Bab 19

3.7K 558 14
                                    

Aery menghela napas lembut, kepalanya berputar pening. Terlihat ragu sejenak sebelum memutuskan untuk ikut naik ke ranjang dan mendudukan dirinya di atas Taehyung. Pemuda tersebut bergeming, tetap meletakan lengannya di atas kening.

"Kapan kau mewarnai rambutmu, Tae?" tanya Aery mencondongkan tubuhnya, membelai perlahan surai Taehyung yang kini berwarna sebiru langit tersebut. Tak ada jawaban, alis Aery bertaut sendu, kepalanya pening. Mungkin efek martini dari Namjoon, sebab Aery bukan lah peminum handal.

Perlahan menyingkirkan lengan dari kening Kim Taehyung, gadis tersebut menangkup pipi Taehyung dengan tangannya. Memaksa pemuda tersebut untuk menatapnya, lantas mendaratkan kecupan singkat. Aery menggulingkan tubuhnya, berbaring di samping Kim Taehyung. Menatap pemuda tersebut intens. "Kenapa kau melakukan ini, Tae?"

Kim Taehyung memiringkan tubuhnya, mengarahkannya pada Aery. Satu tangannya terlipat menjadi bantalan untuk kepalanya sendiri. Sedang iris keduanya bersirobok.

Kening Aery berkerut dalam, jemarinya mengusap lembut sudut bibir Kim Taehyung. Ada lebam biru yang sudah mulai pudar di sana, juga di tulang pipi sebelah kanannya, juga pada tulang hidungnya yang di tutupi plester kecil. "Lihat apa yang kau lakukan pada wajah Apollo yang berharga ini Tae," lirihnya sendu.

Taehyung tersenyum tipis, mengecup telapak tangan Aery lalu ditempelkan kembali pada pipinya. Terasa hangat dan lembut. Aroma vanila menguar dari sana, aroma yang dirindukannya selama sepekan belakangan. Dia hampir–atau sudah–gila.

"Kau berubah menjadi gangster," lirih gadis tersebut mengundang kekehan pelan dari Taehyung saat ia menutup matanya.

"Kau yang membuatku jadi begini," balas Taehyung pelan.

"Bagaimana bisa aku merubahmu menjadi seperti ini?" bantah Aery. Tidak ada emosi dalam percakapan keduanya, terdengar lebih santai dari sebelumnya. "Aku tidak akan membuatmu memilih jalan buruk hanya untuk melukai dirimu sendiri, kau tau,"

"Kau meninggalkanku, kau ingat?"

"Aku?" aery membantah lagi. "Kim hanya kalau kau lupa, aku akan mengingatkanmu. Hari itu kau yang melangkah keluar dari rumahku dan meninggalkanku sendiri,"

"Ya tapi itu karena kau membuatku kecewa," tukas Taehyung sengit, tidak mau kalah. "Kau kembali pada Jungkook,"

Aery tertawa hambar, "Oh, aku tidak pernah mengatakannya Kim,"

"Ya, tapi kau juga tidak menjawab saat aku bertanya padamu,"

"Exactly," tukas Aery cepat. "Aku hanya diam. Aku tidak mengatakan apapun, kau hanya terus berspekulasi dan menyalahkanku karena merasa terluka,"

"Oh, enyah saja lah kau dari sini!" Taehyung menatap sengit, lantas beranjak dari ranjang. "Aku lelah bermain teka-teki denganmu, Ry. Pergi saja, tinggalkan aku!" katanya dengan satu tangan berkacak pinggang sedang tangan lainnya menunjuk ke arah pintu yang masih tertutup rapat.

Aery menghela napas lembut, kepalanya berputar saat perlahan bangkit dari ranjang. "Tae," rengeknya manja, melangkah mendekat lantas melingkarkan tangannya pada pinggang Taehyung. "Bisakah kita membicarakan ini baik-baik,"

Dan dalam detik itu, sekali lagi Taehyung jatuh pada Park Aery yang memesona. Menatap gadis tersebut dari bawah dagunya, mengusap rahang kecilnya, pipinya, lantas mencuri kecupan lembut dari Aery. "Biarkan aku bersama mu," pintanya lirih.

Aery menggigit bibirnya sejenak, kepalanya semakin berputar pening. "Kita tidak seharusnya bersama, Tae."

Pemuda tersebut mengerang frustrasi, melepaskan diri dari pelukan Aery kemudian duduk di tepi ranjang. Menjambak rambutnya sendiri, gemas, geram, dan merasa dipermainkan. "Apa ini semacam lelucon bagi mu?"

Aery menggeleng cepat, melangkah mendekat lalu bersimpuh di hadapan Taehyung. Meminta ruang di atas paha lelaki tersebut. Tangannya ditepis kuat saat berusaha mengusap garis rahang Kim Taehyung. Pemuda dihadapannya nyaris kehilangan sabar. "Dengarkan aku," pintanya.

"Tidak, kau yang harus mendengarkan aku," Taehyung menukas. "Apa aku pernah melukaimu" gadis tersebut menggeleng lemah, lantas Taehyung melanjutkan. "Apa aku pernah menolakmu sekali saja karena satu hal dalam dirimu? Atau kau memang tidak menyukaiku?" Aery menggeleng lagi. "Lalu kenapa kau terus menolakku, lagi dan lagi?!"

"Taehyung," panggilnya lembut. "Aku menyukaimu, sangat–" dia menjeda. "Aku bahkan kagum karena kau bisa menerimaku, sebab lelaki diluar sana mungkin akan lebih memilih kabur daripada menjalin hubungan dengan seorang ibu dari bocah laki-laki lima tahun,"

Taehyung mengalihkan pandangannya, sebelum Aery membawanya kembali. Iris keduanya bersirobok. "Tapi ada banyak hal yang tidak kau ketahui dariku," Aery bangkit perlahan, mengangkat kaus yang menutupi bagian peruynya. Membawa tangan Taehyung untuk meraba luka di bagian bawah dari batas pinggan celana jinsnya. "Lima tahun yang lalu, saat aku melahirkan Maru–" kerongkongan aery mendadak terasa kering, namun ia tetap melanjutkan. "Dokter juga melakukan pengangkatan rahim padaku,"

Alis Kim Taehyung bertaut sendu, mendadak wajahnya keruh menatap Aery. Gadis tersebut tersenyum pahit ketika membiarkan Taehyung menarik tangannya dari sana. "Aku mungkin puas karena pernah merasakan jadi wanita, sekali seumur hidupku," katanya lagi. "Tapi aku tidak bisa mengulangnya lagi Tae," []

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang