Hallo! Kembali lagi dengan saya, Grey Ackerman^^
Akhirnya, setelah beberapa bulan hiatus, saya bisa kembali melanjutkan cerita ini ❤ Semoga kalian masih sabar yaa hehe 🤣
Saya mohon maaf apabila beberapa dari kalian komen ceritanya pendek. Mohon maaf yang sebesar-besarnya sekali, karena saya sendiri sedang dalam tahap 'belajar menulis kembali' setelah hiatus beberapa bulan. Selain itu, saya juga sudah memberikan rancangan utk "mulai dari mana cerita pada tiap bagian dimulai?" dan "sampai kapan cerita pada tiap bagian akan dipotong?" Semua sudah saya atur dan kalau saya memaksakan diri untuk memperpanjang cerita pada tiap chp, saya harus mulai lagi untuk membuat rancangan baru yang tentu akan memakan waktu. Padahal, cerita ini sendiri masih sangat panjang untuk bisa dikatakan "TAMAT."
Saya juga sudah menjelaskan alasan lainnya lewat kronologi kabar. Jadi, untuk lebih paham silakan mampir ke wall saya.
Baiklah, langsung saja kita mulai^^
Hope you enjoy
&
Happy reading!
🌹❤
-----*-----
Dua pasang mata membulat kaget kala tubuh kekar dan jangkung itu kembali tergeletak lemah. Surai eboni tampak seperti padang rumput yang baru saja terkena topan. Selimut yang bertugas sebagai penghangat nyaris tersingkap dari tubuh sang pria.
"Levi!" Eren lantas bangkit dari posisinya dan menghampiri sang pria–mengabaikan tampang berang wanita di belakangnya.
"Minggir!" Bella berusaha mendorong Eren. Namun, tangan cekatan sang pemuda meraih sebuah lonceng dan membunyikannya sebelum dia kembali terjerembap di atas lantai. Alhasil, wanita bersurai cokelat itu semakin menunjukan wajah berangnya.
Bella lantas mendaratkan telapak tangannya di pipi sang pemuda dengan sangat keras. "Aku akan kembali untuk mengambil tunanganku!" Itulah kata terakhir yang terucap dari bibir merahnya sebelum dia meninggalkan Eren dan Levi di kamar tersebut.
Kristal bening menetes dari kedua sudut mata bersamaaan dengan cairan merah kental merembes dari sudut bibirnya. Eren menguatkan kedua tungkai untuk menopang tubuhnya yang sudah kelelahan menerima segala derita. Surai brunette selembut sutra tampak sangat berantakan.
Tidak lama setelah itu, terdengar langkah kaki berjalan dengan tergesa ke kamar itu. Pintu kembali dibuka, tetapi dengan gerakan pelan, menampakan seorang wanita dengan pakaian serba putih serta rambut pirang dipotong sangat pendek dan mata sebiru samudra yang mengingatkan Eren kepada sang sahabat. Raut lembut sang wanita langsung berubah khawatir kala melihat tampang sang pemuda yang sangat berantakan.
"Apa yang terjadi?" tanya wanita tersebut sambil menghampiri Eren. Dia menatap pipi merah dan bibir sang pemuda yang berdarah.
Eren menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas–menolak untuk menjawab. "Tidak apa-apa. Aku hanya terjatuh," sangkalnya.
"Jadi, apa yang perlu kubantu?" tanya sang wanita–masih tidak yakin dengan jawaban Eren. Padangan mereka beralih ke arah Levi yang tengah terbaring lemah dengan surai eboni tidak tertata rapi. Berlapis-lapis selimut tebal yang semula menutupi tubuhnya dengan apik pun kini sedikit tersingkap.
"Biar kuperiksa," ujar perawat wanita itu. Dia mendekati bangsal tempat Levi terbaring. Tangan bergerak lincah menekan beberapa titik di bagian tubuh sang pria sambil sesekali mencatat di book note kecil yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Nightmare Becomes A Memory
RomanceThe Colossus, kapal terbesar yang pernah dibangun oleh tangan-tangan manusia pada masa itu. Kapal yang menjadi impian umat manusia dengan semboyannya sebagai kapal yang tidak akan pernah tenggelam. Baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, semuanya...