Prologue

4.1K 317 150
                                    

Hello, welcome back with me, Grey Ackerman^^

First of all, I want to say thank you for all of my lovely followers and readers who always support me in the different ways. I appreciate every comments you wrote on my story or in the timeline. You don't how it means a lot to me 💖 it gave me a new spirit to make a new story about RIREN 😍

So, I hope you like it. Please, don't forget to VOTE and write your COMMENT below after reading this part with assertive words😊😘👌

Happy Reading and Hope You Enjoy

🌹💖

-----*-----

Semburat jingga memancar indah di ufuk Barat, menghiasi tudung cakrawala yang mulai menghitam. Burung-burung beterbangan, kembali ke peraduan masing-masing selagi menunggu datangnya sang rembulan untuk memberikan cahayanya di tengah kegelapan yang akan segera menyergap. Cahaya gemerlap mulai menampakkan keindahannya di sudut-sudut kota.

Di sana, di sebuah pekarangan rumah, tengah duduk seorang insan berparas manis. Kulit putih dengan aksen kecokelatan tampak berkilau ditimpa cahaya remang dari sang surya yang akan segera kembali ke peraduannya. Sebuah lengkungan indah tercipta di bibir semerah delima itu, kala ingatan membawa dirinya pada kenangan tujuh tahun yang lalu. Helaian cokelat menari bersama angin, menggelitik kulit sehalus porselen.

Iris emerald dengan aksen keemasan berbinar haru seraya memandang tudung cakrawala yang semakin gelap, tetapi berhiaskan jutaan bintang. "Angin malam tidak baik untukmu." Suara baritone yang terdengar lembut menyapa indra pendengarannya.

Di sana, berdiri sosok suaminya, rambut sehitam malam ikut menari bersama semilir angin. Tatapannya yang tajam, tetapi menyiratkan kasih sayang yang begitu mendalam. Kulit sepucat vampire tampak bercahaya di tengah temaram senja. Pria itu melangkahkan kaki menuju bangku tempat sosok yang dia ajak bicara duduk sambil menatap langit.

"Bukankah kau akan lembur malam ini?" tanyanya, jemari bergerak membelai rambut hitam sang lawan bicara.

Pria berambut hitam menggeleng pelan sambil menarik kedua sudut bibirnya ke atas‒membentuk lengkungan yang sangat indah. "Aku ingin merayakannya malam ini, bersamamu. Kau ingat, kan, tujuh tahun yang lalu adalah hari yang akan menjadi kenangan untuk kita dan anak-anak, bahkan cucu kita?" tanyanya.

Pria berambut cokelat mengangguk paham seraya tersenyum manis. "Kau sudah siap menceritakannya kepada anak-anak?" Dia bertanya balik dan dibalas anggukan oleh pria berambut hitam.

"Kalau begitu, ayo masuk. Di sini dingin, aku khawatir anak-anak akan masuk angin jika kita bercerita di sini," ajak sang rambut cokelat. Mereka kemudian tertawa renyah dan saling menautkan tangan sambil berjalan memasuki rumah.



~To be Continued~


Thank you for your attendance to read the first part of this story^^

I do my apologize if there is a mistakes in this part or if you unsatisfied. Just say it in the COMMENT, so I can improve my skills in the next part😘

Don't forget to give a VOTE on the star button and give some COMMENT in the column provide with assertive words❤😘

I love you all and see you on the next part😘💖🌹

A Nightmare Becomes A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang