Bab 5

5.5K 795 57
                                    

Ini bisa jadi kunjungan tengah malam, tapi Taehyung tidak perduli. Aery menolak memberi tau alamat rumahnya pada Taehyung dan minta diturunkan saja dipinggir jalan lalu pulang dengan taxi. Dan, pemuda tersebut menolak melakukannya sebab dia akan kehilangan kesempatan untuk bertemu lagi dengan si gadis.

Jadi dia membuat sebuah kesepakatan. Menurunkan gadis tersebut di tempatnyaㅡhanya karena rute yang dituju melewati apartemen Kim Taehyungㅡlalu gadis tersebut bisa memanggil taxi dari sana.

"Mau teh hangat? Di luar dingin, lho," tawar Kim Taehyung saat sudah memarkirkan mobilnya.

Aery tersenyum tipis. "Ku kira kau hanya akan menurunkan ku di sini, aku akan memanggil taxi,"

"Kau bisa menunggu di dalam apartemen ku. Menghangatkan diri sebelum terkena flu,"

Aery menimang sejenak, pemuda tersebut masih menunggunya membuat keputusan. Lantas detik berikutnya Aery tidak mengatakan apapun ketika berjalan lebih dulu. Taehyung tersenyum penuh kemenangan saat gadis tersebut menekan lift untuk menunju ke lantas atas gedung. "Lantai sembilan," kata Taehyung ketika Aery akan menekan tombol dan gadis tersebut menuruti instruksinya tanpa bersuara.

Taehyung tidak bercanda saat dia bilang akan menyuguhkan teh hangat untuk Aery, karena itu lah mereka bisa berakhir duduk berdua di sofa krem milik Taehyung. "Kau penari?" tanya Taehyung setelah menyeruput tehnya.

"Belum," sahut Aery sambil lalu, kadang irisnya berkeliar menatap sudut-sudut ruang apartemen mewah teman barunya tersebut. "Mungkin beberapa tahun lagi kau baru bisa menyebut ku penari," lanjutnya kini sudah fokus menatap Taehyung.

"Tapi kau sudah menari dengan baik,"

"Terimakasi, ku anggap itu pujian," Aery tersenyum tipis. "Tapi dosen kelas menari ku tidak mengatakan demikian,"

"Oh, kau dari kelas seni juga?" Taehyung mencondongkan tubuhnya, terdengar lebih antusias saat mengorek informasi penting dari gadisnya langsung.

"Juga?" Aery menekat katanya dengan kening berkerut samar.

"Aku dari kelas fotografi dan art," sahutnya bangga, mengundang anggukan kecil dari si gadis. "Jadi, teman mu ... Jimin, dia juga ada di kelas yang sama dengan mu?"

Aery mengerling dengan senyum timpang, "Kau tertarik ya pada Jimin?"

Netra Taehyung membulat sempurna dengan alis terangkah. "A-apa?"

"Habis, aku melihat mu ketika berdiri menonton kami menari. Mata mu itu tidak pernah lepas dari Jimin,"

Taehyung batuk, tersedak salivanya sendiri. Buru-buru meneguk tehnya kembali diiring gelak Aery di sampingnya. "Aku masih normal, sialan!"

Aery makin tergelak, kepalanya sampai menengadah karena geli. Lantas berdehem dan mencoba lepas dari perasaan lucu yang bernaung dalam kepalanya. Lelaki ini menggemaskan saat terlihat kesal, menurut Aery. "Kau ini gampang sekali marah," katanya santai.

Taehyung mencebik, tapi tetap tidak bisa benar-benar merasa kesal. Rasanya seperti mimpi, gadis bergaun biru langit yang beberapa jam lalu masih dibayangkannya, kini benar-benar duduk di hadapan Taehyung. Aroma vanila samar-sama menggelitik penciumannya setiap kali gadis tersebut bergerak pada sofa di sampingnya. Diam-diam Taehyung berharap aroma si gadis akan tertinggal banyak di sana. Tunggu, jangan salah paham. Taehyung bukan psikopat gila, ya.

Gadis itu yang membuatnya gila. Taehyung meluncurkan pertanyaan lagi, biar bisa mendengar suara merdu si gadis. "Jadi, sejak kapan kau menari?" tanyanya.

Aery terlihat berpikir sejenak, bibirnya mengerucut. Mengundang desiran lembut di daerah Taehyung, pemuda tersebut berusaha mengatur napas. "Hm, sejak delapan tahun? Entah, aku tidak ingat," sahutnya.

"Pantas kau terlihat mahir," komentar Taehyung. Dia tidak bohong, Aery terlihat menawan saat menari.

"Ku anggap itu pujian," katanya tersenyum tipis.

"Ku harap aku bisa melihat mu menari di depan ku,"

Sedetik,

Dua detik,

Lima detik,

Sepuluh detik,

Rasa-rasanya Taehyung ingin menenggelamkan diri dalam bathup di kamar mandinya. Apa itu terdengar mesum? Demi celana karet Hoseok! Dia tidak bermaksud demikian, namun tidak sanggup juga memperbaiki kata-katanya saat iris hazel Aery menatapnya lekat. Datar dan dingin. Taehyung bisa mati beku kalau begini.

Kerongkongan Taehyung mendadak kering kerontan, ada lebih banyak detik yang terbuang untuk diam. Sebelum gadis tersebut bergerak mengundang gemuruh hebat di dalam dada Taehyung. Gadis tersebut menarik tasnya dengan cepat, merogoh isinya lantas mengeluarkan ponsel.

Memanggil taxi ya?

Tidak, tidak-tidak. Jangan pergi dulu, Taehyung tidak mau gadis pergi sekarang. Mereka baru saja bicara, dia menyumpahi mulut kotornya yang asal bicara. Baru saja akan memcegah gadisnya untuk menghubungi seseorang di dalam kontak ponselnya. Namun Taehyung malah membeku ketika alunan lagu everything dari Michael Bubble terdengar lembut. Aery tersenyum tipis, meletakan ponselnya yang bernyanyi merdu di atas meja marmer.

Iris Taehyung masih melekat erat pada sosok Aery yang kini tengah bangkit dari sofa, melangkah mecari spasi lebih luas antara ruang tengah dan dapur Taehyung. Lantas mengerling lembut pada pemuda yang kini melongok menatapnya.

Aery merentang kakinya yang mulus, gaunnya turun memamerkan lekuk kaki yang indah. Aery mengangkat rambutnya, tengkuknya mengundang atensi Taehyung. Mendadak si pemuda merasa sesak, terlebih ketika si gadis memberinya isyarat untuk mendekat. Bergerak sensual memutari Kim Taehyung yang berdebar.

Kulit mereka bersentuhan, aroma vanila menguar semakin tajam. Aery meletakan tangan Taehyung pada pinggulnya yang bergoyang seirama.

Astaga, demi koleksi film dewasa milik Namjoon! Taehyung benar-benar merasa sesak, darahnya mengalir berlawanan, dada begejolak ketika ribuan kupu-kupu menari dalam perutnya. Dimana si berengsek Jimin tadi menyapukan bibirnya? Taehyung ingin menghapus semua jejak yang ditinggalkan lelaki tersebut pada tubuh gadisnya.

Menyusuri leher Aery dengan bibirnya sendiri, merasakan gadis tersebut menjambak rambut belakangnya ketika Taehyung menggigit perlahan batas leher dan bahunya. Astaga, Taehyung sudah lama tidak mencumbu siapa pun. Malam-malam sebelumnya, dia membiarkan jalang-jalang pemberian Namjoon menjelejahi tubuhnya tanpa balasan.

Tapi malam ini berbeda. Bukan hanya Taehyung yang disentuh, tapi juga menyentuh. Semenit berlalu, Aery tidak lagi menari di ruang tengah apartemen Kim Taehyung. Ada tempat yang lebih menyenangkan, di kamar Taehyung. []

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang