Chapter 30: Temptation

596 93 54
                                    

Selamat menikmati kejutan selanjutnya🤣

Happy reading

&

Hope you enjoy!

🌹💖

-----*-----

Senandung riang melantun di kala pemuda itu menyirami hijau dan warna-warni taman. Perut yang semakin terbentuk seolah tidak menghalangi pergerakan lincahnya. Sesekali Eren berjongkok untuk mengambil sampah yang sebelumnya luput dari pandangan dia.

Ingatan Eren masih melekat pada hari bahagianya kemarin. Dia tidak percaya, kini dirinya telah menjadi seorang istri. Padahal usianya belum mencapai kepala dua. Terlebih, beberapa bulan lagi akan hadir dua sosok kembar hasil hubungannya dengan Levi. Pemuda manis itu sendiri masih tidak menyangka dia memiliki kelebihan tersebut.

"Selesai juga akhirnya," sanjung Eren, menatap hasil kerjanya dengan wajah sumringah. Tumbuh besar dalam lingkungan serba kekurangan dengan dikelilingi kotoran, membuat pemuda manis itu merasa dirinya turut bermekaran kala menatap warna-warni kelopak bunga.

Tungkai jenjang melangkah ke arah teras. Eren lantas mengistirahatkan tubuh rampingnya yang semakin terasa berat. Keberadaan dua orang calon bayi dalam raganya membuat pemuda berparas jelita itu tampak seperti wanita bertian yang telah mengandung selama tiga bulan.

Eren mengarahkan tangan lalu meletakkannya di atas perut bulat. Belaian lembut dia berikan di atas sana. Bibir semerah delima membentuk lengkungan indah kala merasakan pergerakan halus di dalam sana–seolah sang anak membalas sapaan ibu mereka. "Cepatlah lahir. Ayah dan Ibu sudah tidak sabar untuk melihat kalian," gumamnya.

Secara tiba-tiba, derit pintu menyeruak ke dalam indra pendengarannya–membuat Eren terkejut. Kepala bersurai cokelat lantas menoleh–hendak melihat siapa gerangan yang membuka pintu. Manik emerald bertemu pandang dengan tatapan secerah biru langit.

Eren hendak memutuskan kontak matanya dengan pemuda yang tinggal seatap bersama dia. Namun, tepukan pelan di bahunya memaksa pemuda itu untuk kembali bertatap muka dengan Colt. "Maafkan aku," kata pemuda bersurai pirang tersebut.

Eren lantas terkejut dengan kata-kata pemuda itu. "Minta maaf untuk apa?" pungkasnya. Manik sewarna batu giok menatap intens raut wajah Colt yang terlihat lebih mendung, ketimbang biasanya.

"Aku minta maaf untuk sikapku selama ini padamu. Aku tidak ada maksud untuk mengabaikanmu. Tapi, aku memang butuh waktu untuk bisa dekat dengan seseorang," tutur Colt, menundukkan kepala bersurai pirangnya. Bibir tipis nan pucat tampak melengkung–penuh sesal.

Eren menghela napas pelan. Walaupun, dia sudah tidak peduli dengan sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh Colt terhadap dirinya. Namun, bukankah berdamai dengan orang lain jauh lebih menyenangkan?

"Tidak apa-apa. Tidak perlu diingat-ingat lagi," kata Eren. Pun, jika diingat tidak akan ada gunanya. Pemuda blasteran tersebut telah belajar banyak hal bersama Levi, khususnya dalam hal memaafkan.

Senyum simpul terbit di tampang lundung sang pemuda bersurai pirang. Jemari saling memetik di kedua sisi tubuhnya–canggung. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan sejenak ke taman? Maukah kau menemaniku, sekaligus kita bisa berbincang sejenak?" tawar Colt, suaranya sedikit bergetar seiring dengan jantung yang berdebar keras.

"Ide bagus. Tapi, ada baiknya kita minta izin kepada Petra terlebih dahulu." Tanpa pikir panjang, Eren memenuhi tawaran teman satu pondoknya. Tidak perlu menunggu waktu lama pula, kedua taruna tersebut memperoleh izin dari sang pemilik pondok.

A Nightmare Becomes A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang