Bab 18

3.5K 519 24
                                    

Aery mungkin akan menyesali kebodohannya yang satu ini seumur hidup. Tapi sudah terlalu terlambat untuk kembali, kakinya sudah terlanjur memijak pada marmer dingin gelap yang sesekali di sorot sinar terang dari langit-langit ruangan. Merah, biru, hijau, kuning, ungu lalu kembali ke merah lagi. Dentuman musik bergetar sampai ke tempat di mana dia berpijak, Aery merasa kepalanya berkedua. Entah bagaimana orang-orang di sini bisa terbiasa, bahkan terlihat enjoy sembari menganggukan kepala dan mengangkat gelas minuman mereka.

Tidak masuk akal,

Beberapa langkah kemudian di sampai pada meja bar. Beberapa pria duduk di sana, menatapnya dengan seringaian lapar dan kerlingan mata menjijikan. Rasanya Aery siap-siap saja kalau ada yang memintanya untuk mencungkil mata para lelaki hidung belang tersebut. Tapi dia tidak jauh-jauh datang kemari untuk melakukan itu.

Lantas matanya mencari-cari pada bagian dalam bar, berusaha tidak melewatkan satu wajah yang harus dikenalinya. "Ingin memesan sesuatu manis?"

Aery mendengus singkat, lantas melipat tangan di atas meja bar. "Taehyung bilang aku harus menemui Kim Namjoon, jika ingin bertemu dengannnya malam ini,"

Pemuda jangkuk tersebut mematung untuk beberapa detik, berusaha mengenali suara serta wajah si gadis dari bawa sorot sinar yang berkelap-kelip. "Oh, kau gadis di apartemen Taehyung malam itu," katanya saat sudah ingat.

Aery mendengus lagi. "Yeah, sebenarnya itu apartemenku," Namjoon hanya menggedik. "Jadi, apa aku bisa menemui Taehyung sekarang?" katanya lagi, tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kepalanya sudah pening, tidak kuat berlama-lama di tengah samudra alkohol dan asap rokoknya yang mengepul lebat.

Namjoon mengambil waktu sejenak guna berpikir. "Kau yakin akan menemuinya?" katanya kemudian.

Aery mengangguk cepat. "Karena itu aku datang kemari. Dia bilang aku hanya perlu menemuimu dan kau akan mengantarkanku padanya,"

Namjoon tertawa hambar. "Oh yang benar saja," katanya tidak percaya, mengundang kerutan pada kening Aery. "Aku tidak akan mengantarkanmu padanya,"

"Kenapa?"

Namjoon terdiam lagi. "Keadaan di dalam sana buruk–"

"Aery, Park Aery," tukasnya ketika sadar dia belum memperkenalkan diri sama sekali.

"Aery," Namjoon tersenyum. "Aku yakin kau akan menyesal jika menemuinya sekarang," katanya lagi.

"Apa dia sudah menyiapkan sesuatu untuk membuatku kesal?" tebak Aery dan Namjoon tertawa kecil sembari menggangguk. "Bagus. Hei, bisa berikan aku satu sloki kecil minuman? Supaya aku bisa menghadapinya,"

"Kau yakin?"

"Yeah, sangat yakin. Ayolah, jangan buang-buang waktu Joon,"

Namjoon terkekeh lagi, lantas menuang dua jari martini ke dalam gelas dan memberikannya pada Aery. "Tolong jangan biarkan Kim sialan Taehyung itu berulah lagi, aku menjaminnya minggu lalu. Kalau hal buruk terjadi lagi, aku mungkin akan kehilangan mata pencaharian ku,"

"Oh Joon, kau bisa bercayakan bocah laki-laki manis itu padaku,"

Namjoon tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum sembari memberikan lock card ruangan Taehyung kepada Aery. "Di lantai dua, lurus saja dan kau akan menemukan lorong yang akan membawa mu pada ruangan-ruangan di sana. Nomor 205 adalah milik Taehyung," pesannya.

Aery segera melesat, membelah lautan manusia yang mulai bergerak-gerak kesetanan sembari mengangkat botol minumannya tinggi. Menaiki tangga hingga ke lantai dua dan mengikuti semua intruksi Namjoon.

Dentuman musik tertinggal jauh di belakangnya setelah melewati penti kaca besar yang pertama, kemudian pintu selanjutnya mengantarkan Aery pada lorong penuh ruangan seperti yang diucapkan Namjoon. Aery menemukan nomor ruangan milik Taehyung setelah melewati dua pintu. Buru-buru menempelkan lock card pada sensor lalu memutar kenop setelah bunyi bip terdengar.

"Kim Taehy–" Aery mendelik tanpa menyelesaikan kalimatnya. Netranya menatap lurus pada gadis berambut pirang setengah telanjang yang kini menggerayangi tubuh Taehyung yang hanya menggunakan jins biru belel dengan robekan lebar pada bagian kedua lututnya. Dadanya dibiarkan terbuka selagi gadis berambut pirang tersebut mengecup-ngecup dan menjilat.

Menjijikan,

"Hei, siapa yang mengijinkan wanita ini masuk?!" si wanita pirang berujar jengkel. Buru-buru turun dari atas Taehyung dan menarik selimut tipis untuk menutupi tubuhnya sendiri.

Aery menyeringai tipis, melangkah perlahan saat melempar pandangan pada Taehyung yang hanya menatapnya datar. Netranya memicing lambat, entah sejak kapan Taehyung mengubah warna rambutnya menjadi biru. Pemuda itu seperti robot android hidup yang bernapas. "Bisakah kau meninggalkan kami?" kata Aery pada wanita pirang dua langkah darinya. "Pemuda ini milikku,"

Taehyung diam-diam tersenyum tipis.

"Apa?" suara wanita berambut pirang tadi meninggi, mendekat satu langkah pada Aery sembari mendelik. "Kau pikir siapa diri mu?!"

"Yang jelas aku bukan jalang sepertimu," tukas Aery cepat dengan tatapan menantang.

"Apa?!" si wanita mungkin akan melayangkan satu tamparan pada pipi mulus Aery. Beruntung hal tersebut tidak pernah terjadi, sebab detik selanjutnya Taehyung bergerak cepat. Menahan pergelangan tangan kecil tersebut dalam genggamannya, lantas dihempas kuat sembari menatap tajam.

"Aku selesai denganmu, pergi. Temui Namjoon, dia akan membayarmu," katanya dingin. Wanita tersebut baru akan membantah, namun Taehyung lebih dulu mendorongnya keluar, melemparkan barang-barang wanita tersebut dengan kasar lantas membanting pintu.

Irisnya bersirobok dengan memiliki Aery ketika dia berbalik, memungut kembali kaus hitamnya dari lantai kemudian mengenakannya sebelum membanting tubuh di atas kasur. Melipat lengan di atas kening sembari memejamkan mata.

Aery menghela napas lembut, kepalanya berputar pening. Terlihat ragu sejenak sebelum memutuskan untuk ikut naik ke ranjang dan mendudukan dirinya di atas Taehyung. [] 

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang