali ini si gadis mengenakan dress putih di atas lutut, rambutnya dibiarkan jatuh. Bergoyang-goyang setiap kali tubuhnya bergerak dan diputar oleh partner menarinya. Lelaki dengan setelan jins belel yang robek pada bagian lutut, sepatu pantofel dengan hak tebal pada tumitnya, juga kemeja yang membalut kaus hitam pada tubuh si lelaki.

Taehyung menghabiskan bermenit-menit di sana. Mengawasi bagaimana si lelaki merangkul pinggul gadisnya, bibir plumnya meletakan kecupan pada leher si gadis, mengangkat tubuh gadis tersebut hingga terlihat seakan melayang di udara. Mendadak Taehyung terasa terbakar, ingin sekali menendang tape besar yang menguarkan musik dan mengiringi keduanya menari. Lalu menarik tangan si gadis, menculiknya dari panggung jalanan.

Namun sebelum Taehyung melakukan semua itu, dia harus bersyukur sebab bunyi peluit lebih cepat dari gerakannya. Semua orang mengalihkan fokus pada beberapa petugas yang kini lari tunggang langgang, bermeter-meter jauhnya dari mereka.

Semua penonton tadi berlarian, tidak ada sorakan rendah lagi yang mengiringi. Lelaki tadi juga sudah melepaskan gadisnya, untuk menyambar tape besar yang masih melantunkan lagu Ed-Sheeran.

Taehyung melihat sebuah kesempatan besar di ujung matanya. Lantas bergerak cepat menyambar tangan si gadis yang masih kebingungan. "Ikut aku, ku bantu kau lari dari mereka," katanya meyakinkan.

Taehyung menggerutu pada diri sendiri lantaran memarkir kendaraan agak jauh. Beruntung mereka masih sempat kabur. Dalam beberapa menit kendaraannya sudah berada di jalan raya, berbaur dengan riuh kendaraan lain.

"Apa kau aman, Jim?"

Taehyung mencuri lirikan pada gadis yang kini duduk di samping bangku kemudi. Menempelkan benda pipih pada telingannya, sedang iris hazel gadis tersebut dibiarkan lepas pada jalanan di depan mereka.

"Aku aman, ku temui kau besok," katanya lalu mengakhiri telepon.

Taehyung agak terkesiap ketika iris keduanya bertemu, lantas buru-buru melempar fokus pada jalanan. Rungunya mendengar kekehan ringan kemudian, kembali melirik dan menemukan gadisnya sedang membungkam mulut sendiri. "Apa yang lucu?" tanya Taehyung agak sebal. Dia sudah menyelematkan si gadis, namun apa yang didapatkannya sekarang. Menjadi bahan tertawaan.

Gadis tersebut menggeleng cepat, khawatir juga kalau si pemuda asing yang menggeretnya masuk ke mobil tersebut akan tersinggungㅡwalau ya, Taehyung sudah tersinggung sih, sedikit. "Tadi itu benar-benar mendebarkan," katanya kemudian.

Jantung Taehyung bergetar, dada terasa hangat tatkala suara merdu tersebut masuk ke telinganya. "Apa yang kau lakukan di sana? Kau tau tidak boleh melakukan hal seperti itu di pinggir danau, kan?"

"Well, itu hanya penggalangan dana biasa. Teman-teman Jimin akan mengadakan pertunjukan, mereka ingin mengumpulkan dananya,"

Jimin, jadi si bajingan yang mendaratkan kecupan pada leher gadisnya bernama Jimin. Taehyung berusaha untuk tetap terlihat santai. Hening menyergap untuk sesaat, sampai rasanya nyaris terasa canggung.

"Kita pernah bertemu sebelumnya?" kata si gadis memecah canggung.

Oh, dia mengingat ku?

Taehyung hampir melepaskan setirnya untuk menari girang. Tidak kah ini seperti sinyal bahwa bukan hanya dia yang memikirkan si gadis converse ini selama berminggu-minggu. "Oh, kau ingat?" sahut Taehyung berusaha menekan pergolakan di dalam dadanya sendiri.

Namun dengan cepat kecewa, ketika si gadis menyahut lagi. "Oh jadi benar? Aku hanya menebak," katanya.

Taehyung mendelik untun sedetik, mengundang kekehan lagi dari bibir si gadis. "Aku bercanda," katanya tertawa jenaka, padahal Taehyung hampir menendang gadis tersebut keluar dari mobilnya karena kesal dan malu. "Tentu saja aku ingat, kau yang bicara dengan Maru di parkiran malam itu, kan?"

Taehyung tertawa hambar, gadis ini ternyata berengsek. "Ya, ya. Kau bisa panggil aku Taehyung. Kim Taehyung,"

"Dan kau bisa panggil aku Aery, Park Aery," []

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang