Bab 17

3.7K 516 17
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Aery mengangkat pandangannya sejenak dari buku bacaan demi menatap Jimin di seberang meja makan. Lantas mengangguk singkat dan kembali mengunci fokus pada barisan kata di atas kertas.

"Aku tidak melihat pemuda itu untuk waktu yang lama. Kalian baik-baik saja?" tanya Jimin lagi.

"Kau bilang aku harus meninggalkannya," sahut Aery sambil lalu, tanpa menatap lawan bicaranya.

Jimin tertohok untuk beberapa detik. Memang sih, dia ingat pernah berkata demikian. Tapi bukan hal semacam itu yang benar-benar diinginkan Jimin. "Jadi kau memilih melupakannya? Dan kembali pada Jungkook?" tanyanya masih ingin tau.

Aery juga bisa jengah. Menutup bukunya, lalu membawa piring sisa sarapannya untuk diletakan di wastafel. "Lupakan, Jim. Hal itu tidak akan pernah terjadi, kamiㅡaku dan Jungkookㅡhanya berhubungan baik. Dia sudah punya Jian, kau lupa?"

"Tapi pemuda itu rela meninggalkanya kalau kau setuju kembali padanya,"

"Jangan bilang begitu, Jim. Aku juga wanita, aku tidak ingin membuat siapa pun meninggalkan siapa pun hanya demi seseorang,"

"Dan kau?"

Aery tidak segera menyahut. Dia paling benci bermain kata bersama Jimin, si pintar bicara.

"DiaㅡTaehyung, aku terkesan dia tidak lari ketika tau gadis yang didekatinya ini adalah seorang ibu dari bocah laki-laki berusia lima tahun," sambung Jimin, menatap punggun Aery untuk beberapa waktu. Lalu mendengar helaan napas beratnya di detik berikutnya.

"Dia belum mengetahui semuanya,"

Jimin baru akan berujar lagi, namun terpaksa menelan kembali kalimatnya tatkala bel pintu berbunyi. Jimin tersenyum timpang ketika Aery menoleh padanya. "Well, sepertinya salah satu lelaki favorit mu memutuskan untuk kembali. Taehyung? Jungkook?"

"Tidak keduanya, Jim. Kuharap," Aery bergegas menuju pintu masuk ketika bel berbunyi untuk ketiga kalinya. Menatap layar interkom dengan kening berkerut sebelum memutuskan untuk membuka pintu. Sedikit terheran tatkala menemukan presensi asing yang jelas baru baginya.

"Park Aery?" tanya pemuda tersebut padanya.

Aery mengerenyit sebentar lalu mengganguk pelan, masih bertanya-tanya.

"Aku mendapatkan alamatmu dari Namjoon, boleh masuk? Ada hal yang ingin kubicarakan," katanya lagi.

Aery tidak bodoh, dia juga bukan seorang yang mudah membawa masuk orang asing ke dalam rumah. Jadi dia menahan langkah untuk tetap berada di depan pintu yang terbuka setengah. Lagipula, siapa Namjoon?

Pemuda tersebut tersenyum tipis, wajahnya terlihat lelah dengan rambut ikal kemerahan yang berantakan. "Oh, maaf. Jung Hoseok," katanya. "Aku teman Kim Taehyung, aku membutuhkan bantuanmu,"

"Siapa, Ry?" suara Jimin terdengar di belakang Aery, berjalan mendekat. Lalu menemukan presensi Hoseok yang juga sedang menatapnya. "Ada yang bisa kami bantu?"

"Dia teman Kim Taehyung," Aery menyahut lebih dulu. "Katanya ingin bicara dengan ku,"

"Semuanya baik-baik saja? Kau ingin aku tetap tinggal atauㅡ"

"Tidak-tidak," tukas Aery cepat. "Kau bisa terlambat, Jim. Kami baik-baik saja, ini hanya akan sebentar," yakinnya sebelum melirik Hoseok barang sedetik.

Jimin agak ragu sejenak. Tapi adiknya itu benar, sebentar lagi kelas menarinya akan dimulai dan dia tidak boleh terlambat. Jadi, Jimin menyerah, lantas melayangkan kecupan singkat di puncak kepala Aery sebelum melangkah keluar. "Telpon aku jika membutuhkan sesuatu," pesannya sebelum pergi.

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang