Chapter 29: Unforgettable Day

661 101 16
                                    

Silakan nikmati bagian ini ya^^

Saya kasih sesuatu yang amat spesial untuk bagian ini. Sekaligus hiburan buat kalian yang makin bosan di rumah karena kebijakan pemerintah untuk melakukan lockdown di beberapa daerah. Semoga kalian terhibur dan tetap patuhi arahan dari pemerintah demi kebaikan bersama😇

Happy reading

&

Hope you enjoy!

💖🌹

-----*-----

"Enak sekali aromanya!" komentar Eren, ketika kaki jenjang melangkah memasuki ruang makan. Sebuah mangkuk besar berisi sup daging salmon tersuguh manis di atas meja. Sungguh mengundang terbitnya air liur, bukan?

"Duduklah, Eren. Aku memasak makanan spesial untukmu. Kau tahu, kan, ikan salmon sangat disarankan untuk dikonsumsi oleh Ibu hamil? Sir Levi juga pasti akan sangat senang jika calon istri dan anak-anaknya tumbuh sehat," Petra berkelakar, membayangkan sang pemuda harus terbangun dengan posisi tubuh miring.

Mendengar lelucon sang wanita, membuat pemuda blasteran itu menekuk wajahnya–kesal. "Tapi, aku ini laki-laki. Memangnya tidak ada sebutan lain untukku selain Ibu hamil?" elaknya. Namun, Petra hanya mengangkat kedua bahunya sembari menaikkan kedua sudut bibir semerah delima. Tentu hal itu membuat Eren menghela napas dengan kasar dan mengusap wajahnya.

"Sudahlah. Lebih baik kita makan sekarang, sebelum supnya dingin," ajak Petra, yang lantas dituruti oleh Eren.

Doa dipanjatkan dengan hikmat, mengucap syukur atas hidangan yang tersedia. Kemudian, denting alat makan pun mulai menggema. Uap tipis mengepul dari mangkuk, seolah mengundang sang penyantap untuk segera melahap daging salmon yang begitu memanjakan lidah. Tidak lupa juga beberapa potong perkedel yang tengah menanti untuk mendarat di dalam perut.

Sarapan berlangsung dalam hening, terkecuali oleh alat makan yang menari dalam genggaman. Suap demi suap, perut mulai terasa penuh. Sampai pada akhirnya, seluruh hidangan telah tandas.

"Terima kasih, Petra. Makanannya enak sekali," komentar Eren, sembari mengelus perut yang semakin membesar. Seolah melalui belaian itu, sang pemuda dapat merasakan bahwa kedua anaknya puas dengan makanan yang disantap oleh dia.

"No need to thanks," ujar Petra, senyum manis mengembang hingga mencapai matanya. Keduanya pun tertawa–tanpa tahu hal yang lucu–hingga ruangan yang semula sunyi, kini sedikit gaduh.

Perkakas makan yang semula tergeletak di atas meja, kini tersusun dalam wastafel. Buih-buih sabun membuat benda berbahan beling maupun logam itu kembali berkilau. Petra telah berulang kali menasihati Eren untuk tidak perlu terlalu banyak beraktivitas. Namun, yang namanya jiwa muda memang tidak dapat dibendung.

Canda tawa di antara keduanya pun harus berakhir ketika gemerincing lonceng dari pintu utama bergema. Petra hendak melangkahkan kaki ke arah pintu utama, tetapi Eren segera menghalanginya dan pemuda itu pun bergegas meninggalkan dia. Lonceng terus bergema, hingga pemuda blasteran tersebut membuka daun pintu.

"Levi? Selamat pagi. Tumben sekali kau datang sepagi ini," sapa Eren, sembari memberikan jalan untuk sang pria agar bisa masuk.

Pria itu tidak langsung masuk. Namun, dia berhenti di hadapan sang pemuda. Tanpa diduga, sebuah kecupan singkat mendarat di atas dahi porselen. "Selamat pagi, mon amour." Perkataan Levi lantas mengundang semu merah muda mewarnai wajah manis Eren.

A Nightmare Becomes A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang