Bab 16

3.6K 556 29
                                    

Ponsel Taehyung meluncur membentur lantai yang dingin di lorong apartemen. Suaranya terdengar nyaring, sukses mengintrupsi kegiatan panas sepasang bibir yang bertaut di depan pintu apartemen Aery. Keduanya kini menatap Taehyung dengan wajah kaget seolah tertangkap basah mencuri uang dari brangkas pribadi.

Taehyung mengepalkan tangan kelewat erat, buku-buku tangannya memutih dan rasa ngilu menguar ketika kuku-kuku menancap pada telapaknya sendiri. Berusaha mengatur napasnya, Taehyung mungkin akan tergoda untuk melesat maju dan menerjang Jungkook sampai terjungkal berkali-kali. Tapi akal sehatnya masih bagus, lantas memilih langkah biasa dengan kecepatan sedang.

"Taehyㅡ"

Aery gagal menyelesaikan katanya, pergelangan tangannya berdenyut saat digenggam kuat. Taehyung menariknya masuk ke dalam apartemen yang pintunya sudah terbuka separuh. Lantas membanting pintu kuat dan meninggalkan Jungkook sendiri di luar sana.

Tangannya masih menekan kuat pintu yang tertutup rapat, sedang ganggaman melonggar pada pergelangan Aery. Pemuda tersebut berdebat dengan isi kepalanya sendiri.

Dia tidak tau perasaanmu. Tidak apa-apa, kau bisa mengatakannya sekarang.

Taehyung mendengar langkah kecil menjauh darinya, Aery berjalan menuju dapur, menghilang di balik sekat ruangan lalu dentingan botol kaca terdengar ketika gadis tersebut membuka pintu kulkas. Berdebum pelan ketika dia menutupnya kembali. Taehyung masih butuh beberapa detik lagi sebelum memutuskan untuk menyusul.

"Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu," kata gadis tersebut mencuri kalimatnya, Taehyung hanya tersenyum getir.

Aery benar. Dia tidak perlu menjelaskan untuk sekarang, karena mereka belum berada di tahap mana pun dalam sebuah hubungan. Tidak untuk sekarang. Tapi Taehyung ingin memulainya, walau dadanya terasa sesak sekarang.

Mengambil langkah perlahan namun pasti mendekati Aery yang membeku dibalik meja kabinet. Taehyung masih mengikis jarak, dalam beberapa detik sudah berdiri dihadapan Aery. Gadis tersebut berjengit ketika rahangnya diusap pelan jemari Taehyung yang dingin, menelusup hingga tengkuknya.

Membawa wajah pemuda tersebut semakin dekat, menghapus jarak lantas aroma mint menguar tatkala bibir Taehyung berhenti hanya beberapa inci darinya. Dia menelan salivanya dalam-dalam, menghabiskan setidaknya dua detik untuk berpikir.

"Kenapa? Jijik ya? Bibir Jungkook masih tertinggal di sini," bisik Aery setengah mencemo'oh.

"Diam, idiot!" balas Taehyung sengit, pikirannya sedang bertarung melawan dirinya sendiri. Alih-alih menempelkan bibirnya, Taehyung memilih mencuri kecupan hangat di kening Aery. Gadis tersebut membeku beberapa detik, menahan napas dalam-dalam.

Iris keduanya bersirobok untuk sesaat, sampai Taehyung menempelkan keningnya pada Aery, berbisik lirih. "Aku sudah tau kenapa,"

Aery mengerutkan kening, matanya terpejam. "A-apa?" balasnya lirih.

"Aku tau kenapa kau tidak boleh pergi berdua dengan Jungkook,"

Aery mengurai jarak, iris hazelnya menatap Taehyung tidak mengerti tatkala pemuda tersebut melanjutkan. "Karena aku bisa cemburu," katanya, pandangannya perlahan jatuh. Dadanya bergemuruh, hal tadi hanya satu dari sekian banyak pengakuan yang ingin dikatakannya pada Aery hari ini.

Rasa percaya diri Taehyung nyaris hilang ketika kekehan hambar dari lawan bicaranya terdengar. Gadis tersebut mengurai jarak lebih jauh, memijat pelipisnya dengan satu tangan mengacak pinggang. Memandang heran. "Cemburu?" ulangnya tak habis pikir. "Apa kau sedang berusaha membuat pengakuan?" Aery tertawa getir.

"Aku menyukaimu," balas Taehyung singkat. Irisnya menyorot lugu. Hilang sudah Kim Taehyung si most wanted di kampusnya, ini hanya terlihat Taehyung si remaja lugu yang sedang jatuh cinta. Dan tawa getir Aery hilang, wajahnya pahit.

Beberapa detik hanya diisi hening, mendorong rasa gelisah dibenak Kim Taehyung. Rasanya ingin lari ke tangga darurat dan menggulingkan diri dari sana sampai ke lantai dasar. Pipinya terasa panas dengan napas yang terasa pendek. Belum lagi sensasi mulas dan mual di perutnya, Taehyung pikir dia bakal ambruk ketika perlahan Aery membuka mulut.

"Kauㅡ" jeda sejenak. "Kau tidak boleh menyukaiku,"

Taehyung butuh dua detik untuk mencernanya, sampai dadanya terasa sesak. Pandangannya mendadak buram nyaris limbung kalau saja tidak lekas berpegang pada meja kabinet di sampingnya. "Hm?" lirihnya, suara Taehyung bergetar.

Aery diam sejenak. "Akuㅡtidak pernah berniat untuk membuatmu menyukaiku, Tae,"

Taehyung menghela napas kasar, tersenyum pahit. "Kalimat itu terdengar aneh, Ry," jeda sejenak. "Tapi mau bagaimana pun, aku sudah jatuh padamu,"

Aery menggigit bibir, pandanganya dijatuhkan pada marmer dingin di bawah kaki.

"Tunggu," suara Taehyung terdengar kembali. Pemuda itu tertawa hambar untuk sekali, liquid beningnya meluncur tanpa aba-aba. Lantas memijat pelipisnya lalu mengusap wajah perlahan. "Tentu saja, aku tidak bisa," kalimatnya acak. "Kalian sudah kembali bersama? Kauㅡkembali padanya?"

Aery hanya diam, pandanganya menggantung. Tidak membenarkan, tidak juga mengiyakan. Taehyung sendiri tidak mauㅡlebih tepatnya tidak sanggupㅡmenunggu jawaban yang akan diberikan Aery. Lantas memilih kabur setelah melemparkan gelas di samping tangannya hingga hancur berkeping. Melesat keluar meninggalkan suara bantingan pintu yang berdebum nyaring.

Tubuh Aery merosot pada detik selanjutnya. Dadanya terasa sesak dan air matanya berderai. Gadis itu bisa saja menahan Taehyung atau berlari keluar menyusulnya dan menjelaskan semuanya. Namun sekali lagi Aery memilih untuk melepaskan. Menahan sakitnya sendiri dengan keyakinan semua akan kembali normal besok pagi. []






PS
Selamat istirahat, kalian ..

Peluk dan cium ..
Masih dari aku, Tattonya Kookie :')

𝐑𝐄𝐃𝐄𝐌𝐏𝐓𝐈𝐎𝐍 [𝐅𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang