Inikah akhir dari kisah mereka? Berakhir bersama karamnya kapal impian umat manusia dengan kepongahan setinggi langit.
Mata terasa perih, mungkin sebentar lagi tidak dapat mengalirkan kristal cairnya. Tubuh menggigil di tengah suhu yang menusuk hingga ke tulang, tidak peduli seberapa tebal selimutnya. Telinga bersandar pada dada bidang yang tidak lagi melantunkan irama menenangkan, sunyi. Pada akhirnya, sepasang bola emerald terpejam, tidak dapat menahan kantuk yang semakin memberatkan mata.
-----*-----
Gema marine horns berkumandang di tengah luasnya samudra. Dari balik selimut, perlahan sepasang netra terbuka sayu. Tudung cakrawala yang semula hitam berhiaskan ribuan bintang, kini tampak indah berwarna nila dengan semburat jingga.
Seorang pria berdiri di tepi sekoci, dengan tangan melambai sambil memegang flare. Dari kejauhan tampak sebuah kapal berlayar semakin dekat. Walaupun samar, Eren dapat melihat sederet huruf yang tertera di sisi atas lambung kapal. RMS Garisson.
Sekoci merapat ke lambung kapal. Tangga diturunkan ke arah mereka. Seorang kru berseragam lengkap mengangkat tubuh Eren hingga menapaki lantai kayu. Namun, kaki tidak dapat menopang bobot tubuh hingga akhirnya terjatuh dalam pelukan seorang pelayan wanita.
Sebelum indra penglihatan kembali menghitam, hal terakhir yang Eren saksikan adalah tubuh dalam balutan celana bahan kain dan kemeja putih dengan noda merah pudar diangkat dari sekoci. Tampak kelopak mata itu masih betah menutup iris navy. Apakah Levi benar-benar mengingkari janjinya?
-----*-----
Cahaya sang surya menyeruak dari celah tirai. Dingin yang semula menyelimuti tubuh kini sirna digantikan oleh hangatnya sang mentari. Namun, jerit ketakutan ribuan manusia menyambut ajal di tengah lautan beku masih terngiang dalam benaknya.
Tenggorokan terasa serak, bahkan saliva pun seolah raup dari mulutnya. Perlahan, mata sehijau giok terbuka. Hal yang pertama ditangkap oleh indra penglihatannya adalah atap putih dan tubuh terbaring di atas kasur.
Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri. Eren menemukan dirinya sendirian di kamar minimalis dengan sebuah rak berdiri di dekat pintu. Sang pemuda masih mengenakan pakaian berupa celana panjang cokelat, kaus hijau, mantel yang senada dengan warna rambutnya, serta trench coat hitam.
Iris emerald sontak terbuka lebar. Eren langsung mendudukan tubuhnya yang menegang dengan keringat dingin merembes dari pori-pori. Di mana Levi? Armin? batinnya. Apakah sang sahabat dan kekasih ada di kapal itu bersamanya?
Tanpa memikirkan kondisinya, Eren membawa telapak kaki menapak pada lantai dan melangkah keluar. Sungguh, dia merasa sangat asing di sini. Banyak sekali pria dan wanita dengan pakaian putih berlalu lalang di lorong. Namun, sang pemuda sama sekali tidak menemukan Levi dan juga Armin.
Secara mendadak, kaki terasa lemah hingga bokong menyentuh lantai. Lelehan kristal bening mengalir dari mata seindah emerald. Isak tangis yang menyesakkan kembali melantun dari mulut Eren.
Sungguh, apa yang harus dia lakukan sekarang? Sang sahabat menghilang dan kekasih meninggalkannya. Apakah Eren harus memulai hidup baru di Liberio dengan cara menjadi seorang penghibur layaknya sang ibu? Demi apa pun, dia lebih memilih mati ketimbang harus melakukan hal itu.
Tangisan semakin bergema di lorong tempat Eren meratapi nasibnya. Namun, tidak lama setelah itu dia merasakan tepukan pada pundaknya. Kepala brunette menoleh ke atas hingga bertatapan dengan wajah yang tidak asing dengannya.
"Eren, kau selamat?" Pertanyaan itu bagaikan sebuah lentera di tengah kegelapan hati sang brunette.
Eren lantas bangkit dari posisinya. Mata membulat dengan tatapan yang sarat akan harapan. "Connie? Sasha? Tentu saja aku selamat. Senang bisa bertemu dengan kalian!" Tanpa basa-basi, mereka pun saling memeluk satu sama lain. Layaknya saudara tidak pernah bertemu dalam kurun waktu yang sangat lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Nightmare Becomes A Memory
RomanceThe Colossus, kapal terbesar yang pernah dibangun oleh tangan-tangan manusia pada masa itu. Kapal yang menjadi impian umat manusia dengan semboyannya sebagai kapal yang tidak akan pernah tenggelam. Baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, semuanya...