Chapter 27: Responsibility

687 105 22
                                    

Happy reading

&

Hope you enjoy!

❤🌹

-----*-----

Nifa mempercepat langkahnya, hingga tapak kaki bergema nyaring di lorong serba putih. Amarah kian membumbung dalam hati kala mengingat saat dia memasuki kamar pemuda malang itu, setelah pria bersurai eboni pergi tanpa mengucapkan sepatah kata dan mendapatinya tengah meraung pilu. Siapa lagi yang membuat Eren seperti itu kalau bukan Levi sendiri?

Wanita itu sendiri tidak menyangka, Levi bisa berkata hal sekejam itu kepada sang kekasih yang tengah mengandung anak-anaknya. "Dasar tidak tahu diri!" geram Nifa. Tujuan dia adalah tidak lain menemui pria dengan gaya rambut undercut yang diduganya berjalan ke arah taman belakang rumah sakit.

Benar saja, kini Nifa tengah berhadapan dengan punggung tegap Levi–berdiri membelakangi dirinya. Perlahan, dia melangkah mendekati sang pria, hingga kini wanita itu berdiri di sampingnya. "Levi ...."

Orang yang dipanggil masih bergeming di tempatnya–enggan menoleh. Hati pun berkecamuk, hingga Levi sendiri bingung dengan dirinya. "Apakah kau datang untuk membujukku?" Sang pria bertanya. Suaranya nyaris berbaur dengan desir angin musim semi.

Nifa menghela napas sembari mengusap dahinya dengan telapak tangan–berusaha meredam amarah yang kian membumbung. "Kau sendiri tahu kenapa aku mendatangimu," desis sang wanita.

"Aku tidak siap," ujar Levi. Namun, entah kenapa dia merasakan sesuatu menusuk dadanya dari dalam kala kata itu terucap. Seolah menamparnya untuk segera bersujud di kaki sang pemuda. Seolah memerah lidah untuk menarik kembali kata-katanya.

"Kenapa?" tanya Nifa, tangan mengepal di kedua sisi tubuh. Air mata pun menggenang di kedua sudut manik sewarna kacang tanah. Seolah dia bisa merasakan bagaimana sakitnya hati Eren kala mendengar ucapan Levi. Bagaimana tidak, seorang yang selalu bersama dan menjanjikan kehidupan cerah di masa depan hingga membawa raga untuk memadu kasih, akhirnya memberikan racun untuk hati selembut sutra. Bukankah hal itu sangat menyakitkan?

Sang pria perlahan membalik tubuhnya, hingga mata segelap langit malam menatap tubuh ramping keturunan Hawa di hadapannya. "Aku tidak punya cukup uang untuk menghidupi mereka. Jangankan untuk menghidupi anak-anak, memberi Eren makanan enak saja aku belum sanggup! Memangnya ada cara lain selain menggugurkan kandungannya? Bagaimana kalau–" Satu tamparan telak di pipi kirinya membuat Levi membisu seketika itu juga.

Iris navy terbuka lebar kala menatap wajah berang wanita. Rupa ramah itu telah berubah dengan tatapan setajam belati yang siap merobek hatinya. Air mata membanjiri pipi Nifa. Rupa jelita tampak memerah akibat amarah yang mengalirkan darah ke ubun-ubun.

"Kalau begitu apakah kau tega membunuh dua nyawa yang kini bersemayam dalam rahim Eren? Orang yang membebaskanmu dari perjodohan paksa dengan Nona Anthony!" bentak Nifa, suaranya bergetar akibat menahan isak tangis yang hendak meledak.

Ribuan tombak terasa menusuk hatinya dengan sangat brutal. Debaran menyakitkan dapat Levi rasakan dalam dadanya. Tenggorokan terasa kelu, tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Namun, ego masih menguasai hati yang sempat melunak.

"Kalau memang kau mau menggugurkan bayi itu, untuk apa selama ini doamu kepada Tuhan? Doa yang selalu kau panjatkan untuk bersatu dengan Eren. Tidakkah kau merasa bahwa kalian sudah sama-sama menderita? Lalu, kenapa kau justru memperberat penderitaan kalian, terlebih kepada kekasihmu? Setega itukah dirimu membunuh dua nyawa tidak berdosa dan melukai hati Ibunya?" murka Nifa, berharap agar Levi segera membuka hatinya.

A Nightmare Becomes A MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang