Bab 11

4.6K 594 9
                                    

Jung Hoseok mengerutkan keningnya heran. Kalau bisa diumpamakan, Kim Taehyung mungkin mirip beruang grizzly remaja yang sedang dalam pra menstruasi. Hormonnya sedang tidak seimbang dan moodnya naik turun. Semalam yang lalu, masih jelas diingatan Hoseok bagaimana kusutnya wajah Taehyung yang ditekuk dua belas kali. Lalu pagi ini dia seolah menemui Kim Taehyung yang lain dengan mood yang kelewat bagus.

Tebak saja, Hoseok tau bagaimana bencinya Taehyung mengikuti kelas fotografi Mr. Luwin, pria di akhir usia empat puluhan itu menyebalkan. Cerewet, senang mengkritik, apalagi kalau itu tentang foto yang diambil Kim Taehyung. Angle yang tidak tepat, pencahayaan yang kurang, proses editing yang berlebihan, bla, bla, blaㅡ

Bisanya Taehyung akan mengumpat, minimal dia akan mencebik ketika Mr. Luwin mulai berulah. Namun pagi ini, semua itu seolah angin lalu bagi Kim Taehyung. Bahkan setelah dosen killer mereka itu memintanya mengulangi tugas yang diberikan dan menggandakannya. Kim Taehyung hanya menyeringai, dan masih menyeringai tatkala menikmati burgernya yang salah pesan.

"Dia pasti sudah gila," Hoseok berbisik pada pacarnya, Hanna hanya terkekeh geli.

"Dia sedang jatuh cinta sayang, biarkan,"

"Apa yang terjadi padamu, nak? Aery pasti memberikan sesuatu pada mu," Hoseok menggoyangkan tangannya di depan wajah Taehyung. Normalnya pemuda itu akan menepis dengan desisan tak suka, namun kali ini masih tetap tersenyum dengan gedigan bahu ringan. "Apa yang diberikannya? Kokain, Heroin, atau narkoba jenis baru lainnyㅡaw," Hoseok mencebik sembari mengelus lengannya yang baru saja mendapat tinjuan kecil dari Hannah.

Taehyung mengerling pada gadis itu, seolah berterimakasih pada Hanna karena sudah mewakilinya untuk membungkam Hoseok.

"Ayolah, pasti ada sesuatu yang terjadi. Apa akhirnya kalian resmi berpacaran?" desak Hoseok lagi. Kali ini pertanyaan tersebut mewakili rasa penasaran Hanna, gadis tersebut mencondongkan tubuhnya menanti jawaban dengan antusias.

Sementara yang ditanya hanya memandang kedua sahabatnya dengan mata yang melebar. Diam sejenak, lantas memberikan gelengan pelan sembari mengulum bibirnya sendiri.

"Kau tidak menyukainya?" kali ini Hanna tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut bertanya.

"Tentu saja aku menyukainya," Taehyung menyahut cepat.

"Lantas kenapa tidak meresmikan hubungan kalian?" Hoseok bertanya lagi. "Kau cemburu ketika melihat Jiminㅡsaudara kembarnyaㅡmencium Aery dengan mesra, kau cemburu saat melihat wanita itu disentuh pria lain, tapi kau tidak ingin menjadikannya milik mu?"

Taehyung mengatupkan bibirnya rapat-rapat, pertanya kenapa menggema di kepalanya. Kenapa ya?

"Karena dia punya seorang putra?" Hoseok berjenggit saat rusuknya disikut pelan oleh Hanna. "Kenapa? Memang benar dia punya seorang putra," katanya tidak terima, mengundang Hanna untuk mendelik sebal pada kekasihnya sendiri.

"Tidak," tukas Taehyung menengahi perang tatapan antara sepasang kekasih di depannya. "Tentu saja itu bukan masalah bagi ku. Itu masa lalunya, aku bertemu dirinya di masa sekarang jadi tidak perlu memdebatkan masalah seperti itu. Lagi pula Maru tidak bersalah, dia bocah yang lucu,"

"Oh, Taetae," Hanna menatap kagum pada adik kecil Hoseok tersebut. "Kau sudah dewasa," katanya mengacak pelan rambut Taehyung dan pemuda tersebut hanya memamerkan senyum kotaknya yang menggemaskan. Kemudian adegan tersebut terpaksa berhenti ketika Hoseok berdehemㅡmengintrupsiㅡtak suka dan dibalas cebikan Taehyung serta Hanna bersamaan.

"Jadi kau tidak ingin menjadikannya milik mu?" Hoseok kembali ketopik pembicaraan mereka. Tak ada jawaban dari Taehyung, hanya menatap gamang sebelum mengalihkan pandangan pada burgernya yang terbengkalai di piring. "Kalau begitu kau harus meninggalkannya, Tae,"

Iris Taehyung bergerak secepat kilat, menatap Hoseok yang menampilkan wajah kelewat serius. "Kenapa?" tanyanya dengan nada tak suka.

"Karena dia seorang ibu,"

Taehyung tertawa hambar, "Aku sudah bilang aku tidak masalah denganㅡ"

"Tapi ini akan menjadi masalah nantinya," potong Hoseok serius. "Untuk saat ini mungkin masih terlalu indah untuk main-main, tapi bagaimana dengan nanti?"

Taehyung menelan salivanya dalam. Hanna meremas jemari Hoseok berharap kekasihnya tersebut akan berhenti bicara. Hanna benci melihat keduanya bertengkar, karena Taehyung akan berubah seperti bayi ketika Hoseok membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi Hoseok memilih abai.

"Bagaimana dengan keluarga mu? Ibu dan ayah mu? Jika kalian berubah pikiran dan ingin atauㅡ" Hoseok menekan kata terakhirnya. "Atau tidak sengaja ingin membuat hubungan ini jadi serius, apa orangtua mu bisa menerima Aery? Masa lalunya?"

Taehyung mengedip sekali, sebelum menjatuhkan pandangannya pada piring burger. Punggungnya jatuh bersandar pada kursi, berusaha merangkai kata untuk membalas pertanyaan Hoseok barusan. Namun nihil, sebab kepalanya terasa kosong. Bermenit-menit berlalu bahkan ketika Hanna telah berhasil menarik pemuda Jung tersebut dari hadapan Taehyung, meninggalkannya sendiri hingga petang menjemput.

Taehyung kembali lagi jadi dirinya di malam kemari. Tidak enak makan, minum, merokok, dan tidur. Duduk di bangku kemudi mengitari jalanan seocho-gu yang sekali lagi terasa lengang. Memutar roda kemudi berulang kali, berbelok pada blok yang sama dan melintasi danau yang sama.

Kepalanya berkedut pening. Mungkin karena mobilnya kebanyakan berputar, atau juga kalimat Jung Hoseok yang masih terus berputar.

"Shit!!" dia mendesah panjang, dadanya terasa sesak. Kepalanya terasa sesak, penuh pertanyaan yang bahkan tidak bisa dijawab.

"Kenapa tidak meresmikan hubungan kalian?"

Suara Hoseok menggema di dalam kepalanya. Terdengar nyaring dan menyebalkan. Menggedor-gedor gendang telinganya, kepala Taehyung hampir pecah. Memutar steer-nya dengan dan tiba-tiba menepi. Beberapa mobil di belakangnya menekan klakson panjang dengan kasar, mengumpat dan menyumpah. Persetan, Taehyung tidak peduli. Kepalanya terlalu sakit, hatinya terlalu sakit. []

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang